JEDA

33 27 1
                                    

Aku membuka pintu secara perlahan, menatap ke penjuru ruangan yang tampak bersih. Sepertinya Om Herman menepati janjinya. Om Herman adalah adik laki laki ayah yang sangat dekat dengan kami dan yang pastinya sangat baik kepadaku. Saat ayah dan ibu masih hidup dulu, dia adalah kaki tangan Ayah di perusahaan.

Kini Om Herman lah yang mengurus perusahaan besar milik keluarga kami. Dia adalah orang yang setia dan terhormat. Setiap bulan dia selalu memberiku laporan keuangan perusahaan yang sangat terperinci. Aku bisa memastikan semua laporan itu bersih dan Om Herman tidak pernah mencuri sepeserpun dariku.

Sebelum aku pergi meninggalkan semua ini, aku meminta Om Herman agar setiap minggu dia mengutus seseorang untuk membersihkan rumah lama kami di tepi danau ini. Rumah yang sudah tidak aku kunjungi selama hampir tiga tahun terakhir.

Aku menaruh tas ranselku disofa kemudian memutar lagu sekencang mungkin. Lagipula tidak akan ada yang akan mendengarnya selain aku. Aku baru saja tiba dari mengunjungi pusara ayah dan ibukku, menceritakan semua hal yang aku alami tiga tahun terakhir, juga bertanya kepada mereka tentang rahasia rahasia mereka meskipun aku tahu mereka tidak akan bisa menjawabnya. Setidaknya aku sudah mengungkapkan semua isi hatiku. Sekarang aku bisa lebih tenang.

Meskipun dengan musik sekeras ini aku tetap bisa mendengar suara klakson mobil di depan. Aku membuka pintu dan melihat sebuah mobil SUV silver terparkir tepat di depan teras rumah. Kenan, Sasa dan Kalia keluar dari dalam mobil itu.

Beberapa minggu yang lalu setelah kami menuntaskan operasi hujan angin, kami mendapat konfirmasi positif tentang jasad yang kami bawa. Jasad itu adalah Edwin Berbatov. Dengan terbunuhnya salah satu petinggi Havoc yang sangat ingin menghancurkan negara kami membuat keadaan semakin stabil.

Kali ini pemerintah dan pihak berwenang memiliki ruang dan waktu untuk mengendalikan situasi. Pada minggu ke tiga, presiden menyatakan bahwa kondisi negara sudah kondusif dan kembali normal meskipun ada beberapa hal yang tetap harus dibenahi.

Aku rasa Havoc juga akan berhenti mengganggu negara kami sejenak, tapi aku tahu mereka pasti sedang merencanakan sesuatu. Cepat atau lambat mereka pasti akan kembali mebuat keributan dan saat itu tiba, aku yakinkan pada mereka jika negara ini dan segenap rakyatnya siap menghadapi mereka.

Banyak intel penting yang kami bawa dari operasi itu. Kami serahkan semua kepada rekan rekan kami di divisi analisis untuk menguak semua rahasianya. Karena itu semua, Kapten Hassan memberikan cuti kepada semua agen lapangan yang ikut andil dalam operasi sebelumnya dan tentu saja ada beberapa rekan kami yang menolak dan tetap ingin bekerja. Ya aku rasa jeda untuk beberapa waktu ada bagusnya.

Aku mengundang Kenan, Sasa, dan Kalia untuk berlibur dirumahku. “Aku tidak pernah menyangka rumah senior benar benar keren!” Aku rasa semua teman yang aku ajak berkunjung kesini pasti mengatakan hal yang sama. Tapi tunggu dulu, aku hanya pernah mengajak Faza kesini sekali.

Kenan menaruh daging sapi dan beberapa bahan makanan lainnya di kulkas. Sasa dan Kalia langsung menuju ke belakang rumah. “Huh, indah sekali pemandangannya!” Kata Kalia sedikit berteriak sambil meregangkan badannya. “Jika aku pensiun, aku akan membuat rumah di tepi danau yang indah seperti ini!” Kali ini Sasa yang terkagum kagum kepada keindahan danau dibelakang rumah.

Tapi aku punya satu pertanyaan. “Ya mungkin karena aku belum mengambil cuti selama hampir dua tahun, jadi mereka memberikanku cuti!” Jawab Sasa. Meskipun Sasa sering melakukan misi di lapangan, dia tetaplah berasal dari divisi analisis yang seharusnya sekarang sedang mengacak acak data intel dari misi sebelumnya.

Aku melihat matahari sudah condong ke barat, menandakan hari sudah mulai sore. Cahaya orange dan merah terlihat indah memantul di permukaan danau. Kenan berlari sekencang mungkin menuju tepi dermaga kecil kemudian dia melompat dan terjun ke danau. “Huh airnya segar!”. Sasa dan Kalia saling pandang, mereka seperti bersepakat tidak akan kalah dengan Kenan. Mereka berlari menuju tepian dermaga kemudian melompat setinggi tingginya dan terjun ke danau. Menciptakan cipratan air yang besar.

Danau Yang Menyimpan Kenangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang