37. Masa Putih Abu-Abu

70 8 8
                                    

"Jangan lupain kebersamaan kita ya, Ra."

----------------------


Aurora duduk manis di kursi taman yang ada di sekolahnya itu dengan beberapa buku terbuka di atas pahanya. Ia mengetuk-ngetuk dahinya dengan bolpoin beberapa kali. Ia sedang berpikir. Tampaknya ada materi yang sulit dimengerti olehnya.

Sejuknya udara di sini membuat pikiran Aurora tenang, ia bisa fokus untuk melakukan belajar tambahan di sekolah. Lagipula ujian juga sebentar lagi mengucapkan selamat datang.

"Ra?" Aurora mengangkat pandang karena dirasa ada yang memanggilnya.

"Ada apa, Rel?"

Farel yang tadinya berdiri tegap kini menyenderkan tubuhnya di pohon rindang yang ada di dekatnya.

"Lo kok tau kalo gue di sini?" tanya Aurora.

"Tadi tanya sama anak sekelas lo, gue ga tau namanya," jawab Farel.

"Tanya Alya?"

"Enggak."

"Emang Alya nggak ada di kelas?" ini kenapa malah jadi bahas Alya?

"Tadi gue nggak lihat."

"Pasti ngapel nih sama Arsya." batin Aurora. Marcell dikemanain dong?

"Lo masih inget nggak? Lo pernah minta gue buat tunjukin foto masa kecil gue kan?" Aurora menutup bukunya lalu bersandar pada kursi, ia tampak mengingat-ingat.

"Lo masih inget Rel? Gue aja hampir lupa kalo lo nggak ngomong barusan." Farel terkekeh mendengar ucapan Aurora.

"Gue nggak bakal lupa." selalu saja ini yang Aurora dengar. "Mau lihat nggak nih?"

"Mau dong, udah lama gue nunggu."

Farel mendekat lalu memperlihatkan fotonya saat kecil kepada Aurora dari layar ponselnya.

"Maaf Ra, gue emang akhir-akhir ini gak punya banyak waktu di rumah. Jadi ya sering ingetnya kalo lihat lo pas di sekolah." Farel terkekeh di dekat telinga Aurora.

Entah kenapa Aurora malah salah fokus dengan kekehan Farel. Kekehan itu seperti tak asing di telinganya dan juga enak didengar. Pasti suara Farel merdu saat bernyanyi, ia saja bisa membayangkannya. Kenapa Aurora jadi memikirkan ini?

Dilihat dari belakang sini, Farel seperti memeluk Aurora, jarak mereka sangat dekat dan hanya terbatasi kursi taman. Farel berdiri sedikit membungkuk di belakang Aurora.

"Boleh kirim fotonya ke gue nggak?" Aurora mengeluarkan ponselnya.

"Boleh."

Farel bersandar pada belakang kursi yang Aurora duduki. Kini mereka saling membelakangi. Dengan cepat ia mengirim foto itu. "Udah kan?"

Aurora mengeceknya, "Iya udah, makasih ya Rel."

"Iya sama-sama." dahi Farel berkerut, "Emang mau buat apa itu foto gue?"

Farel lagi-lagi berpindah tempat. Kini ia duduk di  bawah, tepat di depan Aurora. Pandangan cowok itu mengarah pada Aurora. Mereka berdua tampak seperti sudah akrab, padahal awalnya tak seperti ini. Farel memang tipe anak yang mudah akrab dengan anak lain, tapi jarang juga ia sedekat ini dengan perempuan, walaupun itu hanya teman sekelasnya.

Aurora tak mengindahkan ucapan Farel, ia masih sibuk mengamati foto itu. Dilihat dari bawah - dari Farel, Aurora jadi makin cantik saja. Awas khilaf Bang, udah punya pacar tuh gadis!

"Nggak ada foto yang lain ya, Rel?" Aurora akhirnya bersuara, ia kini menatap Farel.

"Ada sih, kenapa emang?"

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang