7. Tanda Tanya

102 14 0
                                    


Mereka berdua masih diam di dalam, saling bertatapan dan mengukir sebuah senyuman. Baru kali ini Aurora benar-benar melihat senyum tulus Arga, sebuah senyuman yang belum pernah dilihat oleh temannya selama mengenal Arga.

Tanpa mereka sadari, ada beberapa pasang mata yang tengah mengintai mereka. Melihat peristiwa yang terjadi dari awal sampai saat ini, hanya dari sebuah jendela depan UKS. Siapa lagi kalau bukan dua kucrit Arsya dan Marcell, tapi lebih menariknya lagi ada satu pasang mata juga yang ada di antara mereka.

ALYA

Entah mengapa juga mereka segera ke UKS setelah upacara selesai. Mereka bertiga saling terdiam, tak sedikit juga ekspresi terkejut yang mereka tunjukan sedari tadi.

Saling melihat wajah ke wajah secara serius lalu membalikkan tubuh dan bersender di tembok. Sekali lagi mereka melakukan hal sama seperti tadi.

Hingga salah dua dari mereka saling menarik nafas panjang lalu mengeluarkan suara.

"Menurut gue..." mereka mengucapkan secara bersamaan, membuat keduanya saling berpandangan lalu tersenyum aneh.

"Lo aja dulu," pinta Alya kemudian.

"Lo aja dulu." percuma, Arsya mengulangi perkataan Alya, ibaratnya ya copy langsung di paste.

Keduanya tertawa pelan, membuat Marcell sedikit tak tahan berada di situ. Bagaimana tidak, ia hanya sebagai nyamuk yang ada diantara dua manusia yang tak memerdulikan keberadaanya.

Kasian

"Ekhemmm!" suara berat itu membuyarkan tawa dari mereka, segera juga ketiganya menoleh ke sumber suara.

"Ngapain lo pada di sini? Ngintip? Nguping?" suaranya terlihat tenang walaupun mukanya masih saja datar. Sedatar cintamu padaku:(

Lagi-lagi mereka saling berpandangan lalu tersenyum tipis ke arah cowok yang tengah berdiri di ambang pintu dengan tangan yang dimasukkan di saku celananya.

"Basi!" ucapnya dengan suara parau, dengan wajah yang tak berdosa ia pergi begitu saja membelah jalan ketiga orang yang sedang berdiri dengan wajah heran.

"Ga!" Arsya menyusul Arga yang sudah cukup jauh berada di depan.

"Apa?" ia berhenti, tanpa membalikkan badan.

"Ini lo 'kan Ga?" Arga hanya menoleh.

"Lo kenapa Ga? Ini lo 'kan?" kata Arsya.

Arga berdecak kesal, ia membuang pandanganya ke dua orang yang masih terpaku di depan UKS lalu menatap dalam-dalam Arsya.

"BUKAN URUSAN LO!" nada bicaranya meninggi di setiap kata.

Arsya terpaku. Beku. Arsya seperti di buat beku di tempat, ia melihat kepergian Arga yang mulai menghilang dari pandanganya.

"Baru kali ini gue liat lo kena semprot sama tu manusia es. Biasanya juga gue yang kena omongan pedesnya Arga." Marcell menepuk pundak Arsya sedikit keras, membuatnya sedikit meringis kesakitan.

"Nggak tau gue. Baru kali ini gue dibentak sama Arga, hati sama pikiranya emang susah ditebak," balas Arsya.

"Baru kali ini juga gue liat Arga segitunya sama cewek, deket sama cewek aja dia ogah apalagi sampe punya pacar tu orang." Marcell menepuk-nepuk pundak Arsya.

Setelah itu, tak ada lagi perkataan yang keluar dari mulut ketiganya. Diam. Hening.

******

Pelajaran di jam pertama telah selesai dan pelajaran selanjutnya merupakan pelajaran favorit Aurora. Kimia.

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang