Kota ini, aku langsung teringat kejadian itu, tergambar jelas di benakku. Masih terbesit kenangan rumit dihati jika mengingat masa lalu. Tidak bisa dikatakan kenangan pahit tetapi tidak pula kenangan manis. Mungkin diantara keduanya. Pahit ketika aku harus menghadapi kenyataan bahwa aku harus merelakan bidadariku bahagia bersama orang lain dan manis ketika aku melihat senyum bahagianya untuk yang terakhir kalinya.
Kami sedang menunggu keputusan dari rapat sangat rahasia antara presiden dengan seluruh pemimpin divisi detasemen hantu, menentukan apakan kita akan melakukan serangan atau tidak. Rapat ini sangatlah rahasia dan bahkan hanya presiden seorang saja yang mengetahui biodata asli dari petinggi detasemen ini. bahkan prajurit pengawal yang paling dekat dengan presiden pun tidak akan tahu siapa mereka, mungkin mengira hanya orang penting lainnya. Semua keputusan kembali ke komandan tertinggi yakni presiden.Perlu diingat bahwa target kami sangatlah besar, seorang pengusaha yang menguasai dunia gelap di beberapa negara di benua ini terutama bagian tenggara. Pengaruhnya sangatlah besar dan hanya perlu menjentikan jari, dia bisa menekan pemerintah berdaulat di suatu negara berkembang yang kondisinya sedang tidak stabil.
Kami sudah bersiaga sejak kemarin malam di bandara milik angkatan udara ini. menunggu hasil perundingan dengan presiden yang hasilnya akan disampaikan langsung ke kami. Zanu sebagai komandan tim merah di lapangan telah memberikan arahan mengenai strategi yang akan kita gunakan saat penyerbuan. Dimana dan kapan kita mendarat, bagaimana cara kita mengepung dan masuk dan hal detail lainnya.
Pasukan putih dan hitam juga sudah terkoordinasi penuh dan siap berangkat untuk menyerang target masing masing. Setiap tim terdiri dari lima puluh orang pasukan penyerang terbaik yang dimiliki detasemen hantu.
Aku masih mengotak atik senapan sniperku, memastikannya dalam kondisi terbaik karena bagi prajurit yang maju di garis depan, sahabat dan kekasihnya adalah senjatanya, hal yang akan menyelamatkan hidupnya. Kalia terlihat sedang makan rasum dengan lahapnya sementara Kenan sedang mengecek kembali peralatannya.
Beberapa tentara yang mondar-madir disekitar kami terlihat kebingungan. Aku bisa memaklumi itu, lima puluh orang bukanlah sebuah nomor yang kecil untuk diterjunkan ke sebuah operasi khusus. Terlebih lagi kami memakai baju casual seperti orang sipil yang dilapisi rompi anti peluru. Hal ini bertujuan untuk mempermudah kami melarikan diri atau berbaur jika nanti sesuatu yang buruk terjadi.
Setelah membuang bungkus rasumnya, Kalia beranjak duduk disampingku. “Apa kamu akan membalas dendam?” Tanpa ada angin dan apa ada hujan Kalia menanyakan pertanyaan yang sensitif. Aku menoleh kearahnya, menatap matanya tajam. “Aku tidak menyebutnya balas dendam, aku menyebutnya keadilan!” Kalia masih terus memandangku, tatapannya tak kalah tajam.
“Baiklah aku akan membantumu, orang tuaku terbunuh dalam perang juga ingat, meskipun perang yang berbeda, perang tetaplah perang. Setidaknya kamu punya target untuk melampiaskan kebencianmu.” Aku tahu saat Kalia berkata seperti itu, dia tidak sedang main-main. Aku tersenym kearahnya, lalu mengepalkan tangan “Partner selamanya!” Dia menyeringai, senyum mengembang diwajahnya yang sedikit memerah. “Partner selamanya!” Kami beradu tos.
Tiga puluh menit kemudian, Zanu mendapat panggilan telefon dari markas pusat operasi. kami menunggu dengan tegang dan berusaha menebak apa hasilnya sampai akhirnya. “Misi dijalankan! Kita berangkat sepuluh menit lagi, cek kembali perlengkapan! ” Seru Zanu ke seluruh anggota tim. Kami segera mengecek perlengkapan lalu menuju pesawat angkut khusus yang sudah dimodifikasi untuk anti radar.
Pukul empat sore pesawat lepas landas menuju arah selatan yang akan memakan waktu setidaknya delapan jam. Beberapa prajurit langsung tertidur memanfaatkan waktu untuk beristirahat dan beberapa lainnya bercanda ria, sementara aku masih terbanyang banyak hal. Perjalanan ini, misi ini mungkin akan menentukan masa depan bangsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danau Yang Menyimpan Kenangan
AksiyonKetika seseorang telah menempuh perjalanan yang sangat panjang, melelahkan, dan menyakitkan. Orang itu akan mulai mempertanyakan apa arti dari kehidupan ini, apa gunanya dia berjuang sampai sejauh ini dan apa yang dia perjuangkan benar benar sebandi...