Memilih menguatkanmu

10.6K 245 1
                                    

Aku bangun dengan bagian bawahku sakit, samar-samat kuingat kejadian semalam saat aku mencoba duduk. Aku tersenyum dan menutup wajahku mengingat keliaranku semalam.
Mas indra masih terpejam dalam nyenyak, kudekati dia dan kumainkan rambut yg muali beruban itu,,hidung mancung seperti orang arab pada umumnya.
Aku membangunkannya pelan

"Mas,,,bangunn"

Dia bergerak membuka mata dan tersenyum padaku

"Morning, canduku"

Aku tersenyum mendengarnya, mengecup dadanya dan tidur dilengan kekarnya

"Mas, hari ini ada meeting lho, jam 10"

"Hmmm.....sebentar lagi"

Aku beranjak dari ranjang dan melihat sekitar, mencoba mencari apa yg bisa kami nikmati untuk sarapan kali ini. Kupakai sweater besar milik mas indra, karena aku tak bawa baju ganti semalam.

"Pagi non"

"Pagi mbok"

"Non giska dan Tuan ingin sarapan apa?"

"Apa yg enak dari daerah sini y mbok?"

"Mbok tadi buat nasi liwet sama ayam laos"

"Oh ya udah itu aja mbok"

"Mbok tinggal dulu ke kebun belakang"

Aku melihat mbok berlalu sambil berfikir, bagaimana dia mengenalku padahal aku baru pertama kemari. Tiba-tiba mas indra menuruni tangga menuju ke dapur tempatku menyiapkan sarapan.

"Mikirin apa baby"

"Eh mas,,,uda bangun"

"Sarapan apa kita pagi ini"

"Si mbok buat nasi liwet sm ayam laos"

Mas indra duduk didepanku dan kita mulai sarapan pagi ini

"Mas,,,ko si mbok tau namaku ya,padahal aku baru ketempat ini kan"

"Mas yg ngasih tau,.mas gak mau nyembunyiin kamu"

"Kok gt?"

"Ya mas pengen kamu diakui khususnya org-org terdekat mas"

Aku tersenyum mendengarnya,memegang tangan mas indra dan membawanya ke pipiku.

"Mas serius dengan ucapan mas semalam giska"

Aku tersadar pada pertanyaan mas indra yg kugantungkan semalam tentang permintaannya memiliki anak dariku.

"Maaf mas,,biarkan giska berfikir juga"

"Tentu,,sure,,,ambilah waktu semaumu sayang"

"Mas,,,kenapa semalam giska berasa liar sekali ya?"

Mas indra tersenyum dan duduk berpindah disampingku, memelukku dari samping sambil membisikkan kalimat padaku

"Aku ingin melihatmu lebih binal sayang, jadi kumasukkan viagra pada minumanmu"

Aku mencubit gemas mas indra karena malu dengan apa yg kulakukan semalam, kami gembira pagi ini, merasakan dunia hanya ada kami dan tentu Tuhan tidak hanya akan memberikan kebahagiaan dalam hidupku.

Kringgg...kringggg

Suara handphone mas indra berbunyi dan langsung diangkat olehnya, aku meneruskan sarapanku sambil memperhatikannya

"Ya metta,,hallo"

"Apa??.....trus kondisi mama gimana sekarang?"

"Segera bawa mama ke RS, dan kita ketemu disana"

Aku sedikit terkejut mendengar mas indra berbjcara ditelfon dengan metta membahas tante anita.
Segera setelah menutupnya, mas indra menoleh padaku.

"Kita harus segera balik, anita collapse dan jatuh dari ranjang"

"Ayuk mas, kita bersiap"

Aku bergegas kembali kekamar beserta mas indra, dan kami segera berganti pakaian.
Kami meninggalkan villa dengan buru-buru, perjalanan cukup panjang dalam waktu 2jam akhirnya kami sampai dijakarta, aku mampir dulu ketoko baju untuk membeli baju ganti. Aku tidak mau terlihat habis bercinta saat bertemu metta dan keluarganya.
Kami menyusuri lorong siloam hospital dan menuju ke ruangan dimana tante anita dirawat.
Terlihat metta berada didepan ruangan ICU, bisa kulihat wajah muramnya kali ini.

Kuhampiri dia dan kupeluk

"Sabaar mett,,mama pasti bisa melewati ini"

"Mama gue gis??mama sekarat"

"Iyaaa,,,kita bantu doa dari sini ya"

Metta melepaskan pelukanku dan menghampiri mas indra.

"Papa kemana saja, kenapa papa terlihat tidak khawatir pada mama"

"Apa maksudmu?"

"Kalau papa kuatir dan sayang sm mama, papa tidak mungkin punya wanita lain"

Plaaakkkkkkk

Kudengar mas indra menampar metta dengan geram,,

"Om indraaa"

Kuraih metta dan kutenangkan dalam pelukanku, tak kusangka mas indra tega sekasar itu pada metta.

"Nyokap gue selingkuh gis"

"Jangan mikir macem-macem mett"

Metta sesenggukan dalam pelukanku, akupun takut mendengar yg dia bicarakan. Apakah sudah banyak yg tau tentang hubungan kami.

"Keluarga nyonya anita"

Kudengar perawat keluar dan menemui kami

"Ya dok,,saya suaminya"

"Kondisi ibu anita cukup serius, pendarahan di otaknya dapat kita kurangi namun efek dari pendarahannya sy rasa akan berakibat buruk, tolong keluarga bersiap untuk sesuatu yg lebih buruk. Untuk sementara ibu anita akan kami pindahkan ke bangsal khusus prioritas"

"Terimakasih dok"

Aku sedih mendengar kondisi tante anita, bagaimanapun dia sebaik ibuku, aku menyadari posisiku dan memilih untuk bersama metta menguatkannya.
Ingin aku memeluk mas indra menenangkannya, namun aku tau ini bukan waktunya.

Dear, Destiny!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang