7. Terpaksa

334 16 4
                                    


Tiba-tiba tangan lutfan di tarik oleh bibi nya itu. Lutfan yang tidak siap seketika terhuyung dan hampir jatuh. Apa-apaan pembantunya ini, untung orang tua.

"Stop bi stop!" Bu Marni menghentikan langkahnya, lutfan ikut berhenti.

"Kenapa den, masih di tangga ini" heran bila Marni pada lutfan

"Bibi mau bawa lutfan ke mana?"

"Den, bi Marni lupa! Tadi Bu Marni di suruh nyonya bantuin Aden nyari baju yang paling bagus. Aden juga di suruh mandi, tapi bibi baru tau tujuan nya dari Aden yang barusan cerita" bisa Marni menjelaskan alasannya pada lutfan, lalu menarik tangan lutfan kembali berjalan, namun baru beberapa langkah di tangga. Lutfan menghentikannya lagi.

"Tunggu bi tunggu!" Titah lutfan di tengah-tengah.

"Apalagi sih den, nanti Aden telat loh"

"Ihh bibi kenapa sih. Tadi lutfan suruh bibi bantuin lutfan biar pernikahan ini batal. Tapi kenapa sekarang bibi malah dukung papah" kesal lutfan pada bibinya itu. Kesal karena hari ini tidak ada yang membelanya.

"Den lutfan, dengerin bibi ya. Meskipun bibi pembantu, tapi bibi juga orang tua. Dan bibi tau gimana perasaan orang tua Aden saat ini, Karena dulu juga bibi merasakan jadi Aden. Di nikahin muda sama orang tua, tapi karena bibi nya mau. Akhirnya bibi bahagia tuh, jadi kenapa Aden mesti sedih" bi Marni tau betul sikap lutfan yang sedikit keras kepala. Ia juga paham kenapa lutfan tidak menjenguk papahnya 2 hari terakhir ini. Mungkin karena masalah ini penyebabnya.

Lutfan melepaskan tangannya yang dipegang Bi Marni, ia melihat ke arah lain dengan pandangan kosong, "Bi, Bibi tuh ga ngerti perasaan lutfan. Lutfan tuh udah punya pasangan bi, Dan lutfan sayang sama pilihan lutfan. Lutfan gak terima! Gimana nanti kekasih lutfan"

Bi Marni tersenyum simpul, ia juga paham bagaimana di posisi lutfan. Menjadi remaja yang sedang-sedangnya jatuh cinta, namun tiba-tiba di timpa masalah seperti ini.

"Den lutfan. Sini deh dengerin bibi, pacaran sama nikah itu beda. Jelas lebih enak nikah, nikah itu sudah pasti dari restu orang tua dan juga restu Allah. Jadi gak akan dosa. Beda sama pacaran, pacaran itu dosa, gak ada dalam agama"

"Argh bibi gak akan paham" ucap lutfan frustasi, lalu meninggalkan bi Marni seorang diri di Tangga. Lutfan berjalan ke arah kamarnya dengan malas.

"Den tunggu den. Bibi paham, tapi sekarang den lutfan harus ke rumah sakit, tuan aziz sakit nya kumat" ucap bisa Marni dengan panik, setelah membaca pesan dari majikan nya itu.

"Bohong, orang papah pasti lagi nunggu lutfan datang ke rumah sakit. Dan lutfan gak akan datang hari ini"

Bi Marni yang mendengar itu buru-buru menyusul lutfan lalu menunjukkan pesan yang dikirimkan nyonya nya itu.

"Liat nih den. Aden harus kerumah sakit sekarang. Bibi gak mau tau den, kali ini den lutfan harus nurut" paksa bias Marni, ia langsung menyiapkan pakaian yang berada di lemari dan menyimpan nya di atas tempat tidur.

"pakai ini den, Bibi tunggu di luar. Aden mandi sekarang, bibi mau suruh sopir siapin mobil buat antar den lutfan ke rumah sakit. Gak pake lama ya den, nyonya sudah nunggu di sana" ucap bisa Marni terburu-buru lalu meninggalkan lutfan sendirian.

"Bi tapi bi" telat, dirinya sudah tidak bisa mengelak. Lutfan hanya bisa mengikuti perintah bibi nya itu, ia terlalu menurut jadi anak. Bahkan pada pembantunya pun ia patuh.

"Aarghhhhh semua orang sama aja" jerit lutfan lalu mengambil handuk dan berjalan ke arah kamar mandi.

***

Lutfan sudah siap dengan kemeja nya yang ia pakai. Dengan gerakan cepat ia berjalan keluar menemui bibinya itu.

"Bi, bi Marni" teriak lutfan mencari keberadaan pembantunya itu.

"Nah gitu den, mobil nya sudah siap. Sekarang den lutfan berangkat"

"Bi, tapi bi"

"Ga ada tapi-tapian den, ayok! Sekarang Aden berangkat" potong bisa Marni sebelum lutfan banyak tingkah.

"Tapi bi, lutfan gak mau bi" lutfan terus menolak, sampai-sampai bi Marni menggiring lutfan hingga ke depan dan memasukkan lutfan secara paksa ke dalam mobil. Hingga akhirnya lutfan berhasil masuk dan terduduk manis di mobil.

"Hati-hati ya pak bawa calon pengantin muda yang satu itu" ucap bisa Marni pada lutfan, sedangkan lutfan terdiam cemberut menatap bi Marni yang seenaknya mengatur dirinya " Den aden hati-hati ya, calon nya cantik loh den" genit bi Marni, mencoba merayu lutfan, namun tidak mempan untuk saat ini.

Mobil melaju pelan, bi Marni melambai pada lutfan. Lutfan yang melihat itu langsung mengeluarkan kepalanya keluar "bi lutfan gak mau bi, turunin lutfan" ucap lutfan dengan berteriak, namun apalah daya. Sudah terlambat. Ia sudah terjebak dalam perjodohan konyol orang tuanya.

Bi Marni cekikikan sendiri, ia lelah menghadapi Majika mudanya itu. Namun, lucu juga melihat wajah melas lutfan. Bi Marni jadi tidak tega.

Bi marni : beres nyonya

Gimana gimana? Udah ada feel nya belum? Belum ya? Huhu sedih aku

you are everythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang