-indrawan pov-
Aku gelisah mengingat percakapan giska dan rezky di lift tadi. Apalagi sikap giska yg sangat biasa saja,hingga aku bingung kenapa kesannya aku yang bingung.
Apa aku telah membuat kesalahan semalam,hingga giska menganggap tidak terjadi apapun kali ini.
Apalagi sikap dingin giska saat kemari dan tolakan ajakanku lunch. Kenapa membuatku merasa terluka.
Shittt..apa yg sedang kualami.
Kuremas rambut gondrongku berantakan.
Aku bercermin dan melihat diriku yang menyedihkan. Layaknya perjaka kebingungan cinta.
Aku menelfon giska"Halo,,tolong batalkan semua jadwal sy hari ini"
"Oh,,kenapa? Baik pak"
Aku menutup telepon tersebut dan ingin keluar mencari udara segar. Pengap rasanya kantor dan pikiranku karena giska.
Aku segera keluar ruangan tanpa menyapa siapapun, aku tau pasti giska terheran dengan sikapku.Aku ke basement dan menghubungi mang udin supirku, memintanya mengantarku pergi menghirup udara segar.
"Lagi suntuk tuan?"
"Iya nih mang"
"Masalah kerjaan atau lainnya tuan?"
"Emang kenapa mang?"
"Ya kalo kerjaan mamang tidak bisa bantu, kalo lainnya maybe mang bisa bantu"
"Mang, ini rahasia saya dengan mang udin ya,"
"Tentang non giska tuan?"
"Kok mang tau?"
"Jujur mang perhatikan tuan sering ke rasuna said"
"Mamang pikir pasti kesitu"
"Sejak kapan mang udin tau?"
"Agak lama tuan, tapi mang tetep diem saja, masak mang udin nyampurin urusan majikan"
"Hmmm....menurut mang udin, sy bisa jatuh cinta lagi?"
"Ya bisa sekali atu tuan,,apalagi tuan masih muda,,belum juga 60tahun"
"Dan dengan kondisi..maaf,,nyonya anita,,wajar tuan menemukan tempat yg nyaman selain dirumah"
Aku mencerna omongan mang udin, benar yg dibilangnya,tanpa sadar aku menemukan rumah selain anita dan anak-anakku. Meski awalnya aku hanya berniat memuaskan nafsuku dengan gadis itu, tapi pesonanya tak bisa kutolak begitu saja setiap saat.
Apakah giskaku, kenyamanan yg kucari dan kumau?
Aku tenggelam dalam senyum, merasa bahwa aku yakin perasaanku benar padanya, aku langsung tau apa yg harus kuperbuat.
"Mang, anter saya ke barbershop langganan saya"
"Ya gitu dong tuan, bersemangat, biar Tuhan yg menulis Takdir"
Aku menuju barbershop langgananku, meminta mereka membuatku terlihat jauh lebih muda. Badan tegap dan atletisku sangat membantuku terlihat masih berusia 30tahun.
"Habis ini mau kemana tuan?"
"Hmmm..uda waktunya lunch mang, kita ke resto depan kantor ya"
Mang udin membawaku balik kekantor dengan mood kembali bagus,,kali ini aku rindu sekali dengan giskaku.
Aku memasuki resto jepang ini dan melihat sekeliling, mencari dimana giska dan pegawai lainnya, akhirnya aku menemukan mereka bertujuh sedang duduk dipojok resto ini. Dengan segera aku menghampirinya.
"Halo semua,,,,"
Mereka serempak berdiri ingin menyapaku, hanya giska dengan pandangan curiga melihatku biasa.
"Duduk,,duduk saja...boleh saya gabung?"
"Silahkan pak"
Aku mengambil kursi dekat dengan pegawai lain agar mereka tak curiga, namun pandanganku hanya pada giska seorang.
"Mas,boleh tambah wagyu nya 5porsi?"
"Yeayyyyy...."
Semua gembira karena jelas aku yg akan membayar makan siang kali ini, kecuali giska yg masih diam diujung meja ini.
"Bapak habis dr barbershop?"
"Iya ini bosan dengan suasana gondrong terus"
"Asli keren lho pak,,kayak baru 30an"
Semua terkekeh mendengar ucapan lely pegawai akuntanku.
"Tujuannya supaya terlihat kebih muda memang,,menyesuaikan pegawai"
Candaku disambut riuh tawa pegawaiku. Aku mencoba menggoda giska kali ini.
"Kalo giska sudah ada yg punya?"
"Uhuk,,,ya pak? Gimana?"
"Giska grogi pak, hahahhaha"
"Hmmm,,giska still alone pak"
Jawabannya membuat hatiku sakit, merasa tidak diakui padahal memang hubungan kami tak jelas tentang apa.
"Ehmm..ehmmm rezky mau daftar tuh"
" wkwkwkwk,,boleh gak giska"
Aku melihatnya menjawab dengan senyuman tanpa arti, rezky kurasa mulai menyukai giska .