Warning!
Ada adegan kekerasan yang mungkin bikin kalian nggak nyaman. Skip aja, ya kalau kalian nggak suka 😀###
Aona tidak menyangka bahwa akan tiba waktunya dia berkenalan dengan para petinggi pemerintahan. Selain rekan sesama militer, Andreas dan Gia ternyata juga turut mengundang para menteri serta jajaran kepresidenan.
Janu menggandengnya kemana-mana, menunjukkan keberadaan Aona tanpa menyebut nama ataupun status mereka. Aneh memang, namun Aona enggan bertanya. Alasan mereka pergi ke pesta pertunangan itu saja dia tidak diberi tau.
"Kau haus?" Janu bertanya.
"Aku tidak suka alkohol," jawab Aona menggelengkan kepala. Janu sendiri sudah menenggak kurang lebih lima gelas red wine sejak tadi.
"Hanya ada wine dan champange disini. Akan kuhubungi seseorang untuk membelikanmu minum. Jangan terima minum dari orang lain," kata Janu lirih.
"Baiklah. Aku mau air mineral saja," balas Aona. Janu mengangguk, menelepon seorang bawahannya yang berjaga di luar ruangan. Janu tidak mau ambil resiko Aona di racun oleh seseorang.
"Janu, bisa kita bicara sebentar di tempat yang lebih tenang?"
Baik Janu maupun Aona mendongak ke sumber suara yang tiba-tiba terdengar. Presiden menatap ke arah mereka sambil tersenyum ramah.
"Baik, Sir!" jawab Janu tegas. Lelaki itu mengusap lengan Aona sekilas sebelum mengikuti langkah presiden dengan sikap protektif.
Aona menatap punggung suaminya yang semakin menjauh, lalu mengedarkan pandangan ke tempat lain. Perempuan itu langsung merasa canggung karena tidak mengenal seorangpun dalam acara itu.
"Anda datang." Aona menoleh dan mendapati Andreas berdiri tidak jauh darinya. Ditangan lelaki itu ada segelas champange.
"Ah, iya," sahut Aona cepat. "Selamat atas pertunangan anda dengan dokter Giana. Acaranya sangat meriah."
"Terimakasih," ucap Andreas membalas senyum Aona. "Saya tersanjung karena anda berhasil membujuk jenderal Janu untuk ikut datang."
"Hahaha, saya rasa juga begitu. Dimana dokter Gia?" balas Aona berbasa-basi.
"Ana sedang berkumpul dengan teman-temannya," jawab Andreas tenang. "Mengenai janji saya, anda bisa mengikuti saya jika memang berminat. Tidak jauh. Jenderal Janu akan dengan mudah menemukan kita--saya akan menitipkan pesan pada seorang pelayan atau penjaga." Andreas tersenyum lagi.
Aona harus berpikir beberapa saat. Kemungkinan besar, ucapan Andreas adalah sebuah tipuan. Hanya saja, jika lelaki itu memang tau tentang suaminya, maka Aona tidak akan menolak. Toh, dia yakin Janu bisa menyelamatkannya apapun yang terjadi.
"Baiklah. Kemana kita akan pergi?"
"Lewat sini, Nona." Andreas menunjukkan jalan, bersisian dengan Aona sambil sesekali mengajaknya mengobrol ringan. "Harus saya akui, penampilan anda sangat menawan malam ini," puji lelaki itu.
"Terimakasih. Anda orang pertama yang memuji saya demikian." Aona tertawa renyah.
"Saya yakin tidak begitu," tukas Andreas, membawa Aona ke sebuah ruangan.
Kening Aona seketika mengerut melihat banyaknya layar yang menunjukkan rekaman cctv. Aona sadar, kamera-kamera tersembunyi itu tersebar di lorong yang tadi dia lewati dan juga tempat pesta di selenggarakan.
"Apa ini?" tanya Aona.
"Anda akan melihat sosok jenderal Janu yang sesungguhnya melalui ini," jawab Andreas, melipat tangan di depan dada disamping Aona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry The General
FanfictionAdalah sebuah ketidaksengajaan ketika suatu hari Euna Aona bertubrukan dengan seorang lelaki yang memakai seragam militer. Kopi yang ia beli tidak tumpah, hanya dompetnya yang jatuh ke lantai. "Saya minta maaf." Sosok berseragam militer itu berucap...