Dear, Destiny!

15.8K 291 4
                                    

-end chapter-

Aku masih berdiam di apartemenku dan tidak berani menghubungi rezky ataupun mas indra. Lebih baik aku menunggu mas indra datang dan mengabariku. Batinku benar-benar tak karuan memikirkan bagaimana tanggapan rezky.

Trinnnggg....trinngggg

Kubuka pintu apartemenku dan kulihat mas indrawan sudah berdiri dengan senyum renyah yg paling menawan.

"Halo sayang"

"Mas indra, giska nungguin sambil takut"

Dia menuntunku masuk dan mengajakku duduk di sofa masih dengan senyum yg terus dia pertahankan.

"Mas tadi sudah menjelaskan semua pada rezky, yah semoga saja dia mengerti dan membantu kita menjelaskan pada metta"

Aku bernafas lega, dan berharap masalah ini tidak akan menjadi lebih besar. Memeluk lengan mas indra dan menyandarkan kepalaku pada lengannya.

"Ayo bersiaplah."

"Mau kemana?"

"Penerbangan kita 2jam lagi"

"Wait, mas indra tidak ngabarin kalo mau ngajak giska keluar negeri"

"Hahahha....tidak perlu membawa sekoper baju sayang, cukup baju sexy saja"

Mas indra menyentil hidungku dan berlalu untuk mandi.

"Mas......."

Saat ini kami berada didalam pesawat tujuan korea, mas indra ada meeting bisnis dan aku berencana melakukan operasi virgin ku yang kedua.
Tentu sepanjang jalan aku tersenyum menggandeng tangannya. Sekarang kami tak lagi malu mengakui hubungan ini. Bahkan mas indra tak ingin melepas tanganku dan selalu menggenggam erat di lengannya.

3 jam berlalu saat kami tiba di incheon, pengalaman pertamaku keluar negeri dengan mas indra. Of course aku berharap ini akan membahagiakan. Kami tiba di sebuah penginapan dengan model traditional ala korea.
Penginapan sangat private yg dibuat seolah berada di sebuah pedesaan.

Aku berganti pakaian yg tipis dan transparan, mas indra sedang berada dikamar mandi. Aku ingin malam ini jadi malam panjang kami sebelum besok aku akan menjalani operasi.

"Oh....kamu terlihat luar biasa sayang"

Dia menghampiriku yg sedang bersiap diri didepan cermin. Memelukku dan mencium tekuk leherku.

"Ah.....aku ingat ini parfum yg kau pakai saat pertama kali kita bertemu"

"Mas masih ingat?"

"Tentu, aku mengingat wangi badan perempuan sexy saat itu"

Aku berbalik dan melingkarkan tanganku pada leher mas indra. Moment yg selalu menyenangkan bagiku. Merasakan kehangatan dan kenyamanan laki-laki penyayang seperti mas indra.

"Mas...terimkasih untuk segalanya ya"

"Meski diluaran sana nanti banyak yg akan membicarakan kita, meski awalnya hubungan kita adalah hubungan yg salah. Tapi giska sekarang tak bisa hidup tanpa mas indra"

"Terimakasih sayangku, wanita yg selalu merobohkan nafsuku"

Dia menggendongku dan aku membisikkan perasaanku ditelinganya

" i love you mas..."

" i love you full my bitch"

Dia berjalan dengan menggendongku menuju matras bawah lantai kayu khas orang korea.

"Giska sudah stop minum pil kb mas...giska siap mengandung anak mas indra"

Mas indra tersenyum mendengarnya, kemudian mulai mencium bibirku dengan manis, saat ini rasa sayang yg kurasakan pada ciuman ini. Bukan nafsu dan gairah seperti biasanya.
Dia menikmati seluruh tubuhku dengan sangat indah, tanpa ada rasa sakit seperti biasanya kami lakukan.
Aku dengan nakalnya memasukkan tanganku pada celana nya dan memainkan kejantanannya. Kejantanan yg benar-benar membuatku ketagihan dan satu-satunya yg ingin selalu kunikmati.

"Oh...bitch..kamu selalu lihai memainkannya"

Mas indra melepas semua bajunya dan baajuku dengan sexy. Dalam posisi duduk berhadapan dia menarikku dalam pangkuannya.

"Aku tak mau pemanasan terlalu lama sayang"

Dia langsung mendudukkanku diatas batangnya dan tentu langsung menembus vaginaku yg belum basah. Sensasi nikmat mulai menjalari tubuhku. Membuatku ingin selalu meneriakkan nama mas indra.

"Oh...arggggg..ahh.ahhh"

"Enaaaak mas....batang mas indraa enak banget"

"Shitttt...lubangmu selalu sempit sayang"

Kami meracau dengan semua ucapan kotor menikmati percintaan ini. Sungguh kali ini aku merasakan kasih sayang yg luar biasa dari mas indra.

"Aku akan keluaar mas...ah..arhhhhh"

"Shittt...yes baby..."

Mas indra menyodokkan batangnya dengan kuat tanda diapun akan keluar.

"Ahhhh.......yess mas,kau selalu hebat"

Aku merasakan semburan hangat sperma mas indra di vaginaku. Jutaan sperma kurasa sedang menuju rahimku seperti kemauan mas indra.
Kami berpelukan cukup lama untuk menikmati percintaan ini.

"Thanks baby, you my wonderfull"

Aku tersenyum mendengar kalimat mas indra. Sepertinya takdir memihakku kali ini, menemukan lelaki yg akan melindungi dan menyayangiku.
Kami tidur terlelap malam ini karena lelah dan besok kami sudah memiliki rencana masing-masing.

•••

Pagi aku membuka mata dan kulihat mas indra sudah tak ada lagi disampingku.

"Mas....mas indra"

"Yess baby, mas didapur"

Aku menghampirinya dan memelukknya dari belakang

"Kenapa ndak bangunin giska tadi"

"Mas tau kamu lelah,kali ini mas yg akan siapin sarapan"

Aku semakik erat memeluknya dan dia merasa geli sendiri.

"Sini giska terusin,mas indra mandi dulu saja"

"Okee sayang"

Teeettt..teettttt...

"Itu spertinya layanan massage sayang"

"Oh ya..mas mau pijat?"

"Sebentar ya mas buka pintunya"

Dan ketika mas indra membuka pintu, kulihat metta dan aliya yg terkejut melihat kami.

"Metta,,aliyaa"

Metta menerobos masuk dan tentu aku yg akan menjadi sasarannya, aku harus bersiap dengan ini.

Plakkkkk...plaaakkk

Dia menamparku dengan keras, mas indra berlari dan mencoba menghentikannya.

"Metta..apa yg kamu lakukan"

"Kalian berdua...benar-benar tidak tahu malu"

"Apalagi kamu giska,dasar pelacur!"

"Jaga ucapan kamu sama wanita yg papa cintai metta"

"Oh jadi ini wanita yg bikin papa gak sedih kehilangan mama"

"Bukan begitu metta,mama tentu masih punya tempat dihati papa. Lalu apa salah papa jika ingin melanjutkan hidup papa"

"Salaah pa..salah karena seharusnya tidak dengan wanita ini"

"Metta benci kalian berdua"

Metta berlari meninggalkan kami dan mas indra berusaha menenangkan kami.
Suasana berubah menjadi tegang setelahnya. 5hari dikorea kami lewati tidak dengan bahagia karena pikiran kami tertuju pada metta dan perasaannya.
Sudah seharusnya ini terjadi, namun tetap saja aku tidak pernah siap menjalaninya.

Dear, Destiny!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang