36. Jalan Hidup yang Rumit

61 8 3
                                    

"Mungkin sudah menjadi takdir bagi manusia untuk hidup bersisihan dengan masalah yang datang dan pergi secara bergantian."

-------------------

      
PRITTTTTT!!!!
Peluit ditiup panjang oleh wasit, menandakan jika pertandingan sudah berakhir. Suara sorak sorai kembali terdengar meriah memenuhi ruangan itu. Semuanya terlihat senang karena lagi-lagi SMANTEN yang menjadi pemenang.

      Sejenak Arga melupakan rasa sakit pada kakinya ketika melihat mereka begitu bahagia, apalagi saat melihat Aurora yang membuatnya ikut tersenyum. Arga bangkit lalu dibantu Marcell untuk bersalaman dengan tim lawan sebelum meninggalkan lapangan.

"Maafin anak tim gue yang tadi ngelanggar lo, Ga." Reza menyalami Arga dengan rasa bersalah. "Gue juga nggak tau kenapa mereka berdua lakuin itu."

Arga hanya tersenyum, "Jangan lupa sambut kedatangan gue, Za." Arga lalu mengajak Marcell bersalaman dengan anak yang lain dan meninggalkan sang kapten basket dari SMAN 5 itu.

"Maksudnya gimana?" gumam Reza.

      Selesai saling bersalaman, Arga dan timnya berjalan ke pinggir lapangan. Arga sedikit tak tega dengan Aurora karena sempat melihat gadis itu mengeluarkan air matanya. Akhirnya dirinya juga kuat untuk menyelesaikan pertandingan terakhir ini. Arga tak begitu puas karena harus mengalami cedera sialan ini.

"Kerja yang bagus, kita menang lagi," ucap Pak Tri. Arga hanya mendengarkan sambil duduk.

"Tapi saya tetap saja kecewa karena harus ada yang cedera." Pak Tri menoleh pada Arga.

"Udah lah Pak, cedera gini mah udah biasa buat pemain," ucap Arga enteng.

"Kamu itu, selalu saja anggap semuanya enteng," omel Pak Tri. "Oh ya, Arga. Kamu sudah yakin memilih Veron sebagai pengganti kamu?"

"Yakin saya mah, dia mainnya juga bagus," jawab Arga.

"Baik. Saya sepemikiran dengan kamu." pungkas Pak Tri. "Jadi kapten futsal SMANTEN untuk generasi berikutnya adalah Veron, selamat ya."

Semuanya tampak senang, mereka menyalami Veron dan mengucapkan selamat.

"Terimakasih atas kepercayaannya." Veron berterimakasih dengan sopan.

"Untuk Arga, saya akan bawa kamu ke rumah sakit setelah ini." Pak Tri kembali membuat Arga merasa tak enak.

"Eh, enggak usah Pak," kilah Arga dengan cepat.

"Saya dan Arsya yang akan bawa Arga ke rumah sakit Pak." akhirnya Marcell menjadi penyelamat Arga juga. Ia juga tersenyum.

Pak Tri memicingkan matanya, "Baiklah, semoga cepat membaik ya Ga," tutup Pak Tri.

"Iya Pak."

*****

    Aurora turun dari motornya lalu mengganti jaketnya dengan jaket DRAKEZ yang sempat dibawanya. Setelah selesai Aurora berjalan masuk ke dalam markas dengan memegangi tali tas gendongnya.

Sesampainya di ruang utama Aurora langsung melihat Vano dan anggota inti lainnya sedang duduk bersantai di sana. Masih terlihat beberapa anak lain, tapi mereka kebanyakan sedang berada di sirkuit atau di gardu depan markas.

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang