20. Grey Side Of Him

3.2K 551 285
                                    

Nggak tau kapan bisa update lagi...

###

Berita pagi ini ramai dengan kabar pemecatan Andreas secara tidak hormat dari posisi perwira tinggi angkatan udara setelah foto bukti keterlibatannya dengan pemberontak terbongkar. Janu tersenyum puas, kemudian menghubungi Troy.

"Buat dia terbuang dari negeri ini. Lalu ambil posisi si bajingan itu untuk sementara waktu," kata Janu dingin, tanpa mengucapkan kata sapaan.

"Baik, sir!" Troy menjawab cepat. "Saya ingin memberi tau bahwa pihak dokter Giana telah melaporkan anda ke pihak kepolisian. Para penjaga yang anda hajar--"

"Bereskan mereka," desis Janu, menyela cepat. "Paksa kepolisian untuk menutup kasusnya. Culik Gia dan sembunyikan di suatu tempat."

"Akan saya lakukan."

Janu menutup panggilan itu dan masuk kembali ke dalam kamar. Aona masih tertidur lelap, kelelahan setelah menerima kemarahan Janu semalam. Luka lebam mulai tampak di kulit putih Aona, membuat Janu tidak bisa mengabaikannya.

"Halo," Janu menelepon orang lain. "Datanglah ke rumahku sekarang juga, Dok."

Janu mendekati Aona, duduk berjongkok disamping perempuan itu. Andreas berhasil membuatnya kehilangan kendali, sampai dia melakukan tindakan keji pada isterinya.

Sudut bibir Aona yang terluka sekarang agak mengering, Janu yakin beberapa bagian tubuh perempuan itu lebam dan terasa nyeri. Janu bahkan bisa melihat bekas tangannya di rahang Aona meski sangat tipis.

Lelaki itu menghela napas, mengusap wajahnya kasar. Meski merasa bersalah, Janu masih merasa marah pada Aona. Bagaimana mungkin perempuan itu mau pergi bersama Andreas--yang notabene adalah musuh dalam selimut, hanya demi melihat sisi gelapnya?

Janu tidak menyentuh Aona. Lelaki itu lebih memilih meninggalkan kamar. Sarapan pasti sudah siap, dia akan menyuruh pelayan mengantarkan sarapan Aona ke kamar nanti.

Janu mengerutkan kening ketika pelayan membawa keluar makanan Aona yang masih utuh. Pelayan itu menunduk takut.

"Nyonya menolak makan, sir," katanya. Janu menggertakkan gigi kemudian merebut nampan berisi sarapan Aona.

Isterinya masih bergelung di dalam selimut saat Janu masuk. Tapi, tampaknya perempuan itu sudah selesai mandi. Janu meletakkan nampan yang dibawanya ke nakas disebelah Aona

"Makan!" perintanya dingin. Bukannya menjawab, Aona justru menarik selimut sampai mengubur seluruh tubuhnya. Perempuan itu tidak mau melihatnya, cukup mudah di terjemahkan oleh Janu.

"Kau mendengarku, Aona!" tegur lelaki itu sekali lagi. Aona tidak menanggapi. Janu berdecak, membuka paksa selimut yang dipakai Aona dan mencengkram rahang perempuan itu seperti semalam. "Kalau kau tidak segera makan, aku akan menyiksamu dua kali lebih parah dari yang semalam. Paham?" Janu melotot geram.

Aona langsung memucat tanpa bersuara. Air matanya kembali menetes dengan tubuh gemetar ketakutan. Janu melepaskan cengkramannya.

"Makan. Sebentar lagi dokter akan datang," gumam Janu dingin kemudian keluar kamar lagi. Janu memutuskan untuk menunggu dokter datang di ruang tamu. Lelaki itu memantau kasus yang sedang menyeretnya dari laporan Troy atau bawahannya yang lain.

Ini bukan pertama kalinya Janu membuat ulah. Bukan pertama kali juga beberapa orang berusaha menjebloskannya dalam penjara Hanya saja Janu bukan tipe penjahat yang mudah untuk ditanggap. Ada atau tanpa bantuan jabatannya.

Janu bukan orang tanpa dosa. Justru karena dosanya sangat banyak, membuat lelaki itu tidak pernah ragu. Dia hanya menahan diri, termasuk kejadian semalam.

Janu menghela napas dalam. Memejamkan mata untuk mengetahui apa yang Aona lakukan di kamar mereka. Menu sarapan perempuan itu masih tersisa banyak, tapi setidaknya dia makan. Janu membatin dalam hati. Aona juga kesusahan bergerak karena tubuhnya yang lebam di sana-sini. Perempuan itu sesekali meringis dan mengerang sakit.

Saat mendengar suaran ban dan degup jantung baru, Janu langsung membuka matanya. Semenit kemudian, salah satu dokter yang dulu bekerja di rumah sakit yang sama dengan Aona sudah menghadapnya.

"Anda sudah datang," sapa Janu datar.

"Anda terlihat sehat, sir." dokter itu memberi komentar.

"Bukan aku yang harus kau periksa," tukas Janu. Lelaki itu kemudian balik badan, memberi isyarat agar dokter itu mengikutinya sampai di depan pintu kamar. "Laporan semuanya padaku," tambah Janu sebelum membukakan pintu untuk dokter itu.

Dia sempat mendengar Aona bergumam terkejut melihat tamu yang masuk ke dalam kamar mereka. Janu mengalihkan perhatiannya sendiri dan mencari seorang pelayan. Meskipun bajingan, dia punya adab untuk menjamu seorang tamu.

###

Hampir satu jam dokter itu ada di dalam kamarnya. Janu hanya menunggu dan mengawasi dari luar. Dia sadar, Aona akan merasa lebih buruk jika dia ada di sana.

"Luka fisiknya cukup parah, tapi saya sudah memberikan salep dan obat penghilang nyeri." Dokter itu berbicara setelah selesai memeriksa Aona. "Anda mungkin harus menahan diri untuk tidak menyentuh dokter Aona selama beberapa saat. Traumanya cukup memprihatinkan."

Janu membuang muka ke arah lain. Rahangnya terkatup rapat selama si dokter berbicara.
"Jika saya boleh menyarankan, mungkin anda bisa menyewa seorang psikolog untuk membantu dokter Aona," tambah si dokter hati-hati.

"Beri aku rekomendasi terbaik," sahut Janu cepat. Dokter itu mengangguk.

"Perlakuan lembut juga akan membantunya sedikit demi sedikit. Hal tersebut akan membangun kembali kepercayaan dokter Aona kepada anda."

"Jadi, kau ini seorang dokter atau psikolog?" cibir Janu tajam. "Jangan melewati batas!"

"Maafkan saya, sir." dokter itu membungkuk dalam.

"Semua obat yang diperlukan sudah kau berikan pada Aona?" tanya Janu memastikan.

"Itu benar."

"Baiklah. Kau bisa pergi sekarang." Janu mengibaskan tangannya ringan, membaca ulang hasil pemeriksaan Aona yang ditinggal di hadapannya.

Ternyata separah itu, Janu termenung. Pantas saja Aona sangat ketakutan padanya.

Ponsel Janu berdering, nama Troy muncul di layarnya.

"Ada apa?" tanya Janu.

"Saya mendapat kabar kalau Andreas telah melarikan diri, keluar dari negara ini, Sir. Berkas mengenai penyekapan Nyonya Aona semalam tidak bisa diproses karena hal tersebut," ucap Troy memberi laporan.

"Pergi kemana si bajingan itu?" tanya Janu dengan satu alis terangkat.

"Tidak ada data dari transportasi udara, darat maupun laut. Kemungkinan dia pergi berjalan kaki seorang diri setelah meninggalkan mobilnya di perbatasan kota dengan hutan negara," jawab Troy lagi.

Janu tertawa keras, merasa puas dengan hasil yang Troy jabarkan.
"Jadi, dia ingin mati tanpa seorangpun tau? Menarik," komentar Janu.

"Kemungkinan terburuk, Andreas tau persembunyian para pemberontak dan bergabung dengan mereka. Saya sudah membawa pemimpin pemberontak yang bertemu Andreas ke benteng Timur, bersama dengan nona Giana."

Janu tertawa lagi.
"Kerja bagus, Troy! Kau bisa fokus mengelola angkatan udara untuk sementara waktu. Aku akan menemukan pengganti bajingan itu secepatnya," ucap Janu sebelum mengakhiri panggilan telepon.

Janu bangkit, berjalan ke arah kamarnya untuk bersiap-siap. Troy sudah susah payah menangkapkan mainan baru untuknya. Mana mungkin dia menyia-nyiakan kesempatan untuk melampiaskan emosi?

Dan menghindari Aona selama beberapa hari?

###

Marry The GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang