Bertemu Masa Lalu

27.9K 632 6
                                    

Sebenarnya sedikit bingung apa yg harus aku lalukan di mall besar ini seorang diri.
Kuputuskan masuklah aku ke konter kosmetik, sepertinya masker malamku habis.
Seperti biasa, saat ada customer sedang melihat produk kecantikan, pasti datang mbak-mbak yg super putih mendekatiku

"Bisa dibantu nona"

"Hmmm..boleh sy melihat-lihat dulu mbak"

Dengan berat hati dan tersenyum mbak- mbak itu langsung pergi dengan kecut.
Aku hanya tersenyum melihatnya.

"Giska"

Kubalikkan pandanganku pada wanita sebayaku yg memanggil namaku, sambil berfikiri siapa ya dia.

"Pasti lupa ya"

Dia datang menghampiriku lebih dekat dan ingim memelukku.

"Metta?"

Samar - samar aku mengingat gadis dengan tinggi sepundakku adalah teman bermainku saat kecil, tetangga depan rumah yang dulu senang sekali main ke rumahku.

"Iya, ini aku metta,,wow kamu cantik banget giska, hampir aku gak ngenalin kamu"

"Kamu juga cantik bebs, wait...i wanna hug you"

Kamipun berpelukan, senangnya aku bertemu masa lalu yang merupakan masih bagian baik dari diriku yg dulu

"Ayo kita chit chat sambil lunch"

"Wait, aku bayar ini dulu ya"

Setelah menyelesaikan transaksi water mask dr brand ternama di korea, kami pun bergegas menuju resto masakan italia didalam mall ini.

Saat memasuki resto ini, kami memilih tempat yg nyaman dengan pemandangan indah jalan kota depan mall. Sofa yg nyaman dan pemandangan indah.

"Metta"

"Pap,,,what are you doing here"

Seketika aku kaget bahwa org yg aku tabrak di parkir mobil tadi adalah papanya metta, om indrawan yg dulu selalu terenyum padaku saat metta pulang dari rumahku.

"Iya sayang, papa ada meeting dgn klien,,tuh..." sambil om indrawan menunjuk kursi didepan meja kami.
Dapat kulihat beberapa kolega om indrawan yg beberapa adalah orang bule.

"Oh,,pap, masih inget gak sama giska? Tetangga depan rumah dulu"

"Hmmm...giska yg pindah pas kamu msh smp yg kamu nangis 3hari itu"

Akupun berdiri ingin menyalami om indrawan.

"Halo om,,sehat? Iya sy giska anaknya bu dewi yg jual sembako depan rumah dulu"

"Oh iya,,hai,sudah gadis cantik rupanya sekarang"

Sepertinya dia tak mengingat kejadian di parkir tadi, aku hanya membalas senyuman pujiannya.

"Ya sudah papa meeting dulu ya sayang"

Sambil om indrawan meninggalkan meja kami dengan senyuman.

Sambil menunggu pesanan kami datang, metta dan aku mulai bertanya satu sama lain.

"Oke, sekarang ceritain dulu gis,,hidupmu selama ini"

"Hmmm,,dr yg aku pindah dulu, aku pindah ke bandung bersama ayah dan ibuku, 3tahun yg lalu mereka meninggal karena kecelakaan"

"Oh..im sorry to hear that giska"

"Its oke mett,,is about lifez,rahasia Tuhan dan kita hanya menjalani"

"Then...?" Tanya metta antusias.

"Aku tinggal bersama tante yg sudah kuanggap sebagai pengganti ibu, baru 3bulan yg lalu beliau jg meninggal setelah aku selesai wisuda"

"Akhirnya aku kembali kejakarta baru sebulan ini, niatku ingin mencari kerja untuk menyambung hidup"

Kuakhiri ceritaku dengan menyeruput capuccino yg entah kapan sudah didepan mejaku.
Tidak sengaja mataku bertatapan dengan om indrawan diseberang, entah kenapa ada rasa deg degan ketemu beliau. Sosok laki laki paruh baya yg masih mempesona.

"Then,,how about you metta sayang"

"Yah, beginilah aku,,masih dalam tahap skripsi,
Tahun pertama aku masuk kedokteran karena paksaan papa, yg akhirnya aku keluar dan masuk hukum sesuai keinginanku, akhirnya aku harus tertinggal 1tahun dari temen-seangkatanku"

"Oh,,its oke,,better late than never kan, ketimbang nyesel" tanggapanku receh

"Mama sama mbak amel gmn?"

"Mama uda 1 tahun ini stroke gis, hanya bed rest,,mbak amel masih di ausy karena setelah kuliah dia dapet kerja disana juga"

Sambil tersenyum kutatap metta yg saat ini tengah berwajah sendu, kenapa harus semenyedihkan itu wajah anak orang kaya ini. Papa yg ganteng, tajir dan keluarga utuh harusnya hal yang paling perlu dia banggakan.

"Tidak selalu jd anak orang kaya enak giska"

Jawab giska yg mungkin tau apa yg sedang kupikirkan. Ku timpali dengan anggukan.

Kami mengobrol panjang lebar sambil menikmati lasagna yg hangat dengan capucino frappe, rasanya suasana hangat ini lama tidak kurasakan.

Kulihat om indrawan berdiri menuju toilet, entah kenapa diriku yg menggebu ingin sekali lagi mengulang moment saat diparkir tadi.

"Eh, wait aku ke toilet dulu ya metta"

Aku berlari menuji toilet yg berada diujung resto ini, masuk ketoilet wanita hanya ingin membuka kancing baju atasanku agar payudaraku menyembul keluar. Entah apa yang merasuki pikiranku hingga aku ingin menggoda om indrawan.

Keluar dr toilet perempuan, aku berjalan agak berlari karena kulihat om indrawan sudah didepan, akhirnya aku menabrak pria lain yg bersimpangan dengan om indrawan.

"Oh..shit"

Hampir aku tersungkur kedepan sebelum tangan kekar om indrawan menangkapku kembali, saat ini aku terjatuh tepat di dadanya, dada kami bertemu dan aksiku berhasil membuatnya terpana.

"Giska,,kamu tidak apa2"

"Maafin giska om, giska ketabrak orang eh malah giska nabrak om"

"Yang penting kamu nggak luka"

Senyum om indrawan sungguh membuatku terpana, bagaimana aku mulai tertarik dengan ayah sahabatku. Aku tidak tahu.

"Makasih om,,maaf giska buru2"

Dear, Destiny!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang