Perang bisa diartikan banyak hal tergantung siapa yang memandangnya. Tapi tak bisa dipungkiri, perang melahirkan kisah kisah hebat juga orang orang hebat. Perang ini bisa dibilang perang saudara, mungkin karena kesalahpahaman atau hanya sekedar kurang pengertian.
Tapi semua itu membawa konflik yang berdarah. Tentara nasional didoktrin untuk tetap menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa, setiap orang yang berusaha memisahkan wilayah di ujung timur ini dianggap pemberontak. Sementara para pemberontak didoktrin sebagai pahlawan atau pejuang kemerdekaan, mereka merasa memiliki hak untuk merdeka dan akan lebih baik begitu. Semua orang yang berusaha untuk tetap menjaga persatuan akan dianggap sebagai musuh.
Rama berjalan sedikit tergesa gesa menuju ruang komandannya. Dia menghembuskan napas berat, lalu mengetuk pintu ruangan. Dia tahu pertemuan ini akan berjalan sedikit tegang. “Masuk!” Rama memberi hormat lalu duduk dan menyampaikan isi hatinya. “Apa kamu gila? Kita sedang ditengah perang dan kamu malah meminta cuti?” Rama tetap memandang tajam kearah komandannya.
“Mohon izin, tapi pak, istri saya akan segera melahirkan anak kedua, saya harus pulang untuk menemaninya.” Komandan menggebrak meja “Kamu itu tentara, tugas kamu menjaga negara. Keluarga itu nomor dua, negara yang nomor satu!” Kata komandan dengan tegas dan sedikit membentak kepada Rama. “Pokoknya kamu tidak diizinkan pulang sampai jadwal cuti kamu selanjutnya. Kita memegang peranan penting disini!” Rama pun berdiri, memberi hormat dan keluar ruangan tanpa sepatah katapun.
“Kapten Ginanjar memang keras, kau tak usah masukan ke dalam hati lah.” Hibur Bayu untuk teman satu perjuangannya itu. Rama terus menyendok nasi bungkusnya tanpa berkata apapun.
Jam delapan malam, semua prajurit dikumpulkan untuk mengadakan pertemuan penting, panggilan misi. “Delapan jam yang lalu, satu regu intai diturunkan untuk menemukan markas rahasia musuh. Dua jam yang lalu mereka terlibat baku tembak dengan pasukan pemberontak, mereka dikepung dari sisi kanan dan sisi kiri.” Jelas Kapten Ginanjar sambil menunjuk peta.
“Mereka jelas lebih unggul dalam segi jumlah dan medan, mereka menyerang dari atas perbukitan. Dari kabar terakhir yang kita terima, regu intai berhasil melarikan diri, tapi mereka menderita tiga orang terluka dan satu tewas. Hanya masalah waktu sampai para pemberontak bisa menemukan mereka. Misi kita adalah untuk mengamankan regu intai, membawa mereka kembali dengan selamat dan memastikan intel yang mereka dapat sampai ke markas pusat!”
Tugas memanggil, kali ini kemampuan pasukan khusus akan diuji. Satu regu berisi sepuluh orang dibentuk, dikepalai oleh Kapten Ginanjar sendiri dan dianggotai oleh Rama, Bayu dan beberapa orang terbaik lainnya. Doa bersama dan brefing singkat diberikan Kapten Ginanjar kepada pasukannya. “Baiklah, ini sudah menjadi tugas kita! Kita dilatih untuk ini! Disebrang pulau sana ada istri dan anak teman teman kita yang sekarang sedang dalam kepungan musuh! Jadi kita akan menyelamatkan mereka, membawa mereka pulang dengan aman ke anak dan istri mereka!” Teriakan semangat berkobar keseluruh ruangan.
Pukul sembilan malam, operasi dijalankan. Tidak seperti pasukan elit lain di penjuru dunia yang hanya terlatih menembus pertahanan musuh dan mengamankan sandera, pasukan khusus ini terlatih untuk menyelamatkan sandera jauh di garis teritorial musuh dan menemukan jalan teraman dan tercepat kembali ke garis aman. Gelapnya malam dan suara alami hutan akan menyulitkan musuh mendeteksi mereka. Kapten Ginanjar dan regunya bergerak cepat menyusuri hutan menuju kordinat terakhir yang dikirimkan regu intai.
“Rama! Jangan melamun, tetap konsentrasi pada misi!” bisik Kapten Ginanjar ditengah deruan angin malam yang dingin menusuk tulang. “Ada apa denganmu?” Tanya Tanto, salah satu anggota regu. Rama hanya menggelengkan kepala, tidak berselera menjawab Tanto. Bayu memandang teman seperjuangannya, dia tahu apa yang sedang menjadi permasalahan Rama, dia juga akan bertingkah seperti itu jika sudah menghadapi masalah yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danau Yang Menyimpan Kenangan
ActionKetika seseorang telah menempuh perjalanan yang sangat panjang, melelahkan, dan menyakitkan. Orang itu akan mulai mempertanyakan apa arti dari kehidupan ini, apa gunanya dia berjuang sampai sejauh ini dan apa yang dia perjuangkan benar benar sebandi...