EPILOG

83 27 2
                                    

26 tahun kemudian.

“Drone pengintai di posisi! Pemindaian sedang dilakukan!” Letnan Jordi mengangguk. Sudah saatnya operasi ini dijalankan. Jordi dan tiga anak buahnya segera memasuki mobil listrik hitam yang terparkir tak jauh dari tempat mereka bediri. “Komandan, drone tidak bisa melakukan pemindaian ke dalam rumah itu. Sepertinya dia memasang penghalang atau semacamnya!” Ujar operator drone.

“Berhati-hatilah anak anak! Orang ini sangat ahli.” Ujar Letnan Jordi pada anak buahnya yang sudah mengepung rumah dipinggir danau itu. Mereka masih menunggu perintah selanjutnya dari komandan mereka sambil terus tiarap membaur dengan lingkungan sekitar, berharap si pemilik rumah tidak mengetahui keberadaan mereka.

“Komandan telah sampai pada target. Para sniper bersiaplah!” Ujar operator drone kepada rekannya. Mobil listrik hitam itu berhenti di depan pekarangan rumah. Letnan Jordi dan tiga orang anak buah bersenjata lengkapnya segera bergerak menuju teras dan mengetuk pintu rumah itu.

Beberapa kali mengetuk tetap tidak ada orang yang membukakan pintu atau hanya sekedar jawaban untuk menunggu sebentar dari dalam rumah. “Komandan! Aku melihat pergerakan di belakang rumah, seseorang sedang duduk di sana dan sepertinya sedang meneguk secangkir minuman!” Ujar salah satu sniper.

Letnan Jordi yang diikuti ketiga anak buahnya mengambil jalan memutar menuju belakang rumah. Tiga anak buahnya tak henti mengacungkan senapan submesin ringan mereka kedepan, bersiap dengan segala kemungkinan. Setelah berjalan beberapa saat, akhirnya mereka tiba di teras belakang rumah itu yang sangat asri dengan pemandangan danau yang jernih dan pegunungan yang biru.

“Sangat tidak sopan bertamu ke rumah seseorang sambil mengacungkan senjata seperti itu.” Ujar pria berumur antara lima puluh dan enam puluh tahunan yang duduk di kursi kayu klasik itu, kemudian ia menyeruput secangkir tehnya kembali. Letnan Jordi  memberi isyarat tangan kepada anak buahnya untuk menurunkan senjata.

“Maaf pak, kami dari kepolisian.” Ujar Letnan Jordi sambil mengeluarkan rencana kepolisiannya. “Aku tahu siapa dirimu. Kesinilah, duduklah disampingku!” Letnan Jordi dengan mata yang terus waspada beranjak duduk di kursi kayu klasik disamping pria setengah baya itu. sekilas jika memperhatikan gurat tegas di wajah dan otot kekar dari pria itu, semua orang pasti tahu jika dia dulunya tergabung dalam militer atau semacamnya.

“Apa yang ingin kau ketahui dari pria tua sepertiku?” Ujarnya kemudian kembali menyeruput secangkir tehnya. Letnan Jordi mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam saku celananya yang kemudian ditaruh ketengah tengah meja yang memisahkan kursi mereka berdua. Kotak kecil itu memunculkan layar hologram yang menampilkan gambar seorang gadis muda.

“Tiga tahun yang lalu, kami sedang menangani kasus penculikan seorang puteri salah satu bangsawan negara tetangga kita. Hal itu menyebabkan sedikit ketegangan antar pemerintah. Saat kami mendapatkan kabar bahwa salah satu penculik berada di sebuah apartemen di kota pahlawan, kami langsung melakukan penggerebakan di bangunan itu. kami mengerahkan pasukan terbaik dengan perlengkapan tercanggih.” Ujar Letnan Jordi sambil menggeser layar holongram yang kemudian menampilkan dua gambar sekaligus.

Letnan Jordi menekan gambar penggrebekan itu dan sebuah video terputar disana. Terlihat satuan anti teror elit kepolisian sedang berusaha merangsek masuk ke dalam bangunan dan tiba tiba lampu bangunan mati dan terdengar suara tembakan dari segala sisi. Teriakan-teriakan komando dan juga panik terdengar dari setiap mulut pasukan anti teror itu. “Bapak bisa lihat, satu orang mempermainkan dua regu pasukan anti teror paling terlatih di negara ini. hal itu jelas membuat kami penasaran siapa sebenarnya orang itu, dan orang itu adalah dia!” Ujar Letnan Jordi sambil menunjuk gambar gadis sebelumnya.

“Kami mencari semua informasi tentang gadis itu selama hampir tiga tahun dan semua hasilnya adalah nol.” Pria tua itu hanya mengangguk agukan kepala mencerna setiap kalimat dari Letnan Jordi. “Sampai suatu saat terjadi kebocoran intel dari pihak militer dan dengan tidak segaja sampai ke tangan kami. Kami mengetahui nama gadis itu adalah Tessa, tidak ada nama panjangnya. Nama itu di dapat dari penyadapan yang dilakukan pihak militer beberapa tahun lalu.” Letnan Jordi kembali menggeser layar hologramnya dan menunjukkan sebuah file dengan logo sangat rahasia.

“Intel itu mengatakan bahwa gadis ini seorang yang genius, lulus di usia empat belas tahun dari sekolah-sekolah ternama. Dia sangat tertarik pada perencanaan strategi perang dan berbagai hal lainnya yang berbau militer. Dia di rekrut sebuah divisi rahasia militer yang sampai saat ini tidak kami ketahui. Ahli dalam bela diri, spionase,  menggunakan senjata api, dan bahkan program komputer, gadis ini menjelma menjadi senjata yang sangat mematikan. Semua kemampuan taktisnya dikombinasikan dengan kecerdasan dan pesonanya membuat dia bisa meruntuhkan satu negara hanya dalam waktu satu malam.” Ujar Letnan Jordi.

“Sampai kami menemukan sebuah foto yang terselip di bank data kami.” Letnan Jordi menunjukan sebuah foto seorang gadis kecil yang sedang menggandeng tangan ayahnya. “Jadi kau ingin aku memberitahumu tentang anak gadisku?” Ujar pria itu setelah sejenak terdiam mendengarkan semua cerita dari Letnan Jordi. Komandan pasukan anti teror kepolisian itupun mengangguk pelan, berharap pria tua dihadapannya mau bekerja sama.

Pria tua itu menggelengkan kepalanya, dia tidak berniat untuk menjelaskan soal puterinya kepada Letnan Jordi yang ekspresi mukanya sudah berubah. “Maaf pak, dengan segala hormat. Saya tahu bapak dulu tergabung dalam sebuah tim rahasia militer atau semacamnya dan mengingat bapak adalah abdi negara, saya berharap bapak mau menceritakan semua informasi yang mungkin membantu kami dalam tugas kami ini. karena seperti yang bapak ketahui, gadis ini adalah ancaman nyata bagi negara. Jika bapak melindunginya, bapak bisa dianggap sebagai pengkhianat!” Ujar Letnan Jordi sedikit mengeraskan suaranya.

“Apa kau baru saja mengancamku!?” Pria tua itu menatap tajam Letnan Jordi. Letnan Jordi menelan ludahnya, tatapan pria tua itu membuatnya dan tiga orang anak buahnya yang bediri dibelakang itu takut dan segan. “Butuh lebih dari satu batalion berisi penuh dengan orang orang seperti kalian untuk membunuhku. Jadi jika kau tidak memiliki kemampuan untuk itu, jangan pernah sekali kali mengancamku nak.” Ujar pria itu dengan nada marah.

“Empat sniper dan dua puluh anggota timmu yang sendari tadi tiarap mengepung rumahku tidak akan bisa membantumu. Sebaliknya, sebaiknya kau mulai pikirkan isteri isteri mereka yang akan menjada jika kau berani mengancam seseorang sepertiku!” Nada pria tua itu masih tinggi namun sudah lebih turun dari sebelumnya.

Mata Letnan Jordi terbelalak mendengar jabaran dari pria tua yang mulai beruban di depannya itu. dia tidak bisa menebak bagaimana cara pria itu mengetahui setiap detail jumlah dan posisi pasukannya. “Maafkan saya pak, saya tidak bermaksud menyunggung anda.” Ujar Letnan Jordi dengan nada paling halus yang dia bisa.

“Anak gadisku memang memiliki pola pikir yang rumit dan susah untuk dipahami, tetapi aku selalu tahu dia adalah anak yang baik. Banyak hal di dunia ini yang tidak seperti kelihatannya. Banyak rahasia yang tersimpan rapat rapat, dan memang sebaiknya seperti itu. Jadi aku sarankan kalian cari tahu lebih dalam lagi, jauh lebih dalam lagi. Sejujurnya kalian bukanlah tandingan orang orang seperti Tessa.” Jelas pria tua itu. Letnan Jordi pun mengangguk dan mengucapkan terimakasih.

Semua pasukan anti teror itu ditarik mundur untuk meninggalkan lokasi, mereka memang tidak mendapatkan intel apapun dari pria tua itu, tetapi mereka mendapatkan sedikit pelajaran bahwa banyak hal di dunia ini yang sulit untuk dipahami, yang jahat belum tentu jahat dan yang baik belum tentu baik. Letnan Jordi bertekat untuk menelusuri kasus ini. Dia sangat ingin tahu kebenaran apa yang tersimpan dibalik semua tipu daya yang ada seperti yang dikatakan pria tua yang ditemuinya sehari yang lalu.

Danau Yang Menyimpan Kenangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang