Adalah sebuah ketidaksengajaan ketika suatu hari Euna Aona bertubrukan dengan seorang lelaki yang memakai seragam militer. Kopi yang ia beli tidak tumpah, hanya dompetnya yang jatuh ke lantai.
"Saya minta maaf." Sosok berseragam militer itu berucap...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
### Suara derap kaki kuda yang berlari, beriringan dengan suara tawa cerita seorang anak perempuan. Dibelakang rumah keluarga Jacobs, Odette--anak Janu dan Aona tengah berkuda. Anak yang sekarang telah berumur delapan tahun itu tumpuh dengan sangat cantik, dengan rambut hitam panjang, mata lebar berwarna cokelat, pipi chubby menggemaskan dan tubuh semampai.
Dibelakangnya, tidak berjarak cukup jauh, Janu mengejar. Meski tampak ekspresi serius, toh lelaki itu tidak bisa menyamai kecepatan anaknya. Atau, dia tidak mau.
Hampir sembilan tahun telah berlalu sejak perang itu. Hampir sembilan tahun pula Janu menjadi pemimpin dari negaranya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Melihat banyaknya massa yang menyerbu rumahnya, Janu mengambil sedikit waktu untuk berpikir. Orang yang terlibat ternyata cukup banyak. Meski bisa menang, tampaknya akan menjadi kesia-siaan. Toh, niat utama Andreas bukanlah negara, tapi nyawanya.
"Dengar," Janu berbicara pada Asoka, Frederick, dan Troy yang berkumpul di sampingnya. "Pukul mundur mereka dari sini. Minimalisir korban."
Tidak ada penjelasan maupun alasan. Janu langsung terjun ke medan perang diikuti ketiga bawahannya yang masih setia. Persenjataan yang musuh bawa cukup berbahaya; pedang, pistol dan granat. Meski begitu, ternyata mereka masih amatir, asal memakai hingga melukai lawan. Andreas benar-benar hanya memanfaatkan mereka semua.
