- Metta indrawan pov -
Hidupku setengah hancur setelah bulan kemaren mama pergi meninggalkanku dengan tenang. Mama memang pergi dengan bahagia setelah dua bulan terakhir kondisinya sempat drop dan membaik kurang lebih dua minggu toh pada akhirnya mama memang harus pergi.
Aku belajar menerima takdir ini, menerima bahwa mama sudah disurga dan selalu menjagaku dari atas sana.
Namun tentu yg paling tidak dapat kuterima adalah cerita papaku dan wanitanya. Papa menceritakan bahwa sedang menjalin hubungan dengan gadis seusiaku, untuk menggantikan posisi mama.
Aku kesal dan tidak mau mendengar kelanjutan ceritanya tentu saja. Namun mama begitu sabar memintaku untuk menerima siapapun pilihan papa nanti. Mama lah yg sudah mengikhlaskan papa lebih dulu bersama wanita itu. Aku saja yg sampai saat ini tidak bisa menerima kenyataan bahwa akan ada pengganti mamaku.Aku hanya melamun diteras belakang saat kak aliya menghampiriku dan mengagetkanku
"Ngelamun apa sih mett?"
"Apaan sih kak"
"Udaaah....sebulan ini kakak liat lo gak ada perubahan apapun..move on dong mett"
"Kak, ini soal pengganti mama lho. Nggak semudah ituu"
"Mett, gini ya..papa juga belum bilang apapun soal siapa calonnya, papa masih menjaga perasaan kita"
Aku sadar selama ini papa memang sangat hati-hati dalam bertindak, tidak pernah sekalipun membahas rencana kedepan apa. Bahkan seminggu setelah perginya mama papa terlihat sebagai orang paling kehilangan. Kuakui dalam dua bulan terakhir papa seperti kehilangan kebahagiaannya. Aku juga baru ingat bahwa papa kembali terlihat bahagia kurang lebih 3bulan terakhir sebelum mama collapse. Aku seperti menemukan papa kembali muda dan bersemangat setiap harinya. Apakah itu waktu papa menemukan wanita ini.
Lamunanku buyar saat kudengar suara handphone ku berbunyi , kubaca nama giska pada id pemanggilnya.
"Hallo...giskaaa,jahat banget lo sama gue, lo dimana???"
"Hmmm....besok jam 10 ya tempat biasa"
Aku tersenyum sejenak mendapat telefon dari sahabatku yg tiba-tiba menghilang 3 bulan terakhir. Tanpa kabar dan tak bisa kuhubungi.
Papa tiba-tiba datang dan menghampiriku, aku mengacuhkannya dan mungkin beliau mengetahuinya.
"Metta, beritahu rezky kalo perusahaan memberinya beasiswa untuk bisa kuliah di aussie ambil master"
"Bener pa?"
"Iya, kalian bisa atur jadwal buat berangkat bareng kalo mau"
Aku masih terkejut mendengar kabar dari papa barusan, aku memang berencana ke aussie untuk mengambil master lanjutanku selain tentu saja tak ingin melihat siapa wanita yg akan dibawa papa nantinya.
"Aliya balik sekalian bareng metta nak?"
"Iya pa, aliya nemenin metta nanti"
"Syukur deh kalo begitu papa bisa tenang kalo metta nantinya nggak sendiri"
Kulihat papa meninggalkan kami ke kamarnya, sebenarnya aku sangat iba pada beliau. Laki-laki yg masih terlihat bugar terasa sendiri dalam rumah besar ini nantinya, mungkin memang papa seharusnya menemukan pengganti mama. Tapi tidak....tidak dengan gadis seusiaku. Aku tidak bisa menerima keberadaan gadis seusiaku yg harus kupanggil mama.