PENGORBANAN TERTINGGI

39 26 3
                                    

Aku melakukan diskusi dengan Kalia, merencanakan penyerangan yang paling efektif dan memiliki resiko paling kecil, kami juga harus berusaha agar tidak mencolok. “Apa kau yakin akan melakukan itu?” Tanyaku pada Kalia yang sepertinya lupa tentang ‘penyerangan yang memiliki resiko paling kecil’. Kalia mengangguk mantap, dia sangat yakin dengan rencananya.

Aku mulai berpikir jika Kalia sudah mulai kehilangan akal sehatnya. Dia selalu melakukan hal yang beresiko. Baiklah, rencana penyerangan sudah ditentukan. Aku segera membuat posisi sniping yang paling nyaman dan aman sementara Kalia mulai bergerak menaiki pegunungan mengambil jalan memutar menuju pintu gua itu.

Aku mengotak-atik teleskop yang terpasang di senapan sniperku, mengaturnya untuk melakukan tembakan jarak jauh secara berturut turut. Aku menumpuk sedikit bebatuan samping senapanku dengan sangat hati hati agar tidak menyebabkan kecurigaan. Baiklah, posisi menembak sudah pas dan tinggal menunggu Kalia sampai di posisinya.

Aku sempat melihat pergerakan yang mencurigakan diatas mulut gua itu. “Berhati hatilah Kal, aku melihat pergerakan aneh diatas mulut gua. Kemungkinan adalah sniper musuh!” Aku memperingatkan Kalia. “Tenang saja, aku tidak akan terlihat semudah itu, lagipula kamu ada disini untuk melindungiku kan!” Jawab Kalia santai. Jika aku tidak harus berkonsentrasi penuh pada teleskop senapan sniperku ini, aku pasti sudah menggeleng-gelengkan kepala mendengar ucapan Kalia. Apa dia tidak pernah berpikir atau takut sebuah peluru sniper menembus kepalanya.

“Diposisi!” Ujar Kalia. Aku menarik napas perlahan lalu mengosongkannya separuh. Aku meremas pelatuk selembut mungkin untuk meminilamisir getaran yang bisa mempengaruhi akurasi tembakan. Mantel kamuflase yang warnanya sangat mirip bebatuan di sekitarnya itu tersingkap. Peluruku telah menembus kepala sniper itu melewati teleskop snipernya.

Sontak seluruh pasukan di bawahnya menndongak keatas memeriksa apa yang terjadi pada sniper mereka. Tanpa menunggu aba-aba, Kalia menembakan senapan serbunya dan menjatuhkan operator senapan mesin taktis. Melihat temannya tersungkur ke tanah, para tentara dari kelompok pemberontak itu segera menyadari bahwa mereka sedang diserang.

Aku mengirim satu peluru menembus kepala salah satu tentara pemberontak yang masih kebingungan. Peluru itu terus melaju dan secara kebetulan menghantam perut tentara pemberontak yang sedang lari mencari perlindungan. Aku segera mencari target lain, mengabaikan tentara pemberontak yang menggeram kesakitan memegangi perutnya yang terus mengeluarkan darah segar.

Kalia terus menembaki dan melumpuhkan dua lagi tentara pemberontak sambil terus berpindah tempat untuk mengindari tembakan musuh. Aku mengincar tentara pemberontak yang bersembunyi dibalik tumpukan karung pasir sambil terus menembaki posisi Kalia. aku melepaskan tembakan tepat mengenai dada kanannya, membuatnya tersungkur seketika. Aku melihat tentara pemberontak berlari kearah senapan mesin taktis. Sebelum sempat dia menarik pelatuknya, sebuah peluru yang aku tembakan telah menembus dada kanannya.

Kalia mengganti magazennya yang telah kosong dengan magazen yang baru sambil berlari menuruni perbukitan kemudian dia menembak musuh terakhir yang tersisa. Kalia segera menuju ke mulut gua memastikan tidak ada musuh yang tertinggal. “Semua aman! Paling tidak untuk sementara.” Ujar Kalia melalui radio. Aku segera bergerak menuju posisi Kalia.

Saat Aku tiba diposisi Kalia, aku melihat lengan kirinya robek akibat terserempet peluru akibat baku tembak sebelumnya. Jika kami tidak harus dalam keadaan waspada, aku pasti sudah memarahinya. Betapa cerobohnya dia membuat dirinya sendiri sebagai upan seperti itu.

Aku segera mengambil penutup kepala salah satu tentara pemberontak yang sudah tak bernyawa dan membalutkannya di lengan kiri Kalia, paling tidak ini bisa menghambat sedikit pendarahannya. “Berhentilah menatapku dan berkonsentrasilah!” Ujarku sambil mengikat balutan pada lenganya. “Apa kamu khawatir jika aku kenapa-napa?” Tanya Kalia sambil terus tersenyum aneh. Apa yang dimaksudkannya, tentu saja aku sangat khawatir jika sesuatu yang buruk terjadi pada dirinya terlebih lagi jika itu semua disebabkan olehku.

Danau Yang Menyimpan Kenangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang