Kenan melemparkan geranat asap untuk memberitahukan posisi kami kepada pilot helikopter yang menghantarkan amunisi, rasum dan juga peralatan tambahan seperti baterai untuk mengisi ulang daya night vision dan tablet kami. Helikopter itu melayang tepat diatas kami. Kami menjauh beberapa meter sebelum kru helikopter itu melemparkan kotak-kotak besi yang berisi amunisi, peralatan, dan makanan siap santap.
“Aku harap itu membantu. Semoga sukses!” Ujar pilot. Kami segera mengisi ulang amunisi lalu mengubur kotak-kotak perbekalan ini di dalam tanah. Kenan juga mengubur geranatnya yang masih terus mengeluarkan asap merah terang. Setelah kami rasa semuanya bersih, kami melanjutkan perjalanan.
Sudah hampir dua bulan lamanya perang berkecambuk. Banyak korban berjatuhan di sisi kami dan jauh lebih banyak lagi disisi pemberontak. Terntara nasional terus mengepung dan mempersempit ruang gerak lawan. Kami belum sekalipun meninggalkan hutan sejak awal misi. Kami makan di hutan, mandi di hutan, dan buang air di hutan. Kami terus menebar teror untuk memperlemah mental pemberontak.
Aku beranjak duduk di samping Kalia yang sedang menguyah makanan. “Dua bulan di hutan dan belum mandi selama berhari hari, wajahmu kini tidak nampak seperti wajah seorang model lagi.” Aku tersenyum tipis mengejeknya. Kalia meliriku sinis. “Hanya karena aku bagian dari tim yang semuanya berisi pria, bukan berarti aku mau mandi bersama kalian!” Aku hanya bisa tertawa mendengar jawaban dari Kalia.
Tak ada perbincangan lagi setelahnya, kami tetap harus selalu waspada. Jeda istirahat adalah hal terburuk bagi para prajurit di garis depan. Kewaspadaan mulai menurun dan kau mulai mengingat keluarga yang menunggumu dirumah. Kau mulai berpikir untuk segera mengakhiri perang dan kembali kerumah tapi sayangnya kau tidak bisa melakukan apapun ditambah lagi tidak ada jaminan dirimu akan tetap hidup di keesokan harinya.
Kami segera mengemasi barang barang dan siap berangkat menuju kota terdekat sampai Zanu mendapatkan pesan. Pandanganku menyapu sekitar berusaha mencari musuh sambil menunggu komandan tim kami itu menyelesaikan kontak radionya. “Alam dan Kenan, kemarilah!” Akupun mendekat kearahnya.
“Ada sebuah kompi yang terjebak di lembah dan dikepung setidaknya tiga sniper. Mereka tidak memiliki unit penembak jitu dan mereka tidak bisa mengidentifikasi lokasi sniper musuh. Tugasmu adalah untuk datang kesana dan menghabisi sniper-sniper itu!” Aku mengangguk.
Aku dan Kenan memisahkan diri dan bergerak ke timur menuju sebuah lembah disela sela pegunungan tertinggi di negeri ini. Jaraknya lumayan jauh sekitar seratus kilometer dari posisi kami. Perjalanan ini akan memakan waktu sekitar lima belas jam. Aku berharap kompi itu bisa sabar menunggu kami.
Matahari sudah mulai menghilang dan langit juga sudah gelap. Kami sudah berjalan sekitar sembilan jam tanpa henti. Kami melewati beberapa desa tetapi tidak sempat untuk melakukan pengintaian karena kami sedang dikejar waktu.
Kini giliran bulan dan bintang-bintang menerangi setiap langkah kami dihutan yang gelap ini. Jika aku boleh jujur, hembusan angin malam yang dingin dan suara alam yang misterius membuat kesan horor yang kuat. Tetapi tidak ada waktu untuk memikirkan hal semacam itu, kami harus terus berjalan menuju target.
Kami sudah sampai di tepian lembah. Aku merasakan hawa yang tidak enak, bulu kudukku berdiri dan merinding. Aku mengenali tanda ini dimanapun. Aku langsung melompat kearah Kenan dan badan kami langsung tersungkur ke tanah. Sebuah peluru berkaliber besar menghantam pohon dibelakangku. Energi kinetik yang dibawa peluru itu mampu menggoyangkan batang pohon besar yang sepertinya sudah berusia puluhan tahun itu “Untung saja masih sempat!” Aku membatin dalam hati. Sebuah peluru kembali melesat beberapa senti diatas kami dan menghantam pepohonan dibelakang.
“Senior! Apa yang akan kita lakukan sekarang?” Tanya Kenan padaku. Aku masih terdiam menimbang segala kemungkinan yang ada dan mencari jalan terbaik untuk keluar dari situasi yang tidak menguntungkan ini. Dilihat dari manapun, senjatanya jauh lebih unggul daripada milikku. Dengan kaliber sebesar itu dia bisa mengenai target dari jarak 1,5 km tanpa takut meleset.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danau Yang Menyimpan Kenangan
ActionKetika seseorang telah menempuh perjalanan yang sangat panjang, melelahkan, dan menyakitkan. Orang itu akan mulai mempertanyakan apa arti dari kehidupan ini, apa gunanya dia berjuang sampai sejauh ini dan apa yang dia perjuangkan benar benar sebandi...