29. Ice Cream Coklat dan Bunga

83 7 6
                                    

Marcell memundurkan langkahnya dengan mata yang menatap ke arah depan. Ia sangat terkejut.

"Lo ngapain di sini?" Marcell langsung membalikkan badannya dengan cepat, ia menutup kedua matanya dengan tangan.

Arga mengernyitkan dahi melihat apa yang dilakukan Marcell, ada apa dengannya? Setelah Arga melepas pelukannya, Marcell kembali membalikkan badan lalu menatap Arga dan Aurora dengan ekspresi aneh.

"Kalian...." ia menggantungkan perkataannya. Marcell menunjuk keduanya.

"Ngapain lo di sini? Ganggu suasana aja," ucap Arga. Ia tak sabar menunggu Marcell yang tak segera membuka suara.

Senyum menggoda yang Marcell tampilkan tadi kini berubah menjadi datar setelah mendengar perkataan Arga. Di situpun Aurora tak tau harus melakukan apa.

"Mentang-mentang udah punya pacar lo!" sindir Marcell.

"Nggak di atas nggak di bawah, liat beginian teross. Sakit hati ini, gue mati aja lah," kata Marcell dramatis dengan memasang tampang sesedih mungkin.

"Mati aja sono, terjun dari atap sini misalnya." sahabat ga ada akhlak ini contohnya.

"Nggak boleh gitu," omel Aurora.

"Tega lo." Marcell melirik Arga.

"Tunggu apalagi? Sana pergi, ganggu aja lo!" kata Arga tak berperasaan.

"Baru juga tahun baru, udah nyesek aja gue. Oke Marcell ganteng, nggak pa-pa, mulai besok kita cari cewek." Marcell bermonolog.

Arga menggeleng-nggelengkan kepala, sahabatnya ini kapan warasnya? Marcell tak peduli, ia berjalan dengan lesu menuju tangga. Ia berhenti lalu menoleh ke arah Arga dengan meliriknya sekilas. Ia kembali berjalan, saat itu juga Arga kembali merangkul Aurora. Arga jadi punya ide untuk berfoto dengan Aurora sekarang. Ia menoleh ke belakang, ia mendapati Marcell yang mengintipnya dari tangga. Ia mendengus kasar sambil menatapnya datar. Yang Marcell lakukan malah pura-pura sibuk dengan meraba tembok di sampingnya.

"Bagus juga ini tembok, orang yang bikin pasti ahli banget," ucap Marcell asal sambil sesekali melirik Arga.

Arga memijat pelipisnya pelan, susah memang menghadapi Marcell.

"Lo ngapain di situ?" Marcell tetap diam, ia pura-pura tak mendengar. Masih baik 'kan? Daripada pura-pura lupa, 'kan nggak seru.

"Lo budeg apa gimana?" kata Arga lebih keras membuat Marcell berjengit kaget. Ia menoleh pada Arga dengan wajah datar.

"Apa lo liat-liat?" ucap Marcell nyolot.

Arga sedikit kaget. "Lo juga liat," balas Arga malas.

"Iya juga ya," pikir Marcell dengan volume suara kecil.

"Lama lo mikirnya! Mending lo ke sini bentar Cell." Marcell mendongak dengan satu alis yang terangkat.

"Daripada nggak ada kerjaan mending lo fotoin gue sama Aurora," ucap Arga lagi. Marcell terkejut, ia menunjuk dirinya.

"Gue?"

"Iya lo. Cepet!"

"Suruh-suruh lo! Tadi aja ngusir-ngusir," cibir Marcell. Ia masih diam di tempat.

"Udah cepet! Lama-lama gue lempar juga lo dari atap." sungguh jahara.

Marcell dengan malas dan tak rela pun berjalan menghampiri mereka. Ia menerima ponsel Arga sambil sesekali meliriknya.

Aurora yang tadinya terdiam jadi tak tau harus melakukan apa. Ia jadi kasian melihat Marcell tapi ya sudahlah. Aurora juga tak tau harus bergaya seperti apa. Arga yang menyadari kebingungan Aurora tersenyum tipis. Arga mengalungkan tangannya pada leher Aurora dari belakang. Mungkin itu bagian dari pose mereka. Dan pintarnya Marcell memotret mereka asal-asalan, orang Marcell aja melihat itu semua dengan perasaan dongkol. Mana bisa jomblo liat keuwuan orang pacaran, di suruh fotoin lagi, mana bisa!

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang