Aku memandang foto kami berlima. Kami bertiga sebagai laki laki menggunakan setelan jas yang membuat tingkat ketampanan kami berada di level selanjutnya. Sementara Bulan dan Faza memakai pakaian tradisional dengan make up yang sedikit tebal menurutku, tapi tetap mereka terlihat sangat cantik.
Foto ini diambil setelah acara wisuda kami. Sebuah acara yang sangat membekas bagiku pribadi. Sebuah momen dimana rasa bahagia dan rasa sedih bercampur menjadi satu. Rasa bahagia karena aku bisa lulus sebagai lulusan terbaik dengan nilai paling tinggi, juga rasa bahagia karena kami telah melampaui tingkat ini dan saatnya untuk menjejakan kaki ditingkat yang lebih tinggi lagi. Sementara kesedihan datang dari kenyataan bahwa aku akan segera berpisah dengans sahabat-sahabatku.
Aku berjalan menuju sebuah bangunan yang didepannya sudah dipenuhi oleh orang orang yang memakai kemeja putih dan celana hitam kain. Mereka membawa map dengan warna yang berbeda beda. Aku sendiri masih bingung harus melakukan apa dan sejujurnya aku tidak punya petunjuk sama sekali cara untuk mendapatkan nomor urut tes masuk ke dalam tentara.
Aku menoleh kearah kerumunan anak muda yang terlihat seperti sedang berdiskusi itu. aku pun berjalan menghampiri mereka dan bertanya satu dua hal tentang prosedur pendaftaran ini. Ternyata sebelum mendapatkan nomor, ada banyak hal yang harus aku lakukan. Sebenarnya aku juga sudah mengetahui syarat syarat administrasi melalui web resmi tentara tapi aku tetap bingung sesampainya disini.
Untung saja mereka sangat baik dan ramah dengan menjelaskan secara detail dan singkat mengenai prosesnya. Sepertinya mereka sudah beberapa kali mengikurti tes ini. pertama kami akan membeli sebuah map dan kalung untuk nantinya digunakan untuk menggantung nomor pendaftaran kami.
Setelah aku menyerahkan uang, anak yang aku ketahui bernama Herman itu berjalan dan masuk ekdalam bangunan melalui pintu samping. Tak perlu menunggu lama, Herman sudah keluar membawa tumpukan map dan kalung. Kami segera mendatanginya dan mengambil map kami masing masing.
“Kamu masukin berkasnya sesuai urutan dan tulis nama dan alamat!” Ujar Herman sambil membantuku membereskan berkasku yang cukup acak acakan. Kami pun berbaris mengikuti barisan yang sudah terbentuk sejak tadi. Tak lama, salah satu panitia dengan pakaian dinas keluar dari pintu utama dan memerintahkan kami semua untuk masuk dan membentuk barisan yang rapi.
Setelah barisan dirasa cukup rapi, kami diperbolehkan untuk duduk dan satu per satu anak dipanggil untuk maju kedepan menyerahkan berkas yang dia bawa. “Hei, itu bapak yang tengah cukup galak. Berhati hatilah!” Gilang yang duduk dibelakangku berbisik. Akupun sedikit menelan ludah, memang terlihat dari raut muka dan cara bicaranya. Panitia yang duduk ditengah itu memang galak.
Giliranku. Aku pun maju ke depan dan ternyata mendapat jatah untuk menghadap panitia yang dianggap galak tadi. “KTP orang tua dan foto!” Ujarnya. Aku pun mengeluarkan barang yang dimaksud dari dalam saku kemeja. Beliau mengecek dengan detail semua berkasku sampai akhirnya beliau menutup dan memberikan tanda tangan di halaman depan map. Syukurlah berkasku tak ada yang salah sedikitpun.
Selanjutnya aku beranjak menuju tempat pengukuran tinggi dan berat badan dan setelahnya mengambil beberapa kertas yang harus diisi dengan biodata lengkapku dan keluarga. “Eh jangan mengisi dengan huruf kecil, pakai huruf balok semua!” Ujar Herman setelah melihatku menulis nama dengan huruf kecil. Aku mengangguk dan berterimakasih padanya.
Sepertinya aku harus mulai berteman dengannya karena aku banyak tidak tahu tentang proses pendaftaran yang akan terasa panjang ini. dua jam kami menunggu dan akhirnya nomor pendaftaran itupun keluar. Aku memakainya dengan bangga setelah keluar ruangan pendaftaran. Aku melihat herman, Gilang, dan beberapa anak lainnya sedang mengobrol tidak jauh dari posisiku beridri.
Aku segera menghampiri mereka dan mengajak berkenalan. Mereka menerimaku dengan sangat baik dan mereka tidak membeda bedakan teman atau umur. mereka adalah teman seperjuanganku kelak nanti saat proses tes yang melelahkan dan juga waktu pendidikan di akademi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Danau Yang Menyimpan Kenangan
AksiKetika seseorang telah menempuh perjalanan yang sangat panjang, melelahkan, dan menyakitkan. Orang itu akan mulai mempertanyakan apa arti dari kehidupan ini, apa gunanya dia berjuang sampai sejauh ini dan apa yang dia perjuangkan benar benar sebandi...