25. (00.30)

103 7 8
                                    

  

   Arga dan Aurora sekarang tengah berdiri di atap rumah Arga, bisa dibilang rooftop. Setelah bersih-bersih tadi Arga mengajak Aurora ke tempat ini, meninggalkan Arsya, Marcell dan Alya yang masih berada di sekitaran kolam renang.

"Kenapa ke sini? Nggak enak sama yang lain," ucap Aurora. Ia berdiri di belakang Arga.

"Nggak pa-pa." Arga masih tetap memandang lurus ke depan dengan dua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celananya.

  Suasana menjadi hening, Aurora dan Arga sama-sama terdiam. Aurora akhirnya berjalan ke depan dan duduk di pinggir dengan kaki menggantung, tepat di samping Arga berdiri.

"Ga?" Arga hanya diam tak menjawab perkataan Aurora. Matanya mulai bergerak ke sana kemari seperti sedang mengawasi sesuatu.

"Nyari masalah tu orang? Kayak ngga ada kerjaan."

  Arga memandang ke arah bawah, tak jauh dari rumahnya ia melihat beberapa orang yang sangat mencurigakan gerak-geriknya. Ia terus mengawasi gerak-gerik orang itu dengan matanya yang tajam.

  Aurora mulai penasaran, ia mengikuti arah pandang Arga, ia menyipitkan mata. "Kenapa Arga liatin orang itu?"

  Baru saja Aurora ingin membuka mulut, Arga menarik tangannya dan mengajaknya turun. Aurora semakin dibuat bingung, Arga tetap diam namun raut wajahnya nampak berbeda sekarang.

"Wooo kayak truk gandeng aja, habis ngapain lo pada?" Marcell berseru, ia masih sibuk memakan camilan di tangannya. Tak lama kemudian Arsya melempar kacang kulit ke muka Marcell.

"Muka dia udah kayak mau bunuh orang gitu lo masih aja bercanda," sindir Arsya dengan suara hampir seperti bisikan. Arga yang sempat mendengarnya langsung melirik tajam Arsya dan Marcell.

"Ampun," ucap Marcell memelas, ia menangkupkan tangannya di depan muka.

"Ada apa si Ga?" Aurora berusaha melepas cekalan tangan Arga, jangan kalian kira ini sangat romantis, sungguh tidak.

  Arga akhirnya melepas cekalannya, ia mengatur napasnya berusaha untuk tenang.

"Gue keluar dulu," ucap Arga sembari berjalan meninggalkan mereka.

"Ngapain?" tanya mereka berempat bersamaan.

"Ada urusan." Arga menjawabnya sambil terus berjalan.

"Sok sibuk lo!" teriak Marcell, Arga masih bisa mendengarnya namun ia tetap diam.

"Udah, biarin aja," saran Arsya, ia melirik kepergian Arga sambil meminum minuman sodanya.

********

   Arga berjalan keluar dengan langkah panjang, ia ingin cepat-cepat keluar dan menyelesaikannya. Ia tak ingin kerusuhan untuk hari ini, namun jika memang harus selesai dengan cara itu, bagaimana lagi?

  Arga membuka gerbang dengan pelan, dilihatnya di seberang sana ada beberapa orang laki-laki yang mungkin seumuran dengannya sedang fokus melihat ke sekililing rumahnya dengan satu orang seperti sedang menelepon.

     Mereka tak mengetahui kedatangan Arga, dengan santainya Arga mendekati mereka dari belakang. Arga menepuk bahu salah satu dari mereka sedikit keras.

"Apa sih lo? Jangan ganggu dulu, lagi sibuk gue," ucap cowok itu, ia menggerakkan bahunya agar tangan Arga terlepas.

"Diem!"

"Ya makanya lo jangan jail dong."

"Siapa yang jail?"

"Diem lo! Berisik aja, nanti ketahuan bisa mati kita," seru temanya yang lain.

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang