Tidak mungkin aku jatuh cinta

14.1K 308 1
                                    

-indrawan pov-

Kutelusuri lorong apartemen gadisku dengan agak cepat, banyak hal yg ingin kubahas dengannya. Namuk karena kesibukanku, bahkan aku tidak membalas pesan singkatnya.
Kubunyikan bel depan kamarnya. Gadisku membuka pintu dengan piyama mickey mouse nya dan tentu tersenyum dengan menawan.

"Mas..."

Sambut giska sambil langsung memelukku, aku membalas pelukannya dengan erat kemudian menutup pintu.

"Katanya jam 7 tadi, ko baru nyampe"

"Iya mas belum bs ninggal resto tadi,molor juga peresmiannya"

Giska membantuku melepaa dasi dan sepatu saat aku duduk disofa, perlakuan seperti ini yang membuatku merasa selalu dilayani.

"Mas, mau mandi dulu?, giska siapin air hangatnya"

"Nanti saja"

"Kenapa kamu tadi makan siang dengan rezky?"

"Mas, rezky temen giska,,jd temen kantor giska juga sekarang, so apa salahnya kita lunch bareng"

"Ya gak mesti cuman berdua,apa kata orang kantor"

"Jangan-jangan nanti temen jadi demen"

Aku sangat sensitif dengan masalah ini, ketakutan akan kehilangan giska ku menyelimuti ku saat ini.

"Mas,,,mas gak lagi cemburuin giska sama rezky kan"

Ucapan giska terasa mengejutkanku, tak sadar bagaimana sikapku menanggapi giska dan rezky. Aku berusaha mengelak dari obrolan ini dengan kekamar mandi.

"Mas, mandi dulu"

Didalam kamar mandi aku termenung cukup lama, mencerna kata-kata giska tadi.
Tidak mungkin aku mulai mencintai gadis pemuas nafsuku itu. Niatku hanya mencari kepuasan padanya yg mampu memuaskanku. Tapi kuakui giska memang tidak selayaknya seorang pelacur seperti banyak diluaran sana.
Oh shittt,,,,kenapa bisa aku terjebak dalam perasaan ini. Aku berusaha mengelak dalam perasaanku, namun aku laki-laki.
Bagaimana aku akan mengendalikan rasa ini.
Aku keluar dari kamar mandi saat giska menyiapkan makan malam kami.

"Makan dulu mas, giska buat nasigoreng"

"Hmmmm,,sepertinya enak"

Aku duduk dikursi biasanya, teh manis disamping nasi goreng ati enak sedikit membantuku menahan diri untuk marah pada giska.
Tiba-tiba giska memegang tanganku lembut sambil berkata

"Mas,,giska tau mas tidak suka giska dekat dengan pria lain"

"Giska janji tidak akan lebih jauh berteman dengan siapapun"

Aku tersenyum dan mencium punggung tangan gadisku mesra.

"Mas, sebulan lagi perjanjian kita berakhir"

"Maksud kamu?"

"Awalnya kita sepakat 3 bulan untuk menjalani ini kan"

Aku terdiam tak mampu menjawab

"Mas, kalau giska bertanya lebih dalam apa boleh?"

"Bertanya apa darl?"

"Mas indra mengganggap giska sejauh apa?"

Aku terdiam mencerna ucapan giska, jelas dia mempertanyakan ketegasanku sebagai pria dewasa.

"Mas indra gak perlu jawab sekarang, giska tau mas indra juga masih berusaha memahami perasaan mas"

"Mas,,yang jelas giska nyaman sekali dengan mas indra, maybe giska mulai mendekati batas itu"

"Batas apa?"

"Mencintai mas indra seperti mencintai laki-laki normal lainnya"

Aku berhenti mengunyah dan menatap giska dalam, aku melihat mata tulus dan wajah sendu menunggu jawabanku. Tak mampu aku berkata bahwa hubungan ini tidak lebih dari simbiosis mutualisme. Namun, aku juga tak yakin dengan kesimpulanku sendiri.

Selesai makan aku ingin bergegas pulang, tak sanggup aku melanjutkan malam sendu dengan gadis sexy ku ini.

"Mas yakin ndak mau nginep sini"

Aku tau giska menginginkanku dan aku juga sangat menrindukan desahannya. Namun tidak malam ini, aku tak mau lebih lama melihat wajah giska murung dan sendu.

"Next ya baby,,sekarang mas mesti pulang"

Dear, Destiny!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang