2. SMAN 10 Bandung

292 15 0
                                    

  "Ra cepetan! Udah jam berapa aja ini?!" Papa Aurora sudah gelisah saat melihat jam tanganya yang sudah menunjukkan pukul 06.50, sementara Aurora bergegas ke bawah untuk pergi sekolah diantar papanya.

"Ayo pa!Dadaa mama, pergi dulu. Assalamualaikum!" Aurora melangkahkan kakinya dengan cepat dan masuk ke mobil, tangannya melambai ke arah mamanya yang berdiri di samping mobil.

Sementara papa Aurora, Wijaya, fokus mengemudi mobilnya dengan kencang dan tak memerdulikan ocehan gadisnya yang menggerutu karena ulahnya.

"Gimana di Bandung? Lebih enak kan?" Akhirnya papanya menormalkan kecepatan mobilnya karena sudah hampir sampai di sekolah.

"Enak, apalagi kalo papa nyetirnya nggak segila tadi, untung aja nggak kenapa-napa." Aurora menimpalinya dengan tatapan sinis dan disambut dengan senyuman papanya yang merekah begitu saja.

"Haha, udah sampe nih, makanya kalo bangun jangan kesiangan, hampir telat kan? Sana masuk! Nanti pulangnya Pak Jono yang jemput." oceh papanya yang panjang kali lebar kali tinggi jadi luas tambah ada kelilingnya diabaikan begitu saja, ia memilih keluar dari mobil dan segera menyeberang jalan tanpa berkata apapun. Bagus, sekarang dia marah dengan papanya.

"Kebiasaan kan, nggak dengerin apa kata orang tua!" omel papanya lagi dari dalam mobil ketika melihat Aurora mulai menjauh dari mobilnya. Ia pun memilih untuk langsung tancap gas untuk pergi ke kantor.

     Aurora berjalan memasuki gerbang sekolah tanpa memerhatikan sekitar.


"Woyy, minggir!!!" Aurora tersentak kaget ketika ada seseorang yang hampir menabraknya, untung saja Aurora melangkahkan kaki secepat kilat sebelum motor itu benar-benar menabrak dirinya. Untung nggak kaya sinetron ya, mau ketabrak malah cuma teriak:v

Pengendara motor itu pun turun setelah berhenti tepat di depan gerbang, dengan pakaian yang tak rapi ia menghampiri Aurora.

"Kalo jalan liat-liat dong, untung nggak ketabrak!" Kesal cowok itu yang tanpa membuka helm-nya. Karena hal itu, banyak anak-anak lain yang berhenti di dekat mereka berdua hanya untuk menonton, tak sedikit pula yang saling berbisik membicarakan Aurora.

"Iya maaf, emang salah gue,"ucap Aurora. Ia juga sudah semakin tak nyaman karena menjadi pusat perhatian anak lama di sini.

   Cowok itu kembali naik ke motornya lalu pergi meninggalkan Aurora yang masih terdiam di tempat.

****

Aurora masih saja teringat dengan kejadian tadi, sambil berjalan menuju ruang guru, ia harus melewati koridor yang kebanyakan cowok-cowok berada di situ. Mereka memandanginya. Ia mencoba mengacuhkannya dan bergegas untuk ke ruang yang ditujunya.

Akhirnya dia pun sampai di ruang guru dan langsung disuruh masuk oleh Bu Fany, ia menurut.

"Sekarang kamu ikut ibu, kita akan ke kelas kamu," ucap Bu Fany, ia mengikuti di belakang gurunya itu untuk ke kelas baru tentunya.

      Tak memerlukan waktu lama, mereka sudah sampai di kelas XII IPA 1. Begitu dirinya masuk ia tercengang ketika melihat kelas yang semula ramai tiba-tiba menjadi sepi. Hingga akhirnya Bu Fany membuka suara.

"Anak-anak ini teman baru kalian." hal tersebut membuat Arsya langsung memukul bahu Arga agar melihat cewek itu.

"Silahkan perkenalkan diri kamu." Bu Fany mempersilakan. Aurora mengangguk lalu berdiri di tengah.

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang