Bosen, ya? Sama. Saya juga.
Nggak heran kalau part ini terasa flat, soalnya saya juga ngerasa begitu. Passion buat nulai mulai hilang :) Curhatan ini nggak usah di komen, ya? Saya ngerasa bakal marah kalau ada yang bales ini :)Thank you..
###
Dalam keadaan yang sepi, sosok lelaki itu berjalan secara diam-diam mendekati Aona. Di tangannya, tergenggam pisau yang amat tajam.Meski mencoba melangkah tanpa suara, toh Aona merasa ada seseorang yang mendekat. Perempuan itu terbangun dan menemukan sosok Andreas berdiri tidak jauh darinya. Aona bangkit berdiri, mencoba menjaga jarak dalam kondisi kaget.
"Bagaimana kau bisa masuk kemari?" Aona bertanya dengan mata membelalak ngeri. Andreas tersenyum miring.
"Mudah saja karena tidak ada yang menjagamu. Apa kau sudah tidak berharga bagi Janu? Kenapa dia meninggalkanmu tanpa pengawasan?" balas Andreas, maju beberapa langkah mendekati Aona.
"Berhenti disitu! Atau aku akan berteriak memanggil penjaga!" seru Aona, mundur beberapa langkah lagi untuk menjauhi Andreas.
"Semua penjagamu sudah mati," kata Andreas menanggapi. "Kau juga akan menyusul mereka. Akan kubawa jasadmu pada Janu, segera."
Tubuh Aona gemetar dan darah surut dari wajahnya mendengar ucapan Andreas. Benarkah semua prajurit yang ada di rumah Janu telah tewas? Tidak mungkin, kan? Bagaimana dengan para penduduk? Aona merasa panik memikirkan hal itu.
"Kenapa kau begitu membenci Janu?" tanya Aona, suaranya berubah lirih.
"Kudengar dari mata-mataku yang ada disini kalau kau sedang hamil. Akan menyenangkan melihat betapa gilanya Janu saat aku membunuh kalian berdua," gumam Andreas mengabaikan pertanyaan Aona.
Mendengar ancaman Andreas membuat Aona otomatis melindungi perutnya dengan kedua tangan. Andreas masih terus mendekat dan dia mencoba menghindar.
"Kau tidak bisa lari, Aona. Kau akan mati!"
Andreas mendekat dengan pisau terangkat tinggi. Aona mencoba melarikan diri, tapi tangannya ditahan oleh Andreas kemudian dia dibanting ke lantai. Aona menjerit kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry The General
FanfictionAdalah sebuah ketidaksengajaan ketika suatu hari Euna Aona bertubrukan dengan seorang lelaki yang memakai seragam militer. Kopi yang ia beli tidak tumpah, hanya dompetnya yang jatuh ke lantai. "Saya minta maaf." Sosok berseragam militer itu berucap...