5. Bimbang

131 18 0
                                    


    Kini Aurora sedang bersama Alya di sampingnya, masih saling memandang dengan tatapan bingung. Hal itu membuat dua orang di depanya menatap malas dengan satu orang menampilkan muka datarnya dengan sesekali melirik dengan tatapan tajam.

"Mau sampe kapan lo bedua ke gitu? Capek gue liatnya, tinggal ngomong doang apa susahnya si?!" Arsya akhirnya angkat bicara, dengan melipat tangan dan bersender di tembok depan kelas ia terlihat seperti model yang siap di foto.

Aurora menoleh dan memejamkan matanya beberapa detik, mengatur napasnya agar tetap stabil.

"Oke gue ngomong." perkataanya membuat Marcell menghentikan kegiatan menampilkan muka datarnya yang lama-lama menggemaskan.

"Gini.....bla bla bla. Tapi nanti kalo Arga marah tanggung sendiri," ancamnya kemudian,  bukan ancaman, lebih tepatnya peringatan.

"Oke gue ngerti, Arga nggak akan marah sama sahabatnya yang gemesin ini," ucapnya sambil menunjuk ke arah Marcell yang menampilkan ekspresi anehnya. Menyadari jika dirinya dipermalukan Marcell melayangkan tatapan sinisnya kepada sahabatnya yang kampret itu.

    Sedangkan Aurora dan Alya tertawa pelan melihat mereka berdua seperti Tom dan Jerry. Kemudian, bel masuk berbunyi nyaring, seakan-akan ingin segera membubarkan mereka yang sedang menikmati hiburan walaupun tanpa Arga di situ.

"Anjir! Baru juga istirahat, udah masuk aja," ucapnya kasar, membuat Arsya menjitak keras Marcell, dirinya hanya mengerang menahan sakit seraya berjalan mengikuti dua cewek di depanya menuju kelas.

******

      Terdiam, itu yang dilakukan oleh Arga . Ia masih bertengger di atas motor hitamnya. Memikirkan hal yang tak perlu ia pikirkan terus menerus. Hingga dering telfon di ponselnya terdengar, ia merogoh saku bajunya untuk mengambil benda pipih berwarna hitam itu.

"Lo dimana?" tanya seseorang di seberang sana. Ia masih terdiam, mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang itu lagi.

Setelah terjadi percakapan antara keduanya, ia memakai helm nya lagi lalu pergi melajukan motornya jauh dari tempat itu.

Tak lama kemudian Arga sampai di suatu tempat semacam tongkrongan. Setelah ada anggukan diantara mereka, semua melajukan motornya kencang membelah jalanan yang kian padat.

Arga terlihat bimbang saat ini. Hatinya tak yakin dengan apa yang akan dilakukanya. Namun ada sesuatu yang meyakinkanya untuk tetap melakukan itu.

*****

Aurora masih berada di atas motor Arsya. Sekolah kali ini ia mendapat tebengan dari dua orang yang bersahabat baik.

"Ar, gue turun di situ ya?" ucapnya, ia mencoba menoleh ke wajah Arsya yang fokus mengendarai motornya, hingga ada anggukan darinya Aurora menarik kepalanya ke tempat semula.

"Beneran di sini Ra?" tanya Arsya sambil membuka kaca helm fullface -nya. Aurora tersenyum dan mengangguk.

Setelah mengucapkan terima kasih kepada bapak pemilik bengkel dan Arsya, ia menuntun sepedanya.

"Gue pulang dulu ya? Lo ati-ati!" Arsya melajukan motornya setelah menerima jawaban dari cewek manis itu.

   Aurora mulai bergegas menaiki sepedanya dan mulai mengayuh dengan santai. Cuaca Bandung saat ini teduh sekali, membuat Aurora tak khawatir berada di luar. Menikmati jalanan yang lenggang , ia bersenandung kecil. Ia selalu cinta dengan kota sejuk ini.

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang