Melangkah kembali sejenak

9.9K 274 0
                                    

Ini hari ketujuh tante anita di rumah sakit, selama itu juga mas indra tak menghubungiku ataupun masuk kantor. Hari ini juga mbak dewi sekretaris mas indra kembali ngantor, aku sedang serah terima pekerjaan dengannya sebelum aku meninggalkan kantor ini.
Sebenarnya aku merasa nyaman di kantor ini, namun bersama dengan mas indra terus menerus pasti akan membuatku tidak konsentrasi dalam bekerja.

"Lagi beberes neng"

"Eh ky, iya..barang gue gak banyak, jadi gak lama"

"Bakal kangen deh gue sama lo"

"Ya tinggal lo hubungin gue kali ky"

"Hehe,,,, iyaa ya...eh lunch bareng ya hari ini"

"Ayukkk gue yg traktir"

Kami pun pergi untuk makan siang, dan tidak seperti biasanya aku enggan bersama rezky. Kali ini aku senang memiliki temen ngobrol seperti dia.
Kami memilih makan di resto junkfood dekat kantor, duduk dipinggir kaca menikmati burger pepsi dan melihat banyak orang lalu-lalang.

"Gis,,gue masih penasaran sama lo"

"Soal?"

"Kenapa lo bener-bener gak mau dideketin padahal lo bilang lo single"

"Hmmmm...mesti yaa lo nanya segitunya"

"Penasaran aja, minimal cewek single mana yg jaga jarak sama cowok yg jelas-jelas lagi pdkt sama dia"

"Ky,,,gue gak ky kebanyakan cewek baik dalam fikiran lo"

"Lo terlalu baik buat gue ky"

"Maksud lo gis?"

"Next ya lo pasti bakal tau gue gimana, kenapa gue gak bisa sama lo bahkan gak mau nyakitin lo"

"Ini tentang laki-laki dalam mobil tempo hari?

"Jangan terlalu banyak mencari tau ky, atau lo bakal kecewa"

Kami melanjutkan makan siang dengan biasa, membicarakan banyak hal tentang gosip temen kantor dan bahkan gosip tentang mas indrawan.
Untung sepertinya gosip tentang simpanan mas indra tidak pernah terkuak karena mas indrawan yg terlihat sangat peduli pada tante anita saat ini.

"Kalo sempet mampir ke RS sebentar 🖤"

"Giska usahain jam 7 malem sehabis ngantor mas🖤 "

Dan mas indra tidak lagi membalas pesanku. Aku mengerti kondisinya, dan enggan berfikir negatif tentang pesan ini.

"Eh nanti gue anter pulang ya"

"Boleh, mobil gue lagi dibengkel"

Setelah berpamitan dengan semua orang dilantai 12 aku diantar rezky pulangke apartemenku.

"Woww...gilaaa..ini rumah lo gis?"

"Kenapa emangnya? "

"Ayo masuk, letakkin kotak itu disitu aja"

"Berapa sewa per bulannya, hampir sama kayak gaji gue nih"

"Gak usah dibahas deh,,,mau minum apa?

"Gue langsung aja deh, nyokap minta dianter kondangan"

"Oh gt,,oke, salam buat tante lisa ya"

"Okee, next time gue sama metta main sini"

Kulambaikan tangan pada rezky yg pergi menjauhi kamarku.
Aku teringat janji kerumah sakit permintaan mas indra. Aku bersiap dan segera menjalankan mobilku menuju RS.
Sesampainya disana ntah kenapa aku merasa berdebar, aku takut ketemu tante anita atau aku takut bertemu mas indra.
Aku tenangkan hatiku sambil berdoa agar semuanya baik-baik saja.

Masuk ke ruang vip aku tambah berdebar, apalagi melihat keluarga mas indra ada didalam menunggui tante anita. Ada aliya yg juga pulang untuk ibunya.

"Permisi" sapaku setelah membuka pintu

"Giskaaa....sini" metta memelukku dan aku memberikan kue bolu panggang yg kubeli tadi

Mas indra menatapku biasa seperti kami tak ada hubungan, kulihat alya duduk disamping ranjang tante anita menunggui tante anita yg masih belum membuka mata.

"Pa...." tiba-tiba tante anita membuka mata dan memanggil mas indra

Kita semua mendekat ranjang tante anita, dalam kondisi seperti itu tetap saja tante anita tersenyum pada kami semua.

"Rame sekali"

"Padahal mama baik-baik saja"

"Sudah, jangan banyak ngomong dulu, biar pulih dulu"

Kulihat wajah sembab mas indra saat ini, mungkin rasa cemas akan tante anita dan rasa bersalah tentang hubungan kami membuatnya tak mampu bicara.

"Aku mau bicara sama giska"

Aku kaget mendengar tante anita menyebut namaku, bicara denganku? Kira-kira apa yg akan dibicarakannya padaku, apakah dia tau tentang aku dan mas indra?

"Tolong tinggalkan kami berdua"

Mas indra, metta dan aliya keluar sesuai permintaan tante anita, saat ini hanya tinggal aku dengannya. Berdebar jantungku menunggu pembicaraan orang yg sebenarnya kuanggap ibuku.

"Giska, terimakasih ya"

"Untuk apa tante?"

"Sudah menggantikan tante melayani mas indrawan"

Aku kaget setengah mati mendengar ucapannya, tak tau bagaimana harus kujawab. Mulutku terkunci dan tak mampu keluar kalimat yg ingin kuungkapkan.

"Tante baru mengetahuinya sebulan terakhir, tante tidak marah. Jika mas indrawan memang nyaman bersamamu, tante ikhlas"

Dadaku sesak, hatiku hancur. Bagaimana aku mengambil laki-laki dari orang seperti malaikat ini. Yang bahkan dalam sakit dia berkata sangat lembut padaku. Aku masih terdiam terisak mendengar tante anita meneruskan bicaranya.

"Bagi tante siapapun yg bersama mas indrawan tidak menjadi masalah, karena kebahagiaan mas indrawan nomor satu bagi tante"

"Tante,,,maafkan giska"

Aku berlutut mencium tangan tante anita, berperan protagonis yg meamang sedang meratapi kesalahanku.

"Bilang sama giska, giska mesti gimana untuk kesalahan giska tante"

"Nak,,,kamu tidak salah, kondisi tante yg memang mengharuskan tante mengikhlaskan mas indrawan untuk wanita lain. Kebetulan saja wanita itu kamu "

Tante anita menepuk pundakku dan dengan halus mengucapkan kalimat yg menyejukkan hatiku.

"Giska, tante tidak keberatan jika kamu menggantikan posisi tante. Namun tentu metta tidak akan mudah menerima ini"

"Tante berharap kamu bisa menjadi wanita yg jauh lebih baik dari tante nantinya"

"Giska..giska tidak mungkin mampu menggantikan tempat tante, dan giska tidak mau te"

"Biarkan giska yang pergi dan menyudahi ini semua tante, giska rela melepaskan mas indrawan untuk kembali ke keluarganya"

Sebelum tante melanjutkkan pembicaraan yg aku tak mampu dengar. Aku berpamitan kepadanya dengan terisak.

"Maaf tante, giska mesti pulang dulu"

Aku mencium tangan tante anita dan berlari pergi. Membuka pintu kamar dan melihat mas indrawan berdiri di depan pintu kamar dengan serius.

"Permisi om, giska pamit"

Aku pergi setengah berlari agar mas indra tak akan mengejarku. Hatiku hancur dan mati mengetahui kesalahan besarku menghancurkan keluarga mas indrawan yg sudah menganggapku anak mereka sendiri.

Dear, Destiny!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang