Kalian tau kan seberapa efektif komen kalian buat nyemangatin aku? 😞😞
Kuy lah, komen dan vote gaes :(
###
Janu menjadi pemimpin ekspedisi mencari obat, sementara Troy diperintahkan untuk fokus pada kelompok pemberontak. Jenderal muda itu memilih bepergian jauh bukan hanya untuk menemukan obat penyakit yang sedang mewabah, tapi juga untuk membangun hubungan diplomasi dengan negara yang mereka kunjungi.Janu berusaha tersenyum pada keluarga pemimpin negara itu saat kedatangannya disambut dengan hangat. Beberapa makanan sudah tersaji di atas meja mengingat sebentar lagi waktunya makan malam.
"Bahan obat-obatan yang anda minta sedang kami siapkan. Mungkin butuh waktu dua atau tiga hari sampai semua terkumpu. Maaf jika anda harus menunggu lama. Wilayah negara kami sangat luas untuk di jelajahi dalam waktu satu hari saja." Pemimpin negara itu bersuara dari kepala meja makan.
"Anda mau membantu saja, saya sudah berterimakasih. Negara saya sedang sangat membutuhkan bahan-bahan itu sekarang," sahut Janu sopan.
"Ah, ya. Kuharap keadaan akan segera membaik disana." Janu mengangguk, mengaminkan ucapan itu dalam hati.
Acara makan malam berlangsung hangat dan damai. Setelahnya Janu diajak untuk mengobrol santai dan disuguhi teh herbal oleh si pemimpi negara. Mereka saling berbagi dalam konteks memperbaiki negara masing-masing. Tapi kemudian obrolan itu menyerong ke arah lain.
"Apakah anda sudah berkeluarga?" Janu mendongak, agak kaget ditanya tentang hal pribadi.
"Ah, belum," jawabnya mencoba tersenyum.
"Anda masih muda, handal dan juga tampan. Saya pikir anda sudah memiliki kekasih hati." Janu kali ini tidak menyahut. "Anak perempuan saya sepertinya seumuran dengan anda. Dia lulus dari sekolah hukum satu tahun yang lalu."
Lagi-lagi Janu hanya bisa tersenyum, sadar kalau ada maksud lain dari obrolan ringan mereka. Namun, jika pemimpin negara asing itu ingin menjadikan dia menantu, maka Janu tau apa yang harus dia perbuat.
Si pemimpin negara itu melirik karena tidak mendengar adanya respon dari lawan bicara. Tawa lirih langsung mengalun darinya begitu menyadari sesuatu.
"Saya punya hadiah special untuk anda bawa pulang," ucap si pemimpin negara asing, membuat Janu menoleh penasaran.
Saat pria paruh baya itu berbisik pada salah satu pelayan, Janu memasang wajah datar. Dia kembali membuang muka ke arah depan.
"Saya sangat jarang merasa terkesan oleh seseorang, tapi menjadikan anda anak menantu saya sepertinya tidak mungkin," kata orang itu tenang.
"Saya yakin anda akan mendapatkan yang lebih baik daripada saya." Janu akhirnya menyahuti dengan nada setengah menyesal. Pria yang duduk di sampingnya kembali tertawa.
Pelayan yang diperintahkan untuk mengambil sesuatu sudah kembali membawa sebuah kotak. Pemimpin negara itu menerimanya sebelum kemudian tersenyum dan menyerahkannya pada Janu.
"Ambilah. Berikan pada wanita yang special itu," katanya.
Janu menatap kotak kecil yang disorongkan padanya, berkedip agak tidak percaya. "Lebih baik--"
"--lebih baik anda mengambilnya. Dia pasti sudah menunggu anda terlalu lama," potong si pemimpin negara. Janu menahan senyum, ingin menertawai ucapan beliau dan juga dirinya sendiri. Kenapa dia mudah sekali berharap?
"Terimakasih," kata Janu kemudian.
"Saya harap, saat kita bertemu lagi, saya bisa berkenalan dengan perempuan itu." Janu tersenyum lebih lebar kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry The General
FanficAdalah sebuah ketidaksengajaan ketika suatu hari Euna Aona bertubrukan dengan seorang lelaki yang memakai seragam militer. Kopi yang ia beli tidak tumpah, hanya dompetnya yang jatuh ke lantai. "Saya minta maaf." Sosok berseragam militer itu berucap...