Untuk mengisi waktu senggang, Kalia tanpa sadar dan sangat bersukarela menceritakan masa lalunya padaku “Lalu, bagaimana bisa kamu menjadi seperti ini?” Tanyaku heran, sepertinya cerita ini masih belum selesai dan berhenti di tengah tengah. “Itu rahasia, sampai kamu menceritakan masa lalumu juga!” Dia kembali mengungkit masa laluku padahal tadi sudah asik mengenang masa lalunya.
Untuk orang orang seperti kami, dia terlalu mudah untuk menceritakan informasi pribadi kepada orang lain. Bayangkan bagaimana jika dia tertangkap, mungkin musuh tidak perlu repot repot menelanjangi dan menyiksanya sampai membuka mulut, melainkan hanya dengan berbicara empat mata beberapa menit, musuh sudah tahu seluruh kisah hidupnya.
Perbincangan kami terhenti seketika, aku mendengar suara mobil yang baru saja dinyalakan dan dilihat dari ekspresi Kalia, dia juga mendengarnya. Kami berdua mengangguk bersamaan menandakan setuju bahwa inilah saatnya memulai rencana B. Kami keluar rumah dengan sangat berhati hati, memastikan jalan keluar kami adalah titik buta si sniper.
Kami segera berlari menuju mobil dan beruntungnya kami, mobil empat silinder Juan Hndoko lewat tepat di depan kami tepat setelah kami masuk kedalam mobil. Kami menunggu beberapa saat sebelum benar benar mengikuti mereka. “Sepertinya Juan tidak menyediakan pengawalan ekstra kepada tamunya!” Aku menceletuk “Rekan bisnis ya rekan bisnis, bukan teman.” Kalia memandangku, aku mengerti maksud sindirannya.
Aku rasa mobil itu sudah cukup jauh, aku mulai menyalakan mesin mobil lalu melaju mengikuti mereka dari jarak 50 meter. Aku sengaja tidak menyalakan lampu depan dan belakang untuk menghidari resiko target mengetahui bahwa mereka sedang dibuntuti. Ini adalah jalan perumahan elit, penerangan jalan cukup memadai untuk memandang lima meter kedepan, tidak masalah menabrak satu dua benda kecil.
Aku tidak peduli siapapun yang ada di dalam mobil itu, entah Mclane atau Shioda, aku akan tetap membuatnya berbicara apapun cara yang harus ditempuh. Kami sudah memasuki jalan raya, jalan perumahan yang sepi dan remang sudah tertinggal. Ibukota memang tidak pernah mati, saat ini hampir tengah malam, tapi masih banyak kendaraan yang berlalu lalang.
Hal ini memang mempermudah kami, membuat kami lebih samar, tampak seperti kebanyakan pengendara lainnya yang sekedar ingin cepat pulang ke rumah setelah menyelesaikan kerja lemburnya atau sedang mencari hiburan malam di tengah tengah kota.
Sekitar sebelas menit kami mengikuti mereka, kami masih menebak nebak kemana tujuan orang ini. Jalan yang dia tempuh bukanlah jalanan menuju bandara, jadi kemana sebenarnya mereka pergi? Beberapa menit kemudian mobil itu masuk ke dalam area parkir milik sebuah klub malam. Kami terus melaju agar mereka tidak mencurigai kami. Aku melirik siapa sebenarnya tamu Juan Handoko yang naik mobil itu. Beberapa meter kemudian kami melihat sebuah minimarket yang sudah tutup dan aku langsung memarkirkan mobil di area parkirnya.
“Baiklah, dia masuk kedalam klub malam, apa rencananya?” Kalia bertanya padaku “Kita guanakan pesonamu untuk merayunya, aku sudah pastikan bahwa tidak ada penerbangan malam untuk hari ini, maka dari itu, selagi menunggu penerbangan pagi hari, Mclane memutuskan mencari hiburan di klub malam dan mungkin dia akan lebih memilih menginap di hotel sekitar pusat kota daripada harus kembali ke rumah Juan Handoko. itu adalah kesempatan yang bagus.” Jelasku pada Kalia. “Jadi kamu ingin aku masuk dan merayunya, mengajaknya ke hotel dan kita habisi disana?” Kalia menyimpulkan, aku hanya membalas dengan anggukan.
Aku harus berurusan dengan penjaga pintu terlebih dahulu sebelum bisa masuk ke dalam klub malam karena dandananku yang seadanya, tapi Kalia bisa meyakinkannya bahwa aku adalah temannya yang dia jemput malam malam untuk sekedar menemaninya menghabiskan waktu di klub ini.
Kami masuk ke dalam, musik EDM yang disuguhkan DJ menggelegar ke seluruh ruangan ditambah lampu warna warni menyorot ke setiap sudut dan juga pengunjung yang berdesakan menari di lantai dansa sambil memegang botol minuman keras, setengah mabuk, membuat suasana klub malam ini serasa panas membara. Aku dan Kalia langsung berpencar mencari target kami ditengah lautan manusia yang sedang mencari hiburan dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danau Yang Menyimpan Kenangan
ActionKetika seseorang telah menempuh perjalanan yang sangat panjang, melelahkan, dan menyakitkan. Orang itu akan mulai mempertanyakan apa arti dari kehidupan ini, apa gunanya dia berjuang sampai sejauh ini dan apa yang dia perjuangkan benar benar sebandi...