41. Masih Berlanjut

52 10 2
                                    

      Semua mata masih menuju pada Wulan, ia hanya bisa diam sambil terus berpikir kata apa yang harus ia ucapkan. Lama sekali, anak-anak itu menunggu jawaban yang keluar dari mulut Wulan. Mamangnya ada apa? Kenapa Wulan sampai tegang seperti itu?

"Ra, Mama mau bicara sama kamu." hanya itu perkataan yang keluar dari mulut Wulan. Ia menarik tangan Aurora lalu mengajaknya keluar ruangan.

"Mereka mau kemana?" lima orang yang masih di dalam ruangan itu hanya bisa melihat kepergian Wulan dan Aurora dengan rasa penasaran.

"Susulin nggak?"

"Mereka butuh waktu buat bicara berdua. Kita tunggu aja di sini," ucap Arsya. Ia mampu menenangkan teman-temannya itu. Farel? Anggap saja masih temannya.

Arga masih penasaran dengan Wulan yang tadi seolah mengenal Farel, apa memang sudah benar-benar kenal? "Rel, lo kenal sama Tante Wulan?"

Farel menoleh, "Nggak."

****

"Udah Ma, di sini aja." Aurora berhenti berjalan, mereka berdua kini berada di lorong rumah sakit yang letaknya jauh dari ruangan Arga.

"Mama tadi salah ngomong ya?" Wulan terlihat masih mengatur napasnya.

"Sedikit," jawab Aurora jujur.

"Ya habisnya Mama kan kaget liat ada Farel di sana. Tapi, itu bener Farel ya? Sahabat kecil kamu dulu? Dia udah balik lagi ya? Apa emang dulu dia pindah di Bandung?" tanya Wulan berderet.

"Tapi kok dia kaya nggak kenal Mama gitu?" lanjutnya.

Aurora sudah tak kaget lagi kalau Wulan akan menanyakan ini. "Apalagi Mama, sama aku aja dia awalnya nggak kenal."

"Kok bisa gitu? Apa dia lupa?"

"Aku nggak tau Ma, masih bingung. Dia itu beneran Arel nggak ya?" Aurora mulai gelisah.

Wulan ikut terdiam, seperti ada yang mengganjal, "Kenapa nggak kamu tanyain aja sama dia?"

"Aku udah tanya, tapi Farel bilang nggak punya sahabat cewek dulu, tapi kok muka Farel sama Arel pas kecil sama?"

"Mama nggak mau pusing mikir ini, Mama nanti harus bersikap seperti apa sama Farel?" tanya Wulan, ini bagian paling penting.

"Bersikap aja seperti Mama mengenal sahabat aku kaya Alya, Marcell sama Arsya."

"Oh iya Ra, Arga tadi kaya nggak suka gitu sama Farel, memang mereka kenapa?" tanya Wulan ingin tau.

"Ada sesuatu yang nggak baik aku kasih tau ke Mama," jawab Aurora. "Tapi Mama nggak larang aku buat temenan sama Farel kan?"

"Mama nggak larang kamu." Wulan tersenyum. "Habis ini kamu pulang aja kan?"

"Tapi nanti Arga gimana? Aku temenin dia aja di sini."

"Mama sama Papa-nya nggak di sini?" tanya Wulan.

"Enggak Ma, kayanya lagi sibuk. Arga juga gak bolehin aku buat hubungin mereka, Mama jangan kasih tau Om Surya sama Tante Maya, ya?" Aurora memohon.

"Iya nggak Mama kasih tau." Wulan mengelus puncuk kepala Aurora dengan sayang.

"Nanti pulang dulu ya, bareng Mama. Malemnya baru kamu ke sini lagi," ucap Wulan.

"Iya Ma."

****

"WOY BANG! UDAH MAINNYA, KITA UDAH DISURUH BERANGKAT NIH!" Dimas berteriak keras di pinggir sirkuit.

   Sejak tadi memang Vero sedang bermain dengan motor trail-nya di sirkuit bagian aspal. Sendirian? Tentu. Partner setianya kan sedang di rumah sakit, jadi Vero hanya bisa bermain sendiri. Mungkin sudah satu jam-an dia bermain.

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang