Up kalo vote udah 100 lebih dan komen 50 lebih.
Heheheee...
###
Sudah seminggu Aona tingggal di rumah Janu. Dia bekerja sebagai salah satu dokter peneliti wabah yang sedang menjangkit negara mereka. Yang masih membuat Aona tidak habis pikir sampai sekarang, Janu benar-benar punya laboratorium yang cukup besar di area rumahnya.Memang, Aona belum pernah menjelajah rumah itu seluruhnya. Hanya sekitar rumah utama; kamarnya, ruang makan dan kantor Janu. Tempat lain yang sering Aona kunjungi adalah laboratorium yang berada di bagian belakang rumah.
Dalam waktu satu minggu ini, Aona jarang sekali bertemu dengan Janu. Hanya sesekali ketika mereka makan malam atau saat lelaki itu menanyakan perkembangan kasus yang tengah mereka kerjakan bersama.
"Dokter Aona, hasil pemerikaaan morfologi virus sudah keluar." Vivian, kepala laboratorium di rumah Janu menyadarkan Aona dari alam lamunannya. Perempuan yang satu tahun lebih tua dari Aona itu terkenal cantik dengan kulit seputih susu dan rambut cokelat terangnya.
"Oh? Baiklah. Terimakasih," sahut Aona, menerima berkas yang Vivian ulurkan sambil tersenyum. Perempuan itu segera membaca laporan tersebut kemudian bergumam.
"Hmm, apakah kita bisa melakukan eksperimen kecil, Vivian? Aku ingin memastikan sesuatu."
"Eksperimen kecil?" ulang Vivian dengan bolamata memutar karena berpikir.
"Ya. Ada beberapa hal yang kuduga menjadi penyebab virus ini menyebar dengan cepat. Aku akan memberikan detilnya nanti padamu. Sekarang, aku akan pergi ke bagian farmasi lebih dulu. Percuma kita mengenali penyebabnya jika tidak tau obat yang tepat." Aona beranjak dari tempatnya duduk, tersenyum miring pada Vivian saat pamit pergi.
Laboratorium farmasi sendiri berada disamping laboratorium kesehatan. Tapi bukan Aona yang menjadi penanggung jawab tempat itu, melainkan dokter muda tampan yang bernama Johan.
"Apakah sudah ada perkembangan?" Johan lebih dulu bertanya saat menyadari Aona berjalan ke arahnya.
"Ya. Hasil pemeriksaan morfologi virus telah keluar," jawab Aona, mengulurkan laporan itu pada Johan.
"Benar-benar virus Corona?" tanya Johan lagi sambil menerima berkas tersebut.
"Ehem. Adalah kasus baru karena penyebab pneumonia adalah virus itu. Kurasa virusnya berkembang meski susunan tubuhnya tidak." Aona bergumam menanggapi. "Kau punya ide untuk meramu obatnya?"
"Ada beberapa." Johan mengakui dengan kening mengerut dalam. "Tapi banyak dari bahan obat yang tidak ada di negeri kita."
"Dimana kita bisa mendapatkannya?" tanya Aona penasaran.
"Di negeri yang jauh." Johan bergerak untuk menyalin laporan Aona. "Menurutmu, apakah kita bisa meminta bantuan pihak militer untuk membantu mencari obat ini?"
"Seharusnya, iya. Kurasa kau harus memintanya pada jenderal," jawab Aona, mengedikan bahu. "Dan ngomong-ngomong, aku akan melakukan sedikit eksperimen kecil untuk membuktikan hipotesaku mengenai kemungkinan suhu yang menjadi penyebab virus ini merajalela. Bisakah kita menunggu sampai hasilnya keluar?"
"Kalian harus bergerak cepat. Kita tidak punya banyak waktu." Suara maskulin Janu tiba-tiba terdengar. Aona dan Johan sampai berjengit kaget karenanya. Saat menoleh ke belakang, Janu dan Troy sudah berjarak dua meter dari mereka.
"Ada berita baru?" tanya Aona.
"25 pasien yang dikarantina, dikabarkan telah meninggal dunia pagi ini. Total, ada 254 orang meninggal dalam satu minggu," jawab Troy yang berdiri sedikit dibelakang Janu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry The General
FanfictionAdalah sebuah ketidaksengajaan ketika suatu hari Euna Aona bertubrukan dengan seorang lelaki yang memakai seragam militer. Kopi yang ia beli tidak tumpah, hanya dompetnya yang jatuh ke lantai. "Saya minta maaf." Sosok berseragam militer itu berucap...