Gina menantikan kehadiran lutfan yang tak kunjung datang saat ini. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, namun cowok itu belum juga menunjukkan batang hidungnya. Di tambah suhu badan gina yang sedikit naik, mungkin karena kelelahan hingga ia bisa kurang enak badan.
Gina menguap, ia melirik kembali jam di hp nya. "Jam 10?" Gumamnya lalu menoleh ke arah pintu, lutfan masih belum pulang.
Tak terasa kantuknya datang dan ia tertidur pulas di sofa ruang tengah. Tertidur karena menunggu seseorang, namun orang di tunggunya tidak kunjung datang.
10 menit gina tertidur, lutfan datang. Ia memang memegang kunci rumah masing-masing, guna nya untuk ini. Jadi mereka tidak saling merepotkan.
Lutfan menoleh ke arah Gina yang saat ini sedang tertidur di sofa. Pikirnya apa ia sedang menunggu dirinya pulang. Ah pasti tidak mungkin! Batinnya.
Lutfan berniat untuk membangunkan gina, namun saat ia menggoyak lengan nya. Ia merasakan panas di tangan gina saat menyentuh tubuh itu.
Lutfan mengecek kening gina, dan ternyata sama panasnya. Apa ia demam? Jika iya, apa karena nya?
"Gak mungkin!" Lutfan menampik pikiran itu, meskipun tidak dapat di pungkiri bahwa ia merasa bersalah dan kasihan pada gina. Ia merasa sudah jahat pada gadis itu.
Lutfan langsung membopong tubuh gina menuju ke kamarnya. Berat! Itulah yang lutfan rasakan saat membopong tubuh gina. Dirinya kan anak manja, membawa tas berat saja di bantu pembantunya. Apalagi membopong Manusia yang keadaanya sedang tidak sadar.
Lutfan menidurkan gina dengan hati-hati. Sang empu tidak merasa terganggu dengan tidurnya "nyenyak banget, apa benar dia sakit?"
Tanpa pikir panjang lutfan langsung mengambil air hangat di dapur untuk mengompres kening gina. Saat melewati meja makan, ia melihat banyak makanan yang tidak tersentuh siapapun. Lutfan membuka tudung saji yang transparan itu, lalu ia melihat banyak sekali masakan yang sudah matang.
"Apa ini masakan yang tadi sore?" Pikir lutfan, ia semakin di landa rasa bersalah karena ulahnya sendiri.
Lutfan mencicipi setiap masakan itu, meski sudah dingin ternyata tidak mengurangi rasa yang ada dalam makanan itu. Lutfan mengagumi masakan buatan gina. Ternyata enak!
Dengan gerakan cepat ia langsung mengambil piring dan menyendokkan nasi di piring tersebut. Dan ia mengambil semua menu secara rata. Tidak menunggu waktu lama ia memakan itu. Rasanya sangat enak! Sampai-sampai ia lupa dengan tujuannya datang ke dapur.
"Masakan Indonesia memang mengagumkan! Tapi yang masak lebih mengagumkan. Ternyata gina wanita hebat" pujinya tanpa sadar.
Setelah minum ia pun bersandar, tidak lama pikirannya ingat tentang dirinya yang harus mengompres gina.
"Astaga, gina kan sakit" ucapnya lalu dengan tergesa-gesa mengambil air hangat di termos dan menuangkan air itu di baskom. Ia mengambil kain bersih dan membawa semua itu ke kamar.
Sampai di kamar ternyata gina masih dalam posisi yang sama, tidak berubah sama sekali. Lutfan masuk dan langsung mengompres kening gina. Meskipun mengantuk, ia tetap berjaga di depan gina. Takut-takut gina mengigau atau tidak nyaman dalam tidurnya, jadi ia bisa siap siaga. Bukan apa, lutfan hanya ingin balas budi, hitung-hitung menebus rasa bersalahnya selama ini.
***
Gina mengerjapkan matanya berulang kali, ia merasakan sesuatu yang berat menindih tangan kanannya. Saat menoleh, ia sangat terkejut melihat lutfan yang tidur di atas tangannya dengan posisi duduk. Apa yang terjadi semalam! Ia pun tidak ingat.
Gina bangun dengan hati-hati. Takut mengganggu tidur lutfan. Ia merasakan keningnya basah. Saat menyentuh keningnya, ternyata terdapat kain yang di basahi. Gina paham dengan ini semua! Ternyata lutfan sedang mengompres keningnya sedari malam. Gina jadi terharu dengan perlakuan itu. Ia menjadi semakin mengagumkan sosok lutfan yang susah di tebak, namun secara diam-diam peduli dengannya.
Pusingnya masih terasa, ia memegang keningnya untuk mengurasi rasa sakit yang ia rasa. Penyakit apa ini? Gina jadi takut mengalami penyakit aneh dan mematikan. Nauzubillah!
Lutfan merasakan pergerakan yang mengganggu tidurnya, alhasil ia terbangun dan menatap gina yang terlihat sedang memegang kepalanya. Lutfan langsung bangun, ia menatap gina dengan rasa kasihan.
"Kamu kenapa? Pusing?" Tanya lutfan tiba-tiba
Gina kaget, ia langsung menyudahi memijit pelipisnya. Takut membuat lutfan semakin susah karena dirinya. "Aku gak papa kok, cuma pusing dikit" ucapnya bohong.
"Bohong, kamu keliatan pucat banget, terus tadi aku liat kamu meringis nahan sakit" balasnya tau isi pikiran gina. Lutfan buka orang bodoh yang mudah di tipu.
Gina diam, ia menunduk. Memang rasanya sangat sakit sekali, namun ia berpura-pura bersikap biasa agar lutfan tidak melihat dirinya yang lemah.
Lutfan keluar kamar, gina menoleh heran. Di tinggalkan lagi? Pikirnya.
Tidak lama lutfan kembali masuk dengan membawa kotak putih. Ternyata itu kotak p3k. "Ternyata kamu ngambil obat. Maaf sudah berprasangka buruk" batin nya merasa bersalah, dan juga malu karena sudah berpikiran yang tidak-tidak pada lutfan.
"Sini aku obatin" tawar lutfan lalu menarik tubuh gina hingga berputar arah, agar lutfan bisa memijit pelipisnya menggunakan minyak kayu putih.
"Eh" kaget gina dengan perbuatan lutfan barusan.
Dan ia lebih kaget saat melihat lutfan yang hendak memakaikannya minyak kayu putih. Gina alergi benda itu, ia tidak tahan dengan aroma nya yang menyengat.
Tanpa sadar gina langsung menghindar dan menjauh dari lutfan, membuat lutfan heran dengan tingkah gina barusan "kenapa?" Tanyanya dengan bingung.
"Maaf, aku gak bisa pakai benda itu" tunjuk gina tepat pada minyak kayu putih yang tengah di pegang lutfan.
"Ohh, kalau hotin cream mau?" Tanya nya menawarkan.
"Sama, gak bisa pakai beda seperti itu. Aku gak kuat sama bau nya"
Lutfan mendengus, ia tahu 1 hal baru tentang gadis itu, kedepannya ia harus lebih banyak tau hal tentang Gadis itu, agar tidak melakukan kesalahan lagi.
"Oke, terus mau nya apa? Obat mau?"
"Boleh deh!" Balasnya
"Yasudah sini. Ngapain masih ngejauh" tanya nya menyindir. Gina yang menyadari itu langsung mendekat. Dan meminum obat yang di berikan lutfan.
Lutfan melirik jamnya sekilas, ternyata masih jam 3. Pantas rasanya sangat mengantuk hari ini. Namun ia tahan agar ia bisa merawat gina dengan benar.
Setelah membuat gadis itu kembali tidur, lutfan langsung menyusul gina yang sudah tertidur.
Setelah siap, lutfan langsung melanjutkan tidurnya kembali. Namun tiba-tiba ia merasakan sesuatu memeluk tubuhnya. Mendadak lutfan menahan napas untuk itu, ia kaget dan tak siap. "Huh, dasar modus" ketusnya melihat gina yang memeluknya dengan nyaman.
Gina langsung melepaskan pelukannya, membuat lutfan bingung dengan sikap gadis itu.
"Maaf gak sengaja, guling ku mana? Kok gak ada?" Tanya nya heran, ia ternyata dengar ucapan lutfan barusan.
"Disini" jawab lutfan lalu menarik lengan gina agar memeluknya seperti tadi. Hal itu membuat gina kaget dan tiba-tiba jantungnya berdegup kencang.
"Ke..kenapa peluk?" Tanya nya gugup.
"Siapa? Kamu kan yang peluk aku" jawab lutfan santai, ia hanya melakukan yang gina lakukan awal tadi.
"Tadi gak sengaja" ucapnya lalu menarik kembali tangannya. Namun di tahan oleh lutfan.
"Yasudah sih, anggap aja ini guling. Ribet!" Omelnya lalu menutup mata mencoba untuk tidur.
Gina menjadi diam, ia memandang lurus lutfan "ternyata kamu baik" batin gina. Tidak lama kantuknya datang kembali, dan ia pun tertidur di pelukan lutfan. Nyaman! Itulah rasanya.
Votment selalu ku ingatkan
Btw itu lutfan lagi baik banget! Biasanya jahat. Yakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
you are everything
JugendliteraturIni rumit,tidak mudah memperjuangkan cinta seorang diri, apalagi aku wanita. bagaimana jika kamu jadi aku? di jadikan layaknya pembantu dirumah, dijadikan pelampiasan dirinya atas kebenciannya pada keluargaku. aku paham hadirku bencana bagi hidupmu...