6. Hal Langka

134 17 6
                                    


     Sudah dua minggu Aurora bersekolah di SMA N 10 Bandung. Ia mulai terbiasa dengan suasana di sekitar, ia juga mulai akrab dengan anak-anak di kelasnya bahkan sampai adek kelas pun juga mulai mengenalnya. Tidak salah jika Aurora langsung dikenal banyak orang, dia sangat ramah dengan semua orang. Prinsipnya satu, apapun kondisinya tetaplah tersenyum.

  Hari ini ada pelajaran kimia, pelajaran yang digemarinya sejak masuk SMA. Nilainya selalu bagus di pelajaran ini, nilainya pun selalu kejar-kejaran dengan nilai Arga semenjak ia sekolah di situ.

  Arga memang salah satu murid yang masuk kategori pintar, sejak kelas 10 memang dia selalu mendapat peringkat 1 sekelas dan peringkat 1 paralel seangkatanya di jurusan Ipa.

"Ra?" Alya sudah berdiri di samping mejanya.

"Iya, ada apa?" Aurora kembali sadar dari lamunanya, ia segera merapikan bukunya yang ada di meja.

"Kuy kantin!" ajaknya, ia juga membantu membereskan buku milik Aurora.

"Oke! Tunggu di depan, nanti gue nyusul." Alya mengangguk lalu pergi meninggalkan Aurora. Tak hanya ada Aurora di kelas, tapi masih ada sebagian cowok yang masih tetap tinggal di situ.

"Selesai." Aurora menggesekkan kedua tanganya seperti bertepuk. Segera saja ia bergegas meninggalkan kelas yang tak lagi menarik saat ini.

"Ke kantin Ra?" seorang cowok berdiri di depannya, membuat dirinya tak bisa lewat.

Karna sedang malas, Aurora hanya mengangguk lalu mengibaskan tangan agar cowok itu minggir.

"Gue bareng ya?" bukan Marcell namanya kalo nggak suka cari gara-gara.

"Lo mau di situ terus apa gimana?" Arsya berhenti di ambang pintu, ia membuntuti Arga yang berjalan keluar.

Aurora menoleh ke arahnya lalu berjalan keluar kelas, meninggalkan Marcell yang tetap diam.

"Di tinggal lagi gue!" gerutunya, ia mengejar kawanya yang sudah berada jauh di depan sana.

*****

   Suasana Bandung yang agak panas membuat Aurora memilih membeli es buah dan siomay di kantin. Tak ada obrolan diantara mereka, Alya disibukkan dengan soto yang ada di depanya.

"Ra, ngapain sih daritadi liat ke sana mulu?" Alya menghentikan aktivitasnya karena melihat Aurora yang memandang seseorang yang tak jauh dari tempatnya.

"Apa istimewanya sih tu cowok? Dari tadi banyak cewek yang ngasih ini lah, minta foto lah, ajak ngobrol lah, ada apa sih?" Alya mengikuti arah pandang Aurora, ia menggeleng pelan, sedikit gemas dengan Aurora yang ada di depanya.

"Dua minggu sekolah di sini, masa nggak tau sih?!" Aurora menoleh ke Alya.

"Secara 'kan mereka itu ganteng Ra, mereka bertiga juga udah bareng-bareng dari kelas sepuluh. Mereka emang famous sedari dulu, nggak salah dong banyak cewek yang suka, terutama Arga tuh yang banyak ditaksir cewek, nggak cuma cewek seangkatan, adek kelas juga banyak tuh," lanjutnya, perkataanya membuat Aurora mengerutkan alisnya.

"Seistimewa itu mereka? Ya masa cuma mereka yang ganteng? Nggak mungkin lah!" Aurora menyuapi mulutnya dengan sisa siomay yang ada di piring. Perkataanya itu membuat Alya membuang napas dengan kasar.

"Tau deh. Emang sejak kelas 11 tu anak jadi idola di Smanten (singkatan dari sman 10)." jeda, ia menyeruput es jeruknya.

"Coba deh liat tu cowok." Alya menunjuk seorang cowok yang sedang berjalan menghampiri temanya dengan membawa semangkok bakso. Aurora menyipitkan matanya, memperjelas wajah cowok yang dimaksud Alya.

AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang