PERTEMPURAN DUNIA HITAM

57 28 0
                                    

Aku berjalan menyusuri lorong hotel menuju sebuah ruang pertemuan tertutup yang didepan pintu masuknya terdapat dua orang dengan setelan jas. Di dalam ruangan itu sedang diadakan acara amal yang dihadiri orang orang kaya dan berpengaruh di seluruh negeri, beberapa artis juga terlibat dalam acara ini.

Acara ini menyangkut pengumpulan dana untuk korban bencana, korban perang, bantuan dana untuk masyarakat kurang mampu dan yang lainnya. Aku tidak begitu peduli dengan detailnya, yang aku pedulikan adalah bagaimana seorang Tito Cahyoko bisa menghadiri bahkan mempelopori kegiatan amal ini bahkan setelah aku lakukan pengecekan data, aku menemukan hasil yang sangat mencengangkan, tidak ada satupun bisnis Tito Cahyoko yang ilegal.

Sudah satu bulan ini kami menetap di kediaman Tito. Menurutnya, kami masih memiliki banyak waktu untuk pembalasan, tapi keahlian kami dalam menyusup dan intelejen akan terbuang sia sia, maka dari itu dia merekrut kami sebagai pasukan keamanannya setelah kami benar benar berhasil meyakinkannya bahwa kami adalah anak buah Orman.

Kembali lagi ke masalah ambiguitas sifat Tito Cahyoko, dia seperti memiliki dua sisi yang sangat berlawanan. Satu sisi dia sangat peduli dengan sesamanya, bahkan menyumbangkan jutaan dolar hartanya untuk amal dan disisi lain, dia bisa jadi orang yang sangat kejam yang terlihat saat dia mengintrogasi Mclane dan membuang mayatnya ke sungai.

Tito keluar ruangan, berjalan melalui lorong, aku langsung mensejajarinya. “Bagaimana acaranya Tuan?” Hanya sekedar basa basi. “Semua berjalan sesuai rencana. Sebaliknya bagaimana rencana kita malam hari ini?” Gilirannya yang bertanya padaku, kali ini bukan sekedar basa basi. “Tinggal menunggu perintah anda tuan.” Aku menjawab singkat, malam hari ini akan terjadi pertumpahan darah.

Sebelum ada yang menyerangmu, lebih baik kamu menyerang duluan. Itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan keadaan dunia hitam, setiap pembisnis pasti memiliki pasukan dan musuh, dan seringkali untuk melebarkan sayap bisnisnya, satu pengusaha harus menghancurkan yang lain dan satu lagi harus menyerang pesaing terdekatnya hanya untuk menghindari resiko diserang duluan.

Suara senjata dikokang terdengar memenuhi ruangan, semua pasukan sedang mengecek perlengkapannya masing masing untuk pertempuran. Sepertinya tidak semua daerah di ibukota dikuasai oleh Juan Handoko. Kami berada di ruang bawah tanah sebuah gedung perkantoran di daerah pusat ibukota, sekitar 20 km dari kediaman Juan. Seluruh kompleks perkantoran ini adalah milik Tito Cahyoko, outpost yang mengotrol seluruh bisnisnya di ibukota.

Tito masuk ke dalam ruangan lalu menaiki sebuah meja “Baiklah teman teman, malam ini kita akan menyerang musuh yang ingin menghancurkan kita! Orang orang yang ingin kekuasaan dan harta kita. Lalu apakah kita akan membiarkannya begitu saja? Aku rasa tidak!” Seluruh pasukan mengangkat senjatanya, berteriak mengeluarkan semangat membara

“Aku mengumpulkan kalian disini, 20 orang paling tangguh dan setia yang aku miliki, kalianlah yang akan membantuku mempertahankan kerajaan kita! Lalu, apakah kita takut?”  Sontak seluruh pasukan menjawab “Tidak!!” Tito sedang membakar semangat anak buahnya. “Apa kita Takut?” Kali ini suaranya lebih keras, lebih membara “Tidak!!” Pasukannya tidak mau kalah, mereka berapi api, siap mengorbankan nyawa mereka untuk Tito.

Tito turun dari meja lalu berjalan meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata lagi, seluruh pasukan tanpa dikomando langsung mengikutinya dari belakang. Tito masuk ke dalam mobil anti pelurunya bersama penjaga kepercayaannya dan diikuti oleh seluruh pasukan, ternasuk diriku. Enam iring iringan mobil Tito berangkat menuju selatan membelah aspal malam ibukota.

(Sehari yang lalu) Untuk beberapa saat mencoba, akhirnya aku bisa menyalakan mesin mobil. Aku berkendara ke timur menuju bandara yang ada di daerah ibukota timur. “Kalia masuk? Apakah kamu sudah berhasil mengumpulkan seluruh intel?” Aku menghubungi Kalia. Saat pembagian tugas, aku diberikan tugas pengawalan yang berarti aku harus menjaga dan menjamin keamanan Tito kemanapun dia pergi sementara Kalia ditugaskan sebagai penjaga outpost di kota hujan, mungkin Tito tidak ingin keamanan baru super cantiknya terlibat dalam bahaya.

Danau Yang Menyimpan Kenangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang