35. Marahnya orang sabar part 3

317 14 0
                                    

Sesuai janji author akan update kalau readers nambah 1 angka di depan

Happy reading 💙

"are you okay na?" Tanya lutfan cemas. Tadi ia melihat senyum menghiasi wajah gadis itu, tapi kenapa sepergian sari ia berubah murung.

Gina menggeleng "terimakasih untuk tadi" ucapnya sambil memandang ke rerumputan di bawah.

Lutfan tersnyum, ia duduk bersebelahan dan mengelus puncak kepala gadis itu. Gina diam, ia menerima perlakuan baik itu.

"Tapi kenapa sekarang murung?"

Gina semakin menundukkan kepalanya, tak sanggup mengingat sahabatnya yang kini semakin menjauh padanya "Aldo. Dia pasti benci sama aku" ujarnya menahan tangis.

Lutfan mendengar itu dengan tersenyum miris. Merasa gina sangat mementingkan hati orang lain di banding dirinya. Lutfan berhenti mengelus kepala gina. Gina menoleh, padahal ia sedikit nyaman dengan perlakuan itu.

Lutfan tersenyum tegar, ia menggenggam erat tangan gadis itu sebelum berkata sesuatu yang mungkin akan menyakiti hatinya sendiri. "Pulang sekolah, aku temenin kamu temui Aldo dan aku izinkan kamu berbicara sama dia. Kamu mau aku minta maaf sama dia?" Tanya lutfan dengan nada yang setegar mungkin.

Gina menatap lutfan tak percaya, "apa kamu serius?" Tanya gina, tatapannya berubah seketika. Raut wajahnya menggambarkan sesuatu penuh harap.

"Iya. Dengan satu hal! Kamu harus kembali ke rumah"

Gina menggangguk yakin tanpa beban, ia senang karena lutfan mau melapangkan hatinya untuk berkata maaf pada Aldo. Padahal ia tahu bahwa lutfan sangat tak suka pada cowok itu "terimakasih. sudah melapangkan hati kamu untuk meminta maaf" gina tersenyum tulus. Lutfan meleleh, ia semakin terpana melihat senyum gadis itu yang menular hingga mampu menarik bibirnya untuk ikut tersenyum. Lutfan ikhlas, ia rela menurunkan sedikit ego nya untuk gina. Mengalah bukan berarti kalah kan? Mengalah adalah pilihan terbaik saat situasi seseorang berada dalam posisi serba salah.

Aldo melihat pemandangan itu dengan hati yang semakin rapuh. Ia tak mendengar jelas pembicaraan mereka karena jarak yang sangat jauh. Meskipun sangat jauh, tapi pergerakan mereka dapat terlihat.

Aldo menatap miris dirinya di cermin kamar mandi. Ia menatap dirinya mulai dari atas hingga bawah. Kurang apa dirinya. Pintar, kaya, baik, tampan, dan sangat penyayang.

"Semua gak menjamin. Saat hati belum berbicara"

"Gin, kenapa kamu tega. Aku hanya ingin kejujuran kamu"

"Mungkin kalau dari awal kamu cerita, aku gak akan sakit sedalam ini"

"Kamu gak akan pernah ngerti gin! Dulu kamu tolak aku. Kamu mau kita cuma teman. Aku turuti. Tapi sekarang?"

"Aku terlanjur kecewa sama kamu gin. Aku kecewa, aku marah" umpatnya menatap dirinya di cermin.

Tangannya melayang untuk meninju kaca besar di hadapannya. Namun pergerakan nya terhalang saat seseorang menahan nya.

Lutfan. Berani sekali dia. "ngapain lo?" Tanya aldo dingin. Mood nya sangat jelek apalagi pada saingan nya.

Lutfan menurunkan lengan Aldo yang hendak meninju cermin besar tersebut "gak gini bro cara Lo" ucap lutfan setenang mungkin.

Aldo menatap sinis sambil tersenyum miring "bukan urusan Lo"

Lutfan menatap kepergian Aldo dengan rasa bersalah "semua ini karena aku" batin nya menahan luka.

***

Gina menoleh, memantapkan hati sebelum memencet bel. Lutfan mengangguk meyakinkan lalu mereka tersenyum.

Ting

Bunyi bel sudah gina pencet berulang kali. Ia hanya tinggal menunggu pemilik rumah itu membukakan pintu untuk nya.

Tak lama pintu terbuka, nampak Aldo dengan pakaian santainya. Aldo menatap kedatangan gina dengan rasa terkejut. Dan juga lutfan yang mengantarnya. Pakaian nya belum ganti. Aldo berpikir, pasti mereka belum pulang.

Sebelum gina berucap, pintu secepat mungkin di tutup kembali oleh pemiliknya. Gina menahan itu hingga akhirnya ia berhasil masuk. Tentu saja lutfan membuntuti. Tidak akan ia biarkan gina berada di dalam tanpa pengawasannya.

"Eh Lo jangan kayak gitu dong sama sahabat Lo" lutfan tak terima, dengan perlakuan Aldo yang terkesan tak menghargai gina.

Aldo tersenyum miring tanpa membalas sepatah katapun.

Gina melangkah, berjalan mendekati Aldo yang kini diam. Aldo sama sekali tidak mempersilahkan dirinya duduk ataupun berbasa basi. Ia merasa seperti orang asing yang tiba-tiba bertamu.

"Do, aku minta maaf! Selama ini aku ngehindar dari kamu. Aku tau kamu marah sama aku. Tapi semua ini ada alasan nya"

"Karena kamu sama dia udah nikah?" Dia yang di maksud Aldo adalah lutfan.

Gina terlonjak kaget karena Aldo sudah mengetahui nya sebelum ia cerita "kamu tau dari mana?" Gina terheran-heran.

Aldo menaikan sudut bibirnya sebelum berbicara, "aku kecewa. Kamu ngerahasiain ini dari aku. Aku berharap, persahabatan kita itu berlanjut sampai ke pelaminan. Dulu kamu tolak aku dengan alasan gak mau pac .."

"Tapi aku sama lutfan gak pacaran" sergah gina memotong penjelasan Aldo.

"Aku tahu. Aku cuma minta kejujuran kamu. Aku tunggu dan aku tetap sabar sampai aku jengah karena kamu gak kunjung cerita yang sebenarnya. Aku muak dengan sikap kamu!! Kamu egois. Seharusnya kamu bilang dari awal, biar aku gak semakin berharap sama kamu. Kalau udah gini. Mau di apakan? Hati aku terlanjur hancur" Aldo memejamkan matanya tak sanggup melihat gadis yang dicintainya menangis karenanya. Sungguh ini adalah yang pertama perang besar dalam persahabatan mereka. Sangat rumit! Jelas.

Lutfan tak ingin berbicara. Ia memilih diam dan hanya menjadi saksi pertengkaran mereka.

"A..aaku minta maaf. Jangan gitu do!! Kita itu sahabat. Aku sadar kok aku egois. Tapi kamu belum pernah di posisi aku. Aku bingung! Aku bimbang! Di usia segini aku belum dewasa. Aku cuma punya teman satu yaitu kamu. Aku sangat bersyukur meski hanya kamu"

"Sekarang kamu menjauh. Meskipun berawal karena aku, tapi itu karena aku gak tau apa yang harus aku lakukan jadi aku lebih memilih sendiri. Aku kesepian. Gak ada yang ngertiin aku. Semua orang menjudge aku seenak hati nya. Aku dibully. Aku benar-benar hancur waktu itu. Di saat semua masalah perlahan lenyap. Aku ingin memperbaiki semuanya, aku mau cerita ke kamu tentang seben... "

"Pergi gin pergi. Aku gak mau dengar apapun saat ini" aldo mengusir Gina dengan tega.

"Aldo, gue minta maaf. Ini semua karena gue" lutfan berbicara. Ia sebenarnya tak terima gina di perlakukan seperti itu oleh Aldo. Tapi sebelumnya ia sudah berjanji pada gadis itu untuk diam tak ikut campur dengan masalahnya.

Aldo membalas dengan tatapan sinis dan berjalan ke kamar nya meninggalkan 2 orang itu yang masih berada di ruang tamu.

Gina menangis sejadi-jadinya. Sampai bahunya naik-turun karena tak kuasa menahan luka yang yang begitu dalam. Lutfan memeluk gina untuk sekedar menenangkan gadis itu. Perlahan ia menuntun nya untuk keluar dengan isakan yang tak kunjung berhenti.

Aldo menatap kepergian 2 orang itu melalui kaca jendelanya dari atas. "perih gin liat kamu nangis. Aku janji akan minta maaf sama kamu saat aku sudah berhasil menerima kenyataan"


Sebenarnya masih pengen lanjut gengs tapi udah 1000 lebih takut kalian ngantuk bacanya dalam 1 chapter ini.

Vote
Comment
Follow account
       Thanks 💙

Kamis, 7 Mei 2020
08.40

you are everythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang