• rezky pov •
Pagi ini aku berangkat ke kantor dengan tidak bersemangat, bayangan kejadian di apartemen giska kemaren membuatku belum siap bertemu pak indrawan di kantor.
Bagaimana aku tidak menebak bahwa pada saat giska salah memanggilku 'mas indra' adalah pak indrawan yg dia maksud.Sesampainya di kantor aku segera masuk ruangan dan berharap hari ini aku tak mesti bertemu pak indrawan.
Ternyata takdir sama sekali tidak memihakku. Baru aku duduk dan melektakkan tas tanganku telefon sudah berdering. Perasaanku pun sudah bisa menebak siapa yg langsung menghubungiku kali ini."Halo, pagi pak'
"Rezky ke ruangan saya sebentar"
"Baik pak"
Aku menutup telepon ini dan mengambil nafas panjang, menghadapi kerumitan yg harus aku ketahui lebih dalam.
Ku ketuk pintu ruangan pak indra dan kuberanikan menatapnya kali ini."Permisi pak"
"Duduk rezky, om mau bicara"
Aku bergerak menuji sofa depan meja beliau. Duduk tenang dan akan mendengar klarifikasi perihal kejadian kemarin.
"Begini rezky, soal kejadian diapartemen giska kemaren"
"Bapak tidak perlu menjelaskan kepada saya pak"
"Tidak rezky, bapak ingin kamu tau apa yg terjadi sebelum metta akhirnya akan tau"
Aku menunduk bersiap mendengarkan penuturan om indra
"Hubungan saya dengan giska sudah sejak 6 bulan yg lalu, mama metta yg menyuruhku untuk melanjutkanya"
Aku terkejut karena tante metta telah mengetahui ini jauh dari yg ku kira sebelumnya.
"Awalnya memang hubungan ini adalah hubungan berdasarkan hasrat,gairah dan kepuasan"
"Tapi......kau tau, bahwa pada akhirnya saya dan giska terkunci dalam perasaan saling membutuhkan"
"Aku bahkan ingin giska mengandung anakku sebagai bukti keseriusanku padanya"
Aku tersentak kaget mendengar penuturan om indra, ini sangat jauh dari apa yg kupikirkan. Bagaimana aku akan menyembunyikan rahasia besar ini pada metta.
"Kapan om akan memberi tau metta?"
"Pada akhirnya om memang harus memberi tau metta,namun rezky tau sendiri jika metta tidak selembut aliya,emosinya bisa menghancurkan perasaan giska nanti"
"Rezky ngerti om,tapi..."
"Om meminta sama kamu untuk bisa memahami ini, kelak jika metta memerlukan orang terdekat untuk membantunya om berharap kamu akan ada untuknya"
"InsyaAllah saya mengeri om"
"Soal beasiswamu ke aussie itu tidak ada hubungannya dengan hal ini rezky, om berharap kamu bisa kembali ke perusahaan untuk membantu om kelak"
Aku keluar dari ruangan om indra dengan masih tidak percaya semua yg kudengar. Giska wanita yg kuharapkan menerima perasaanku ternyata lebih menyukai pria 25tahun lebih tua bahkan ayah dari sahabatnya.