Pagi itu, seperti yang sudah dia rencanakan sebelumnya, Janu pergi chack up ke sebuah rumah sakit dengan dikawal Troy. Dengan memakai kaos hijau lengan panjang yang berpadu dengan celana kain hitam, Janu masuk ke dalam mobil.
Troy yang menyupir di depan tidak bersuara sama sekali hingga Janu bisa memejamkan mata dengan damai. Jarak rumah sakit ke kediamannya cukup jauh, tapi Janu membuka mata tepat sebelum mobil yang di kendarainya berhenti di tempat tujuan.
Lobi rumah sakit sudah ramai ketika mereka sampai. Troy yang memakai sweeter hitam berjalan sedikit agak di belakang Janu dengan kacamata terpasang.
Melewati meja resepsionis dan administrasi begitu saja, kedua lelaki itu berjalan mantap menuju ruang pemeriksaan. Troy sudah mengurus tetek-bengek itu kemarin hingga Janu tidak perlu menunggu lagi.
Ruang dokter yang bertanggung jawab atas kesehatan Janu dan jajarannya sudah siap dipakai. Seorang dokter laki-laki tua menunggu mereka sambil tersenyum ramah.
"Selamat datang, Jenderal. Apa ada keluhan tertentu yang ingin anda sampaikan?" tanya dokter itu. Troy menunggu di depan, sementara Janu duduk berdua dengan sang dokter.
"Aku tidak bisa tidur," jawab Janu pendek.
"Ah, sangat susah untuk mengambil libur di saat-saat seperti ini, tapi mengkonsumsi obat terlalu banyak juga berbahaya. Saya akan menuliskan beberapa makanan yang mungkin akan membantu mengatasi stress anda. Anda tidak memiliki alergi terhadap makanan tertentu, kan?"
Janu tidak menanggapi ocehan dokter itu, tapi sang dokter juga tampak tidak menunggu jawabannya. Selama dokter kenalannya tersebut menuliskan resep, Janu fokus pada hal lain.
"Baiklah, sekarang waktunya cek cairan tubuh. Boleh saya pegang tangan anda, Jenderal?" Janu mengulurkan lengannya, membiarkan dokter itu mengambil sample darah yang diperlukan.
Setelah semua hal yang dibutuhkan, Janu keluar.
"Troy, kapan waktumu untuk periksa kesehatan?" tanya Janu pada orang yang menunggunya tersebut.
"Minggu depan," jawab Troy dengan mimik bingung. Dia kaget karena mendadak di tanyai oleh atasannya yang pendiam itu.
"Masuklah," kata Janu menunjuk pintu dibelakangnya. Troy tampak tidak mengerti, sedikit bimbang saat berusaha membaca ekspresi datar Janu. "Aku punya tugas untukmu minggu depan."
Troy akhirnya mengangguk sekali kemudian masuk ke dalam ruang dokter. Begitu sosok Troy hilang dibalik pintu, Janu duduk di kursi. Kepala lelaki itu menunduk sementara matanya terpejam.
"Fiona, pergilah istirahat lebih dulu," suara lembut seseorang terdengar di telinga Janu, tapi lelaki itu bergeming.
"Apakah tidak apa-apa? Bagaimana dengan anda dokter Aona?" suara feminim yang lain menyahut cemas.
"Aku membawa bekal dari rumah. Pergilah, sebelum pasien berdatangan lagi," jawab Aona tenang. Ekor mata perempuan itu sempat melirik Janu sekilas.
"Baiklah kalau begitu. Saya akan segera kembali!"
"Tidak usah buru-buru. Makanlah dengan tenang. Kau tidak mau sistem pencernaanmu bermasalahkan?" tukas Aona lembut. Suaranya perlahan-lahan terdengar semakin jauh.
Begitu tidak terdengar lagi, Janu membuka matanya bersamaan dengan Troy yang keluar dari ruang dokter. Dengan wajah tanpa ekspresi, Janu mendongak ke arah letnannya tersebut.
"Saya sudah selesai. Tidak ada yang perlu di khawtirkan." Troy memberi laporan singkat.
Janu bangkit dari duduknya kemudian berkata, "Aku lapar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry The General
FanficAdalah sebuah ketidaksengajaan ketika suatu hari Euna Aona bertubrukan dengan seorang lelaki yang memakai seragam militer. Kopi yang ia beli tidak tumpah, hanya dompetnya yang jatuh ke lantai. "Saya minta maaf." Sosok berseragam militer itu berucap...