34. Feeling Inside

2.7K 513 182
                                    

###

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


###

Sudah hampir satu minggu Janu pergi. Rumah mereka di huni oleh semakin banyak tamu, tapi tidak ada yang terjadi. Beberapa kali Aona mendapat dan mendengar pertanyaan mengapa penduduk diungsikan dari rumah mereka. Jika itu terjadi, maka Asoka yang akan maju dan menjawabnya.

Seiringi semakin banyaknya orang yang berdatangan, para tamu pun terpaksa menghuni tenda yang telah di pasang di bagian belakang rumah. Dari sisi kanan sampai kiri, penuh oleh tenda-tenda darurat. Diantara mereka, keluarga De Phill dan teman-teman Aona tidak terkecuali.

"Aku punya jadwal bertemu dokter kandungan." Aona berbicara pada Asoka dan Rachel di suatu pagi. Mereka yang bertanggung jawab pada keutuhan rumah Janu dan seluruh isinya pun saling melirik.

"Tidakkah lebih baik kalau dokter anda yang datang kemari?" saran Asoka.

"Asoka, tolong!" Aona mengerang dan memijat kepalanya yang pening. "Aku butuh menghirup udara segar," katanya.

Saat itu lah Asoka sadar kalau Aona mengalami stress ringan. Mungkin kondisi negara yang belum pasti serta banyaknya tamu yang bertandang ke rumah membuat Aona merasa tidak nyaman.

"Saya akan mengantar anda," ucao Asoka menawarkan diri.

"Tidak. Aku ingin bergi bersama Rachel saja," tolak Aona. "Tambah beberapa pengawal juga boleh kalau itu membuatmu merasa lebih baik."

Asoka mengangguk mengerti sebelum pamit pergi untuk memilah prajurit yang akan mengawal Aona. Setelah lelaki itu pergi, Aona menatap Rachel dengan sorot memohon.

"Kau harus membantuku pergi ke suatu tempat setelah ini!"

"Nyonya, saya tidak bisa--"

"--Please, Rachel! Sekali ini saja!"

Jalanan kota terasa lengang saat Aona akhirnya pergi ke luar. Masih ada penduduk yang berseliweran, beraktifitas seperti biasa. Rachel yang duduk disamping sopir sama sekali tidak bersuara sementara Aona juga sedang malas mengobrol. Isteri Janu itu memilih untuk tidur.

Sesampainya di rumah sakit, Aona tidak hanya bertemu dengan dokter kandungan tapi juga psikolognya. Rachel menunggu di luar ruangan selama proses pemeriksaan.

"Anda tampak sangat tegang dan lelah," komentar psikolog Aona. Perempuan itu hanya mengulas senyum tipis. "Saya dengar pihak militer sedang giat turun ke jalan. Suasana jadi kurang menyenangkan, ya?"

"Benar. Dan membuat panik banyak orang," sahut Aona ringan. Sang psikolog balas tersenyum. "Bagaimana kabar anda sejauh ini?"

"Saya baik-baik saja, nyonya. Ada yang bisa saya bantu untuk anda?" sahut psikolog itu.

"Akhir-akhir ini aku susah tidur, merasa pergantian emosiku semakin melelahkan. Dan, ada hal yang membuatku tidak nyaman," aku Aona. Kali ini wajah perempuan itu berubah masam.

Marry The GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang