30. About

2.9K 528 178
                                    

Iihhh.. Update dong...
Kukira nggak bisa update malam ini wkwkwkk...

Ayo, gaskeun vote dan komennya!

Ayo, gaskeun vote dan komennya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

###

Troy mengajak Treya pergi ke taman yang ada dirumah sakit sementara Janu berbicara dengan Reno. Mereka berdua memilih duduk di bawah pohon yang rindang dan sepi dari orang.

"Apa yang terjadi disini? Kenapa jenderal Janu tampak serius sekali?" tanya Treya, meremas jemarinya cemas.

Troy menghela napas panjang lebih dulu sebelum menjawab, "Ada hal yang perlu kau tau mengenai Reno, Treya."

Perempuan itu mengerutkan kening, tampak sangat penasaran. Troy memilah kata-katanya lebih dulu sebelum menyampaikan segalanya pada Treya. Saudarinya itu perlu mengerti situasi meski harus menyakitkan hati. Setidaknya Troy akan coba meredam sakit itu.

"Kau sudah lama berteman dengan Reno?" tanya Troy.

"Dia bekerja di cafeku selama beberapa tahun. Apa yang hendak kau sampaikan, Troy? Kau membuatku penasaran," sahut Treya semakin gelisah.

"Mungkin, Reno akan segera dipenjara begitu dia keluar dari rumah sakit ini," kata Troy.

"Apa?" Treya membulatkan mata terkejut. "Kenapa? Dia salah apa?"

"Dia pemimpin pemberontak yang sudah menyebabkan pandemi beberapa waktu lalu, Treya. Semua bukti dari investigasi kami mengarah padanya dan Reno pun tidak mengelak." Troy menghela napas sambil memperhatikan reaksi saudari kembarnya. "Kami sudah pernah menangkapnya sebelum ini, tapi dia melarikan diri."

Treya diam, tampak mencoba mengolah ucapan Troy. Perempuan itu tiba-tiba tertawa tanpa emosi.

"Kau pasti bercanda, kan?" tanyanya pada Troy. Mata Treya membelalak nanar.

"Kurasa, kau tidak akan berpikir ekspresi jenderal Janu menunjukkan kalau dia sedang melucu," tukas Troy lembut. Treya terkesiap kemudian terpaku. "Aku belum tau apa yang akan jenderal Janu lakukan pada Reno."

Treya tidak menanggapi, menunduk tepekur disamping Troy. Rasa tidak menyangka masih mendominasi hati perempuan itu. Memikirkan sosok Reno yang suka bercanda serta narsis tingkat dewa membuat Treya agak tidak mempercayai ucapan Troy. Tapi, bukankah Reno sudah mengakuinya sendiri?

Troy menyentuh tangan saudarinya lembut.
"Maafkan aku. Jenderal Janu sangat sulit ditebak," gumam Troy menyesal.

"Kurasa itu bukan salahmu," jawab Treya parau beberapa saat kemudian. "Aku hanya masih terkejut jika kata-katamu tadi benar."

"Kau bisa mengkonfirmasinya sendiri pasa Reno jika ingin," balas Troy. Treya menggeleng muram.

"Apakah Aona tau tentang hal ini?" tanya perempuan itu.

"Kurasa jenderal Janu belum mengatakan apapun padanya," jawab Troy. Meskipun berkali-kali Janu melemparkan ancaman kejam pada Reno, toh lelaki itu selalu berhasil menahan diri. Troy rasa Janu juga paham, jika Reno berarti untuk Aona. Jika tidak, mungkin Reno sudah mati sejak dulu.

Marry The GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang