20. Vampir Cantik

74 12 13
                                    

"Kalo gue vampir, kenapa?"

"Ga ada vampir secantik dia."

    

     Hari ini, hari terakhir pelaksanaan Penilaian Akhir Semester (PAS), kabar baik bagi semua murid. Akhirnya mereka bisa bernapas lega, liburan akhir semester sudah di depan mata.

"Gilaa! Lega banget gue!" ucap Marcell sambil merentangkan tangan ke atas. Ia tampak menghirup udara segar itu sebanyak-banyaknya lalu membuang napas melalui mulut.

"Nggak kerasa banget udah selese," tambah Arsya, ia melihat ke arah lapangan yang ada di bawah, begitu panas di sana.

"Menurut lo emang gitu. Menurut gue ini udah lama banget, kek berbulan-bulan nggak selese," keluhnya, Arsya mengabaikan perkataan Marcell.

"Ra? Gimana?" tanya Arga tiba-tiba.

"Apanya yang gimana?"

"Soalnya, sulit?" Arga melihat Aurora mengangkat dua bahunya.

"Ya gitu deh," jawabnya, ia berjalan di samping Arga. Niatnya mereka berlima mau ke kantin.

"Hmm."

  Mereka sampai di lantai bawah dengan tenang. Tapi tak berlangsung lama, karena Three D kembali menganggu, terpaksa juga mereka menghentikan langkah.

"Ra, Ra masih mau aja lo jalan sama mereka, heran gue," ucap Daniel. Ia melirik Aurora lalu beralih melirik Arga. Lirikan permusuhan kepada Arga.

"Nggak usah cari gara-gara!" ucap Arga dengan nada biasa, ia sedang malas meladeni orang tak penting seperti orang di depannya saat ini. Andai saja dia nggak males, pasti udah babak belur tu orang.

"Mendingan lo jauhin mereka deh Ra," ucap Daniel lagi. Ini Dava sama Danis nggak dapet jatah ngomong apa? Diem mulu.

"Nggak usah ngehasut orang biar benci sama gue. Kalo lo ada masalah sama gue, selesain sekarang!" bentaknya, Daniel tertawa jahat mendengarnya.

  Peperangan mulai terjadi, yang tadinya adu mulut sekarang sepertinya akan adu pukul. Arga menarik kasar kerah baju Daniel hingga tubuhnya dekat dengan tubuhnya. Tangan kanannya siap memukul orang di depannya itu kapan saja. Ia menatap Daniel dengan bengis, sementara Daniel hanya tertawa. Udah gila mungkin. Udah tau kalo lawan sama Arga selalu kalah, masih aja bikin ulah. Semua orang melihat mereka dari sekeliling mereka, mulai dari lantai atas, pinggir lapangan, dalam kelas, dan kanan kirinya.

  Arsya dan Marcell tak bisa melakukan apapun, membiarkan Arga begitu saja. Lagian udah lama juga Arga nggak bikin ulah. Percuma mereka berdua melerai kalau ujung-ujungnya mereka berdua yang kena pukul Arga.

Hanya Aurora yang langsung melerai keduanya sebelum Arga memukul Daniel. Arga menurut, walau tatapan tajamnya belum terlepas untuk Daniel. Namun pandangan Aurora beralih ke lapangan, sepertinya ada sosok yang ia kenal sedang berjalan di sana. Tanpa pikir panjang ia berlari ke lapangan tanpa memerdulikan panasnya terik matahari dan teriakan temannya.

"Farel!" teriaknya, ia tetap berlari. Membuat orang-orang yang ada di pinggir lapangan menatapnya. Bakal ada tontonan baru nih.

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang