42. Abu-abu

57 8 10
                                    

   "Punya keluarga lengkap tak menjamin kita terhindar dari masalah semacam broken home."

💡💡💡


      Sejak kejadian tadi, Aurora sering melamun. Otaknya tak berhenti berpikir, apa maksud perkataan Farel tadi? Ya memang setelah Farel mengatakan itu, ia langsung pergi meninggalkan Aurora tanpa berucap lagi.

"Ra? Kamu lagi banyak pikiran?" Arga menyentuh tangan Aurora, gadis itu akhirnya menoleh.

"Bilang apa kamu tadi?"

"Kamu lagi banyak pikiran?" Arga mengulanginya, untung masih sabar.

"Enggak kok, lagi mikir soal yang tadi dibahas di kelas aja." Aurora memainkan ponselnya, sebenarnya mereka sedang belajar bersama.

"Yakin?" Arga menyipitkan matanya.

"Iya yakin," ucap Aurora sanbil mengangguk.

"Oh iya Ga, kamu besok udah boleh pulang kan?" Aurora mengalihkan pembicaraan.

"Seperti yang dibilang dokter tadi, mungkin besok aku pulang sore," ucap Arga sambil menutup bukunya.

"Bagus deh, besok pulang sekolah aku langsung ke sini." Aurora meletakkan kepalanya di dekat tangan Arga.

"Ngga dijemput Bang Vano kan?" tanya Aurora lagi.

"Enggak, inti Drakez kali ini lagi sibuk Ra. Harusnya juga aku ada di markas kalo keadaan aku gak kaya gini."

"Masalah Kak Randy ya?" Aurora tampak mengerti, ya kan kalau Arga nggak kaya gini mungkin Drakez sudah bergerak cepat.

"Iya, kita bakal cepet-cepet bawa Bang Randy pulang. Kamu berdoa yang terbaik aja." Arga menyelipkan satu untaian rambut gadisnya itu ke belakang telingannya.

"Iya Ga, kamu cepat sembuh juga ya."

"Aku udah sembuh."

"Mulai sekolah hari Rabu kan jadinya?" Arga langsung mengangguk.

"Iya, aku juga udah mau fokus ngejar pelajaran juga."

"Ga, tentang persaingan itu, kamu masih mau saingan sama aku kaya perjanjian yang kita buat dulu?" tanya Aurora. Ternyata gadis itu masih mengingatnya.

"Kalo mau diterusin, aku mah ayo aja."

"Terusin dong sampe ujian," ucap Aurora dengan semangat 45.

"Skor masih 1:0. Aku lebih unggul."

"Jangan bangga dulu, aku akan berusaha biar skor kita imbang."

"Oke, tiga bulan lagi."

****

"Muka lo ngga usah dilihatin juga kali," protes Arga.

"Lah, katanya orangnya harus kelihatan. Ya ini."  itu suara Dimas. Arga memang sedang video call  Dimas karena ingin ikut rapat.

"Ya ngga muka lo juga, dengan memperlihatkan muka lo gue jadi ngga fokus. Cepet yang bener!"

"Iya iya, santuy dong."  Dimas akhirnya menggunakan kamera belakang, memperlihatkan para inti Drakez yang lain.

"Jangan ribut mulu bisa? Gue mau fokus." Rio memarahi Dimas. Bisa dipastikan Dimas tak akan menerima ini begitu saja.

"Makanya Ga, lo cepet keluar dari rumah sakit. Jadi ngga usah vc vc gini segala."  lah, kenapa Arga yang kena?

"Besok gue pulang," ucap Arga.

      Beberapa menit kemudian tak ada lagi yang bercanda, mereka semua fokus untuk rapat. Kebanyakan yang memiliki ide-ide cemerlang adalah Arga dan Vano. Mereka berlima juga meneruskan strategi yang kemarin dikatakan oleh Arga.

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang