19. Sandwich Spesial

64 12 10
                                    

   Pagi ini Aurora sedang sarapan dengan Wulan dan Wijaya. Dan jelas yang selesai dulu adalah Wijaya.

"Ayo Ra cepet, papa anter," ucap Wijaya sambil membenarkan dasinya.

"Nggak deh Pa," jawab Aurora sambil menggeleng pelan.

"Kenapa?" Wijaya menatap heran anak gadisnya itu.

  Terdengar klakson motor saat Aurora baru ingin menjawab. Ia langsung mengambil tasnya dan mencium tangan kedua orang tuanya lalu berlari keluar sambil menggendong tas.

"Aku berangkat dulu!"

"Bekalnya Ra!" teriak Wulan, ia mengikuti Aurora keluar, ternyata dia masih ada di gerbang.

"Ada apa Ma?" Aurora membalikkan badan karena mendengar suara mamanya memanggil.

"Sandwichnya ketinggalan Ra, kamu kebiasaan banget," omel Wulan, Arga tertawa kecil melihatnya.

"Ini Arga ya?" Wulan memerhatikan Arga yang tak melepas helmnya.

"Iya Tante, ijin mau ngajak Aurora berangkat bareng ya tan."

"Iya boleh." Wulan tersenyum.

"Berangkat dulu Ma." Aurora kini sudah naik ke motor Arga dengan bantuan tangan Arga. Ia juga telah membawa kotak makanan berisi sandwich.

"Iya, Ra, itu sandwichnya dikasih ke Arga ya? Jangan lupa!" pesan Wulan kemudian.

"Iya Ma."

   Setelah Arga pamit, motor melaju membelah jalanan yang mulai padat di pagi hari.

  Kedatangan mereka di sekolah membuat heboh seisi sekolah. Pasalnya, Arga dan Aurora datang bersama, sampai di sekolah bersama, menuju kelas juga bersama. Bagaimana tidak membuat potek hati anak perempuan yang melihatnya.

"Harus banget ya kita dilihat kek gitu?" tanya Aurora, untuk kali kedua ia merasakan hal ini dan tentunya sangat menganggu.

"Udah jalan aja," jawab Arga sembari menggandeng tangan Aurora. Aurora menatap tangan kirinya yang digenggam oleh tangan lebar Arga, ia tersenyum kecil.
 
   Baiklah, kini semua orang malah melihat mereka dengan tatapan yang berbeda-beda. Sedih, kaget, nyesek, dan apalah itu. Membuat banyak cewek yang semakin histeris karena mereka berjalan dengan bergandengan tangan.

"SAKIT HATI ADEK BANG!"

"MAU JUGA DONG DIGITUIN!"

"AAAA TEGANYA!"

"AKU TAK SANGGUP MELIHATNYA LAGI!"

"KAU SELINGKUH BANG?!"

  Arga mendengarnya, namun ia hanya diam dan tak meresponsnya. Sementara Aurora? Ia jadi geli dengan teriakan histeris dari anak-anak itu.

  Sesampainya di kelas, mereka berdua di sambut dengan wajah-wajah tak percaya dari dua kucrit dan anak lain yang berada di kelas.

"WEHHHH BENERAN LO 'KAN GA?" teriak Marcell histeris, ia menangkup pipinya dengan dua tangan dan melotot.

"Dari sekian lama gue menunggu, akhirnya. SELAMAT GA!" ucap Arsya, ia berdiri dan menjabat tangan Arga. Arga jadi bingung dengan sahabatnya ini.

"Apaan sih?!" ucapnya dingin, dia meletakkan tasnya di meja lalu mengambil buku. Aurora memutar kursinya agar menghadap Arga.

"Yok!" ajak Aurora, ia membawa bukunya dan menaruh di atas meja Arga.

Ketiga orang yang ada di sisi mereka menatapnya heran sekaligus bingung. Marcell dan Arsya kembali duduk sambil menyimak apa yang akan terjadi berikutnya.

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang