30. Catatan hatiku part 2

310 17 16
                                    

"Jangan takut sama aku!" Ucapku mengingatkan, aku ingin dia sadar. Setiap perlakuan ku tidak selalu jahat.

Bukan nya menjawab atau merespon, ia malah mengalihkan pandangan nya. Menghindari tatapan ku.

"Tatap aku na!" Perintahku, dia kembali memandangku.

Apa aku bilang! Dia selalu menurut, meski aku tau alasannya karena takut, takut akan kemarahan ku.

"Jelasin, apa yang buat kamu begini" tanya ku pelan.

"Sudah aku bilang! Aku gak kenapa-napa. Aku gak merasa" ucapnya bohong, aku tau dia berbohong. Karena cara bicaranya yang tak biasa.

"Jangan bohong!"

Aku masih memegang pundaknya, ia menatapku, kali ini ia terlihat menahan tangis. Aku tau dia menyimpan luka, luka yang selama ini ia pendam sendiri.

Gina mengempis tanganku, aku kaget dengan perlakuan itu karena menurutku sedikit kasar "kamu kenapa?" Tanya ku setengah emosi, aku memang bukan orang penyabar seperti dia. Aku mudah tersulut saat aku berusaha baik namun tak di hargai.

"Kalau kamu mau tanya aku kenapa? Aku akan jawab! Aku ingin menjauh dari kamu! Menjauh dari rumah ini dan menjauh dari kehidupan kamu!" Bentaknya. aku diam, saat ia berjalan ke arah lemari dan merapikan semua barang-barangnya.

"Kamu mau kemana?" Tanya ku cemas, apa ini akan menjadi yang terakhir aku bersamanya.

"Iya! Pasti kamu puas!" Jawabnya dengan tak berhati.

"Jadi ini sifat asli kamu? Aku bahkan sedang belajar dari perlakuan kamu yang penyabar. Tapi kamu? Ck ternyata gak aku sangka kamu sama aja" ucapku tanpa sadar, bahkan aku tak mencerna nya terlebih dulu.

Ia hampir selesai mengemasi barang-barangnya, namun aku segera menahannya. Aku tak akan membiarkannya pergi tanpa alasan yang jelas. Aku tau semua itu karena aku, tapi aku sudah berusaha bertanggung jawab atas kesalahanku.

"Tunggu" aku mencekal lengannya.

Ia menepisnya kasar setelah melirik tanganku menyentuhnya.

"Jelaskan dulu, kenapa seperti ini?" Tanyaku.

"Seharusnya, kamu gak perlu tanya. Kamu akan tau nanti ketika aku pergi. Dan selamat berbahagia! Kamu akan bebas, dan bisa come back sama sari" terangnya dengan seulas senyum.

"Kenapa kamu senyum, apa kamu bahagia?"

"Iya, selama kamu bahagia"

"Bahagia aku cuma sama kamu"

Aku lihat gina diam, ia nampak sedang berpikir sebelum menjawab ucapan ku

"Seperti nya kamu mengucapkan hal itu untuk kedua kalinya, tapi dengan wanita yang berbeda"

Kini aku yang diam, mencoba mencerna perkataanya. Dan aku teringat, saat aku bercanda dengan sari, saat itu aku berbicara dengan perkataan yang sama persis.

"Kamu tau dari mana?" Tanya ku heran, seperti ada yang janggal dalam pikiran dan batinku.

"Aku senang karena kamu gak bohong" ucap nya lalu menarik kopernya "aku pamit! Terimakasih atas tumpangannya"

"Ta..tapi na" cegah ku, aku menahan koper nya agar ia tidak pergi.

"Apa? Hoiya aku lupa" ia mengambil amplop berwarna coklat lalu menengadahkannya ke tanganku

"Kamu pasti nanyain ini kan? Tenang aja, sama sekali gak aku pake sepeser pun kok. Selama aku hidup di sini, aku menjaga pemberianmu itu" aku melirik isinya, ternyata itu uang yang ku berikan sebelum pergi ke sekolah tempo hari. Aku lihat isinya masih banyak seperti tak tersentuh.

"Dari mana kamu punya uang kalau uangku tidak kamu pakai?"

"Kamu lupa, kalau aku itu pernah kerja? Aku menyisihkan nya meskipun sedikit, dan hidupku tidak boros seperti kamu! Jadi aku bisa mengaturnya. Kamu tenang saja, biarkan semua uang yang kamu berikan melalui makanan yang di pesan delivery menjadi hutang. Karena sebentar lagi aku akan membayarnya, aku akan balik kerja" ucapnya dengan jelas, membuat ku semakin terpojokkan seakan ia tak membutuhkan ku.

Aku menarik tubuhnya hingga ia berada di dekapanku, meskipun ia memberontak tapi tak ku biarkan peluang agar ia bisa lepas. "Jangan begini! Aku benci orang yang nyentuh tubuhku tanpa izin" ucapnya marah, tapi aku tak peduli.

"Kamu milikku, semua atas tubuhmu adalah milikku. Tanpa harus aku izin, karena memang itu hak ku" ucap ku membela diri, memang benar. Aku tidak salah kali ini.

Aku merasa ia tak lagi memberontak, ia melemas begitu saja meski tak membalas pelukanku. "Please, aku mohon jangan pergi. Tetap lah bersama ku disini" ucapku memohon, aku tidak ingin ditinggalkan. Cukup aku meninggalkan orang yang dulu aku sayangi, tapi kali ini aku tidak ingin di tinggalkan oleh orang yang berhasil masuk ke hatiku setelah sari.

"Maaf! Tapi aku tetap harus pergi!" Gina menolak ku mentah-mentah.

"Please! Beri aku kesempatan" ucapku lirih, aku benar-benar takut kali ini.

"Maaf! Tapi seseorang sudah menunggumu"

"Siapa? Aku tidak peduli jika itu sari! Saat ini aku hanya fokus pada mu na"

Ia berhasil terlepas dari pelukan ku, tapi ia menatap ku dengan penuh kesedihan "aku akan menimangnya, tapi beri aku waktu untuk sendiri. Aku tidak ingin di sini"

"Baiklah, berapa lama?" Tanya ku mengalah, tak apa di tinggal sementara. Asal jangan selamanya.

"1 bulan" balasnya membuat ku syok. 1 bulan? Bahkan 1 hari di acuhkan saja rasanya aku tak tahan.

"1 hari?" Nego ku.

"Gak bisa, itu keputusanku" ucapnya tak ingin terbantahkan.

"Oke, aku antar kamu ke rumah orang tuamu" aku berjalan mengambil kunci mobil di nakas dan berjalan menemuinya lagi

Ia mencekal lenganku dan menggeleng "jangan ke rumah ibu! Aku gak mau dia tau" ucpanya lirih.

Jadi selama ini gina memendam semua itu sendiri? Benar-benar sendiri? Orang tuanya saja tidak tahu, aku tidak habis pikir wanitaku itu sangat kuat batin nya.

"Baiklah, lalu kemana?"

"Kontrakan! Aku sudah sempat memesannya"



Minggu, 26 April 2020
08.27

Vote

Comment

Di

Bawah

Sini

👇👇

you are everythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang