Aku memasuki ruangan yang penerangannya cukup remang, aku melihat sekeliling sejenak kemudian duduk di salah satu bangku yang masih kosong disamping Kenan yang mungkin sendari tadi sudah berada di sini. Kami masih menunggu dua orang lagi.
Beberapa menit kemudian, Fikri, seorang agen senior mantan pasukan elit angkatan udara masuk ke dalam ruangan. Kapten Hassan sedikit menggelengkan kepala mengetahui tebakannya semula adalah benar, Kalia lah yang terlambat dalam pertemuan ini.
Tak lama kemudian, Kalia yang masih memakai gaun pesta malam masuk ke dalam ruangan seperti tidak membuat kesalahan sedikitpun. Dia segera duduk disamping Fikri dan pertemuan ini akan segera dimulai. Kapten Hassan selaku komandan divisi lapangan akan memberikan briefing ke setiap operasi lapangan. Dan kali ini sesuatu yang cukup seru telah terjadi.
“Beberapa hari yang lalu, seorang anak remaja berusia delapan belas tahun bernama Hendra dengan tidak sengaja berhasil meretas database badan intelijen negara paman sam. Biodata anak itu sudah ada didepan kalian, kalian bisa pelajari nanti.” Aku melirik sejenak map coklat di depanku itu.
“Dan entah secara kebetulan atau tidak, anak ini berhasil menarik sebuah file yang berisi tentang Havoc dari database tersebut. Dua hari yang lalu kita mendapatkan kabar bahwa anak ini sudah berada di tangan agen agen negara paman sam dan mereka akan membawanya untuk diinterogasi atau semacamnya.” Kapten Hassan berhenti sejenak menunggu layar raksasa didepan kami berubah tampilan.
Layar itu menampilkan sebuah peta salah satu kota di pesisir timur negeri jiran. “Mereka masih berada di outpost mereka di kota ini, detailnya bisa kalian temukan di dokumen yang ada di depan kalian. Misi kalian kali ini cukup sensitif dan berbahaya. Paman sam jelas tidak akan membagi file itu kepada kita, jadi ambil file itu dan culik anak itu dari mereka. Dan ingat! Jangan sampai kalian tertangkap! Jika tertangkap, berbohonglah sebisa mungkin, detasemen ini tidak boleh diketahui siapapun apalagi orang luar!” Ujar Kapten Hassan yang diikuti teriakan ‘siap’ dari kami semua.
Kami berlanjut mempelajari berkas yang cukup tebal yang sudah tersedia di depan kami sendari tadi. Aku membuka berkas itu dan yang pertama terlihat adalah biodata Herman. Setelah kami semua mempelajari dan saling bertanya kepada Kapten Hassan untuk kejelasan misi, kami berlanjut mempelajari outpost yang dimaksud dan taktik misi yang akan kami pakai.
Sejauh yang dijelaskan Kapten Hassan, kami tidak mengetahui seberapa ketat outpost itu dijaga, tapi yang jelas, kami tidak boleh menarik perhatian sedikitpun. Kami akan mengamati, masuk, eksekusi, lalu membawa herman keluar tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
Pagi harinya, aku dan Kalia sudah duduk di kursi ekonomi salah satu pesawat milik maskapai dengan ambang burung biru dan tentunya kami sedang menuju negeri jiran. Aku melirik Kalia yang sedang menikmati makanan ringan yang dibagikan oleh pramugari beberapa menit yang lalu, sepertinya dia belum makan dari malam.
Kurang beberapa menit lagi pesawat ini mendarat, aku bisa melihat dari sudut cahaya yang menembus masuk jendela disampingku bahwa pesawat sudah mulai menurunkan ketinggiannya. “Kenapa? Kamu mau punyaku juga?” Ujarku pada Kalia yang tampak melirik makanan ringan milikku yang aku geletakan saja. Tanpa menunggu persetujuan dariku, dia langsung mengambilnya dan memakannya. Bagaimana bisa anak ini begitu lahap? Apa dia benar benar lupa untuk makan semalam?
“Berat badanmu akan naik drastis jika terlalu banyak memakan makanan ringan!” Ujarku meledek. Kalia hanya memutar matanya malas menanggapiku dan terus mengunyah makanan ringan itu sampai habis. “Harusnya kita naik di kelas bisnis atau semacamnya, tidak ada tempat untukku!” Rengek Kalia. Yah aku tidak akan menyalahkannya, tubuhnya yang tinggi semampai bahkan sama dengan tinggiku jelas kakinya tidak memiliki tempat yang lega. Aku juga merasakannya, hanya saja aku menahan untuk tidak mengeluh agar tidak terdengar seperti Kalia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danau Yang Menyimpan Kenangan
ActionKetika seseorang telah menempuh perjalanan yang sangat panjang, melelahkan, dan menyakitkan. Orang itu akan mulai mempertanyakan apa arti dari kehidupan ini, apa gunanya dia berjuang sampai sejauh ini dan apa yang dia perjuangkan benar benar sebandi...