38. Tidings

2.5K 501 240
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Janu sampai di istana negara ditengah keadaan pasukan militer yang terdesak mundur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Janu sampai di istana negara ditengah keadaan pasukan militer yang terdesak mundur. Jumlah pemberontak yang menyerang melampaui bayangannya. Apakah benar mereka semua adalah pengikut Andreas?

Tidak ada waktu untuk berpikir, Janu mengangkat senjatanya dan menembak para pemberontak secara random dari udara. Helikopter lain yang sebelumnya hanya menyemburkan gas air mata pun mendekati helikopter Janu untuk membantu.

Kedatangan lelaki itu rupanya mematik semangat baru bagi mereka yang berjuang melindungi negara. Meski sudah banyak rekan mereka yang meregang nyawa, walau jumlah mereka sudah berkurang drastis, sisa dari para patriot itu tetap maju dalam keadaan babak belur.

"Sir!" Keempat kepala militer menyambut kedatangan Janu dengan ekspresi lega.

"Kenapa bisa sampai sejauh ini?" Janu menggeram pada mereka, setengah perhatiannya tertuju pada gerombolan orang dari kelompok seberang yang mulai maju lagi.

"Sebagian dari mereka merupakan orang yang terdaftar dalam pengungsi resmi, sir." Ponta, panglima angatan udara yang menggantikan Andreas menjawab dengan nada bersalah.

"Bodoh!" umpat Janu tajam. "Lalu, siapa yang menjaga presiden dan yang lain kalau kalian semua ada disini?"

"Maaf harus menyampaikan kabar ini, sir, tapi kita sudah kehilangan presiden berikut keluarga dan para staff." Kali ini Asoka yang menjawab. Mata Janu membeliak.

"Apa maksudnya itu?" desisnya lagi.

"Sebelum penyerangan berlangsung, ada kejadian dimana masakan untuk para petinggi dan masyarakat yang ada disini diracuni oleh pihak mereka, sir. Banyak dari mereka yang tidak selamat, termasuk presiden kita." Kepala polisi menjawab ringkas. "Tidak ada yang berani mengatakan hal ini sebelum anda kembali," lanjutnya.

Janu berdecak, tidak menyangka keadaan akan menjadi sekacau ini ketika dia tinggalkan.

"Tembak atau bom saja mereka semua. Hukum negara ini sudah mati sebab kelakuan mereka sendiri. Jangan beri ampun!" titah Janu pada keempat pemimpin milier didepannya.

Marry The GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang