Aku membuka mataku secara perlahan, cahaya putih sangat terang menyilaukan mata membuatku menutup kembali mataku yang tampaknya masih belum bisa menyesuaikan rangasangan cahaya. “Alam?” Aku mendengar seseorang memanggilku, kurasa jaraknya cukup dekat. Aku mengenali suara itu. Aku membuka mataku kembali, kali ini aku bisa melihat dengan lebih baik. Cahaya putih menyilaukan itu berasal dari lampu neon panjang. Kepalaku terasa sakit dan aku masih belum bisa mengingat apa yang terjadi padauk sebelumnya.
“Alam?” Suara itu terdengar lagi, aku memandang kearah seseorang yang duduk disampingku. Kapten Hassan? Untuk beberapa detik kemudian aku menyadari bahwa sekarang aku berada di sebuah ruangan putih bersih yang nyaman. Sebuah kamar VIP di rumah sakit.
Kapten Hassan menyodorkan segelas air putih kepadaku “Kau sudah lebih baik?” Aku meminum segelas air tadi lalu menaruhnya di meja dekat kasur “Maaf pak, aku tidak bisa menyelesaikan misi, aku membuat..!” Kata kataku tertahan di kerongkongan, mataku terbuka lebar, aku menyadari sesuatu yang lebih penting. “Bagaimana keadaan mereka??” Kapten Hassan hanya tersenyum.
“Mereka sudah mendapatkan penanganan, keadaan Kenan dan Fikri memang sangat buruk, tapi semua sudah diurus, mereka dibawa ke rumah sakit yang lain karena memang sudah protokol. Dan Kalia, luka tusuknya memang parah dan dalam, tapi keadaannya sudah stabil, dia berada di lantai tiga.” Aku berusaha bangkit dari kasur tapi tubuhku tak mengijinkannya, bahkan untuk bergerak pun terasa sakit. Kapten Hassan bangkit mengambil sesuatu di meja tamu dekat sofa “Kau sebaiknya tidak bergerak berlebihan, lukamu juga cukup parah!”
Kapten Hassan menyerahkan sebuah map coklat dengan label super rahasia. Pasukan Pemburu Hantu? Aku bertanya kepada diriku sendiri. Aku membaca setiap data dengan sangat teliti. “Dilihat dari ekspresimu yang berubah, kamu mulai mengerti apa yang menimpamu sebelumnya.” Ujar Kapten Hassan. Aku masih tidak mangalihkan padangan dari berkas yang kupegang.
“Ya, aku mengerti, bocah hacker itu hanya sebuah siasat. Havoc tahu kita mengincar mereka dan mereka memancing kita keluar dengan umpan yang paling efektif. Sesuatu yang sangat kita inginkan dan kita butuhkan. Jadi mereka juga menyusup ke badan intelejen paman sam dan penyusup itu pula yang membocorkan posisi kami hingga pasukan agen rahasia itu bisa mencegat kami. Dengan kata lain bocah hacker itulah penyusupnya!” Aku memandang Kapten Hassan, menunggu penjelasan lebih lanjutnya.
“Kau benar sekali, mereka berhasil mengadu domba kita dengan badan intelejen itu. Sama seperti kita, mereka juga menganggap anak itu hanyalah anak biasa yang iseng mengehack database mereka. Kita harus lebih berhati hati, tak kusangka mereka memiliki sumber daya yang sangat terampil seperti itu.” Ekspresi dari Kapten Hassan memang menunjukan bahwa dia sangat geregetan dan gemas.
“Bahkan dia bisa berekspresi seolah-olah bocah ingusan biasa yang tidak pernah mengalami siksaan sebelumnya.” Aku menunduk, coba menerka dimana letak kesalahan kami. Aku membaca berkas ini untuk ke sekian kalinya, masih menerka, lagi dan lagi dimana letak kesalahan kami, dimana kami melewatkan sesuatu. Satu orang anak berusia 18 tahun, bisa membodohi dua pasukan sangat terlatih dan sangat rahasia. Sepertinya aku tidak akan bisa tidur untuk malam ini.
“Lalu bagaimana anda menemukanku?” Tanyaku. “Kami mendapat pesan untuk segera mengirim sebuah pasukan ke salah satu sisi kota dimana terdapat sebuah mobil van hitam yang di dalamnya terdapat kalian, sepertinya seseorang telah menyelamatkan kalian.” Jelas Kapten Hassan.
Kapten Hassan sudah berlalu pergi sekitar tiga jam yang lalu. Lamunanku buyar ketika seorang suster masuk kedalam ruangan membawa makan siang berupa bubur yang rasanya hambar. Ah aku benci bubur ini, aku bahkan tidak sanggup menelannya lebih dari tiga sendok tadi pagi.
Masih banyak hal yang berputar putar tidak jelas di kepalaku, bagaimana caranya anak ingusan itu mengelabuhi kami dan bahkan kami tidak menyadarinya. Dan apakah orang yang menyelamatkan kami sebelumnya benar Jaka Sang Jagal. Aku percaya pengelihatanku tidak salah karena aku sudah mempelajari dan menghawal wajahnya sedemikian rupa. Aku akan mengenalinya bahkan ditengah kerumunan orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danau Yang Menyimpan Kenangan
AksiKetika seseorang telah menempuh perjalanan yang sangat panjang, melelahkan, dan menyakitkan. Orang itu akan mulai mempertanyakan apa arti dari kehidupan ini, apa gunanya dia berjuang sampai sejauh ini dan apa yang dia perjuangkan benar benar sebandi...