"Hayooo lo tadi ngobrolin apa aja"
"Apa sih met,,gue cuman ngobrolin tentang keluarga dan kesibukan"
Kami masuk kemobil dan aku mulai menjalankan mobilku pelan keluar dari kampus ini menuju rumah meta, lingkungan masa kecilku.
"Lo gak liat tatapan mata rezky tadi gis?"
"Kenapa? Biasa aja kayak yg lain"
"Dia terpesona banget sama elo,,jangan-jangan dia still loving you,,hahahaha"
"Dia bukan tipe gue met, ambil aja buat lo"
"Gile laki ganteng dan menawan gitu bukan tipe lo gis"
"Kurang mature met, gue butuh laki yg maybe up 40th or under dikit, yang mature dan melindungi"
"Kayak bokap gue dong,,hahahaha"
Tawa giska membuatku tersadar, apa yang baru saja gue omongin mesti gue ralat atau dia bakal curiga nanti.
"Ya gak gitu juga, yg jelas yg berprinsip dan matang dalam melangkah, bukan laki-laki suka nyoba"
"Okee,,oke gue noted,awas kalo next lo curhat naksir rezky"
"Hahahaha,,maybe yes or no ya" godaku pada metta kali ini.
Kamipun sampai didepan pagar rumah metta,,yg dulunya didepan pagar ini adalah rumahku bersama orang tuaku yang sekarang sudah berubah menjadi deretan ruko.
"Ini rumah lo mett?"
"Ko lebih gede dari ingatan gue ya"
"Iyaa,,,5tahun lalu usaha bokap sukses dan beli tanah 5kavling deket rumah, jadi lumayan lah bisa gede ini"
Aku menatapnya kagum, dua pilar besar didepan pintu rumah besar menantang dengan tembok yang menjulang tinggi. Aku menghitung luasan rumah ini, mungkin bisa lebih dari 2hektar.
"Uda,,ayo masuk,,biar pak said yg masukin markir mobil lo"
Metta menggandeng tanganku kedalam ruangan pertama yaitu ruang terima tamu denganbsofa gold besar dan mewah seperti pada cerita sinetron,,menarikku lagi menuju ruang keluarga disisi kananku. Banyak foto keluarga metta disana, foto mas indra tentu yang membuatku paling tertarik.
"Kalo dilihat - lihat bokap lo ada arabnya ya met?"
"Lhoh lo baru nyadar,kan buyut gue dr bokap asli arab,,nurun persis ke bokap."
Aku tersenyum mendengarnya, jelas sekali mas indra seperkasa itu, kaum negeri itu terkenal dengan nafsu dan keperkasaannyaz,aku geli dengan pikiranku sendiri.
"Yuks ke atas ke nyokap"
Aku mengikuti metta naik tangga ke lantai 2 yang terkesan classic namun mewah. Masuklah kami ke kamar paling besar dari lantai ini. Ini pasti kamar mas indra dengan istrinya.
"Ma,,,ini lho giska"
"Giskaaa,,,,,oalah cantik banget"
Kulihat tante anita terduduk disandaran ranjang gold ukuran 200x200 itu, badan kurus dan kulit keriput membuatnya terlihat sedikit menyedihkan.
"Halo tante,,apa kabar?"
"Sini sayang duduk dekat tante"
Aku menghampirinya dan duduk disebelahnm tante anita persis.
"Tante turut sedih tentang cerita keluargamu dari metta"
"Sudah giska terima semua takdir ini tante"
"Benar,,seharusnya begitu"
"Seperti tante ini yg berusaha ikhlas menjalani takdir tante"
Kurasakan gurat kesedihan yg ingin tante anita sembunyikan padaku, beliau memelukku erat dan aku merasa ibu yang sedang memelukku.
"Ayooo sudaah sedih-sedihnyazm,,metta uda laper nih,,,uda mau jam 7"
"Oh iya,,papa uda nelfon met? "
"Barusan metta telp ud deket kok ma"
Mendengar mas indra dibahas, aku langsung ingat belum membalas pesannya tadi siang, ketemu rezky dan ngobrol dengan metta sepanjang jalan sampai aku lupa membalasnya.
"Ayo kita turun" ajak tante anita padaku dan metta
Kami turun dengan lift diseberang kamar ini,
"Sejak mama sakit papa bangun lift ini untuk mudahin mama gis"
Sambil mendorong kursi roda tante anita metta terus membuatku terfokus padanya
"Papa sayang banget sama mama, meski mama selalu ngomong buat ikhlasin papa jika papa menemukan wanita lain"
Terdiam aku mendengar ucapan metta,,apakah kemaren mas indra menginginkanku karena tante anita merestuinya.
Aku masih termenung duduk di meja makan kapasitas 12 orang ini. Aku berniat membuka ponsel dan melihat ada beberapa pesan dari mas indra yang belum kubaca"Hallo darl,,,"
"Ko tiba-tiba diem?"
"Are you oke my candu"
"Tiba-tiba aku merindukan desahanmu darl🖤"
Ada empat pesan yang ingin segera kubalas, namun teriakan metta mengagetkanku.