17. Adanya Kata Lupa

70 13 2
                                    

"Jika aku saja masih mengingatmu, bagaimana dengan kamu? Apakah masih ingat denganku?"

"Ayo Ra! Kejar aku!" Anak laki-laki berumur sekitar delapan tahun itu men-drible bola.

"Ih kamu jangan cepet-cepet! Aku nggak bisa main basket!" Seorang anak perempuan berumur sama dengannya berusaha merebut bola itu.

"Kamu bisa Ra, ayo kejar!" ia tetap mengejar anak laki-laki itu hingga ia bisa merebut bola itu dari genggamannyaa.

"Yey dapet! Ih kok nggak masuk, males deh!" ia memanyunkan bibirnya karena bola itu tak masuk ke ring basket. Anak laki-laki itu mendekat dengan bola ditangannya sambil tertawa.

"Sini, sini aku ajarin caranya lempar." ia mengajarinya hingga bola itu masuk ke ring basket.

"Yey masuk! Arel pinter!" ia melonjak kegirangan sambil menggenggam tangan cowok itu.

"Siapa dulu? Farel gitu!" Ia membanggakan diri.

"Nanti kalo Arel udah gede harus tambah jago mainnya ya?" anak laki-laki yang dipanggilnya dengan nama Arel itu mengangguk cepat.

"Iya, Rara juga harus pinter main basket dong. Biar kita bisa main terus," ucapnya bersemangat.

  Rara, panggilan yang diberikan oleh Farel kepada Aurora kecil.

"Main lagi yok!" merekapun mulai bermain kembali. Suara tawa terdengar dari keduanya.

Namun....

"Arel! Arel! Arel ada dimana? Ayo kita main basket lagi. Rara mau main." Aurora kecil terus memanggil nama anak itu. Namun semua gelap, hanya bayang-bayang wajah Farel yang terlihat.

"Arel! Arel!"

"FAREL!!" Aurora terbangun dari tidurnya, keringat tampak membasahi tubuhnya. Napasnya masih memburu, wajahnya memerah karena berkeringat.

"Ra! Kamu kenapa?" Wulan masuk ke kamarnya dengan buru-buru saat mendengar teriakan Aurora.

"Nggak Ma, mimpi doang," jawabnya, napasnya masih memburu.

"Kamu tuh ya Ra, pulang sekolah langsung tidur aja, belum ganti baju lagi," ucap Wulan. Aurora mengingat-ingat kembali, benar, ia pulang sekolah langsung tidur dan belum sempat ganti baju.

"Yaudah Ma, aku mandi dulu." Aurora bergegas ke kamar mandi. Bayang-bayang akan wajah anak laki-laki yang ada di mimpinya terus terlintas di kepala.

"Gue kenapa? Ada apa ini?" ia menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di kamar mandi.

  Sekeluarnya ia dari kamar mandi, ia langsung membuka laci di meja belajarnya. Ia mencari sebuah barang. Dia mengambil kotak hitam berukuran sedang lalu membukanya. Menampilkan sebuah gelang yang berada di paling atas, ia mengambil dan memakai gelang itu di tangan kirinya.

"Gelang ini..." Aurora menatap gelang itu.

"Ra! Sini dulu!" Anak laki-laki itu berdiri di depan gerbang rumah.

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang