1. Awal dari kenyataan

880 31 1
                                    

Gina berjalan ke arah parkiran khusus pegawai, hari ini ia pulang lebih awal karena toko akan tutup lebih cepat hari ini. Hal itu bisa membuatnya punya waktu lebih untuk beristirahat.

Gina menembus jalanan dengan santai, sambil menghirup angin sore yang menyejukkan tubuh.

Gina memarkirkan motornya di halaman rumahnya yang kecil itu. Ia pun memasuki rumah sederhana itu dan mengucapkan salam.

"Assalamualaikum ibu, ayah! Gina pulang"

"Waalaikum salam, gina masuk nak" titah galih, ayah gina.

"Segera mandi dan solat. Setelah itu ayah ingin bicara sama kamu nak" terang galih

"Bicara apa yah?"

"Sudah kamu mandi saja dulu"

"Oke yah"

"Ada yang gak beres, aku jadi cemas sesuatu yang buruk akan terjadi. Semoga ini hanya perasaan saja" batin gina.

Sebelum gina mandi, ia membaringkan tubuhnya yang lelah itu di kasur. Kasur lantai tanpa memiliki tempat tidur. Beginilah rumah gina dan isinya, tidak ada yang spesial. Namun gina sangat bersyukur.

"Besok ada pr ga ya? Mending aku mandi, ayah kan mau ngomong tadi. Sebenarnya mau ngomong apa sih dia, bikin penasaran aja"

Gina pun mandi dan solat sesuai apa yang di perintahkan ayahnya.

Gina kembali menemui ayahnya yang berada di ruang tivi tengah menyaksikan film dengan santai, ibunya pun menemani.

"Tadi Aya mau ngomong apa yah?" Tanya gina lalu duduk di kursi kosong dekat mereka

"Gina maafkan ayah nak! Mungkin ini akan membuatmu syok dan akan menghancurkan cita-citamu, tapi Ayah minta ini nak dari kamu"

"Memangnya apa yah?" Tanyanya dengan penasaran, sungguh jawaban galih sangat tidak tercerna di otak gina.

"Janji sama ayah kamu gak akan marah sama ayah"

"Iya yah gina janji" jawab gina dengan senyuman, senyuman menjanjikan.

"Ayah berhutang pada teman ayah, sekarang dia sakit dan meminta tebusan. Tebusan itu tidak bisa ayah bayar karena ayah belum mampu. Tapi dia bilang dia tidak ingin tebusan uang, melainkan ia ingin menikahkan anaknya dengan anak ayah" terang galih dengan jelas. Mata sayu nya menatap gina dengan tatapan sendu, menjelaskan betapa terpukulnya galih menceritakan itu pada gina.

"Lalu, anak ayah yang ayah maksud itu aku?" Tanya gina dengan ucapan tenang, meskipun hatinya tidak. Benar dugaannya, masalah baru seperti akan terjadi.

"Siapa lagi anak ayah, hanya kamu gina anak ayah"

"Berapa hutang ayah dengan teman ayah itu" tanya gina lagi. Ia tidak ingin gegabah dengan berpikir menggunakan logikanya sendiri. Lebih baik ia tanyakan langsung dengan jelas sekarang.

Galih menunduk, tak kuasa menyebutkan nominal sebanyak itu. Namun gina terus menatap Galih hingga galih kembali menatap gina "200 juta".

Gina membelalakkan matanya. Tak ia sangka jika ayahnya memiliki hutang sebanyak itu, gina tidak habis fikir uang itu di kemanakan "apa yah? 200 juta?"

"Iya nak, dan uang itu sudah sering ayah pakai berobat dan modal jualan kita setiap hari"

"Sudah berapa lama ayah meminjam uang itu yah, kenapa ayah gak bilang gina dari dulu" tanya gina terang-terangan, jujur ia kecewa pada ayahnya karena telah meminjam uang dengan jumlah yang bukan sedikit tanpa sepengetahuannya.

"Lama sekali, dari kamu masuk SMA. Bahkan uang pendaftaran serta SPP kamu bisa terbayar karena itu"

"Nak! Tolong ayah, teman ayah sangat memaksa ayah untuk menikahkan kamu dengan anaknya, agar hutang ayah lunas. Ayah mohon nak!" Mohon galih kepada gina, tanpa malu nya galih meskipun ia seorang ayah. Galih memegang tangan gina untuk meyakinkan anaknya.

"Apa ayah jual gina?"

"Tidak sayang, bukan seperti itu maksud ayah. Ayah sayang sama kamu, tapi keadaan memaksa kita. Jika kita menolak maka ayah akan di tuntut dan di penjara nak. Tolong ayah"

"Sejahat itu teman ayah? Kenapa dia tega?"

"Dia tidak jahat gina, kamu hanya menilai dari keinginan dia yang itu, tidak tau aslinya seperti apa. Dia baik, dia bahkan baik sejak kita berteman SMP"

"Lalu kenapa teman ayah mau menuntut ayah jika gina menolak?"

"Karena dia bilang hidupnya tidak lama lagi, dia ingin melihat anak semata wayangnya menikah sebelum ia pergi. Dengan keinginannya itu teman ayah bahagia! Mengertilah nak. Dia hanya orang tua yang menginginkan kebahagiaan. Bukan hanya ayah yang sedih, melainkan dirinya pun sedih jika keinginannya tidak terpenuhi"

"Tapi kenapa harus gina yah, kenapa? Kita itu miskin sedangkan dia orang kaya. Kenapa tidak mencari yang setara dengannya untuk ia jadikan menantu"

"Tidak nak, dia menginginkanmu, jauh sebelum dia sakit. Kita sering berkunjung dan bertukar cerita. Ayah mohon nak. kamu orang baik yang mengerti keadaan, mohon hargai dengan keputusan ini"

"Ta.. tapi bagaimana sekolah Gina"

"Itu urusan gampang bagi mereka nak, terpenting untuk sekarang kamu setuju nak"

"Iya yah, gina setuju"

"Alhamdulillah" syukur Galuh dan ita, ibu gina yang sedari tadi diam cemas menanti jawaban gina.

"Terimakasih sayang, kamu memang anak hebat kesayangan kami, kamu baik sayang. kami bangga punya anak seperti kamu" ujar galih sambil memeluk gina, dengan tetesan air mata seorang ayah, yang sangat jarang gina temukan di wajah sayunya.

"Iya yah, ayah jangan nangis lagi. Gina lakuin ini untuk ayah bahagia dan untuk kalian bahagia. Gina sayang kalian"gina kembali memeluk ayahnya, bersama ibunya. Mereka berpelukan haru karena gina menyetujui keinginan ayahnya.

"Aku ikhlas yah, semoga ini yang terbaik. Menolak adalah pilihan terburuk. Aku tidak ingin ayah di penjara. Aku miskin dan tidak bisa membantu ayah bayar hutang. Gajiku saja tidak cukup untuk bantu kalian. Semoga dengan ini aku bisa mengurangi beban kalian".

Follow ig
@nngrtna_
....
Tinggalkan jejak kalian di bawah sini ya :)

you are everythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang