PERTEMPURAN TERAKHIR

37 26 0
                                    

“Dari info yang kudapat, presiden di tawan di pegunungan ini di suatu tempat.” Kapten Hassan menunjuk peta yang terpampang pada meja strategi. Sebuah wilayah pegunungan sekitar lima puluh kilometer ke utara dari kota besar terdekat. Kota ini menjadi medan pertempuran bagi kelompok yang pro pemerintah dan keompok pemberontak. 

Dalam praktiknya di lapangan sangatlah rumit, banyak kelompok yang memperebutkan kota itu dan setiap kelompok memiliki kepentingan masing masing meskipun mereka berada di pihak yang sama. Beberapa negara maju juga ikut mengintervensi pertempuran mereka, mengirimkan mata mata atau bahkan kekuatan militer. Suasana di kota itu sangatlah panas dan rumit,  jadi kami sebisa mungkin harus menghindari kontak senjata dengan kekuatan asing.   

Setelah brefing misi secara mendetail selama hampir dua jam, mempelajari setiap celah dan kemungkinan, kami membentuk dua barisan rapi dan bersiap untuk terjun. Aku mengecek perlengkapan Kenan yang berada di depanku, kemudian berbalik dan membiarkan Kenan mengecek perlengkapanku karena posisi posisiku berada di paling belakang.

Pintu kargo mulai terbuka, udara di dalam kabin tertarik keluar dengan cepat. Kapten Hassan mengangkat tangannya dan menunjukan dua jari menandakan kurang dua menit lagi dari titik penerjunan. Aku melirik ke sisi kiriku dimana Kalia sedang berdiri. Dia menolehkan pandangannya kearahku kemudian mengangkat tangannya dan mengepalkan tinjunya. Aku tersenyum dari balik masker oksigenku, aku melakukan hal yang sama. Kami beradu tos.

Lampu merah berubah menjadi hijau. “Bergerak!” Teriak Kapten Hassan diikuti isyarat untuk segera terjun. Pasukan di baris depan mulai terjun satu persatu dan akhirnya tiba giliran kami. Aku menoleh sedikit kearah Kalia, dia menganggukan kepalanya. Kami melompat dan terjun dari ketinggian 14 km dari permukaan air, menukik tajam kebawah kearah pegunungan yang menjadi sasaran operasi kami.

Tanah sudah terlihat, aku sedikit menoleh kearah selatan. Tanpak siluet merah berkecambuk mengelilingi kota itu, sepertinya mereka sedang bertempur. Aku kembali memfokuskan diri pada tanah yang akan kami pijak. seratus meter, aku langsung menarik parasut keluar. Kami semua mendarat dengan lancar di titik-titik penadaratan masing masing.

Dalam misi ini, dua puluh dua orang tim harimau dibagi menjadi lima tim untuk mempercepat pencarian. Kami segera melipat dan menyembunyikan parasut kami sedemikian rupa. Kali ini tidak ada agen yang akan membersihkan jejak kami disini, jadi kami harus menemukan presiden secepat mungkin dan segera meninggalkan tempat menuju lokasi penjemputan yang telah disiapkan.

Aku melihat dari teleskop jarak jauhku, menyapu pandangan ke atas pegunungan, memastikan tidak ada orang yang melihat kami mendarat. Setelah yang lainnya selesai membereskan parasutnya, kami kemudian langsung bergerak menyurusi setiap ruas gunung mencari gua-gua yang kemungkinan dijadikan tempat untuk menawan presiden.

Gunung ini menjadi tempat pelatihan tentara pemberontak, jadi kami harus ekstra hati-hati dan sebisa mungkin menghindari kontak senjata jika bertemu mereka secara tidak sengaja. Seperti biasa aku berjalan didepan sebagai ujung tombak tim. Aku terus memindai sekitar dengan teleskop yang terpasang di atas senapan sniperku. Aku melirik jam tangan, pukul sembilan pagi. Aku merasakan sinar matahari muali menyengat kulit.

Aku kembali menyapu pandangan ke setiap sudut pegunungan. Sesuatu menarik perhatianku, aku memperbesar zoom di teleskopku untuk mendapat gambaran yang lebih jelas. Terlihat sebuah mulut gua yang ditutup menggunakan seng dan penutup seadanya. “Target tujuh ratus meter!”.

Kami langsung bergerak cepat menuju mulut gua itu. Saat tiba disana, kami tidak menemukan pintu masuknya, sepertinya gua ini sengaja dikunci karena telah ditinggalakan atau untuk menyembunyikan sesuatu di dalamnya. Bagas mencoba menarik-narik seng yang menutupi gua itu, berusaha membukanya. Tiba-tiba dua orang pemberontak muncul dari balik bukit, mereka tanpak kaget melihat kami sedang mencoba masuk ke gua mereka.

Danau Yang Menyimpan Kenangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang