"Kalau mau nangis, nangis aja" ucap lutfan yang seakan tahu isi hati gina.
Gina diam, tak menjawab perkataan lutfan.
"Aku gak selemah itu" balas gina setelah beberapa saat ia diam.
"Btw, ternyata kamu berbakat juga main ini gitar. Ini gitar kan gitar mahal, cara main nya juga beda. Tapi kok kamu bisa selancar tadi?" tanya lutfan dengan penuh pujian.
Gina mengedikkan bahunya, ia juga tidak tahu. Yang ia tahu ia hanya bermain "gak tau"
Lutfan tak lagi berbicara, gina pun hanya dia menatap lutfan dan gitar yang di mainkan nya.
"Pan" panggil gina, entah mengapa panggilan itu seperti kampungan namun terdengar indah di telinga lutfan.
"Hm"
"Kok banyak banget alat musik lain sih, kamu emang hobi koleksi ginian atau gimana?" Tanya gina penasaran. Jujur ia sangat suka dengan alat-alat musik di depannya ini, sangat menghibur mata nya.
"Aku punya grup band, tapi dulu saat SMP. Dan sekarang bubar karena vokalis grup nya pindah keluar kota ikut orang tuanyanya" jelas lutfan yang membuat gina paham akan hal itu.
"Sudah sudah, betah banget disini. Aku mau solat!" Ucap lutfan lalu menarik lengan gina untuk ikut bersamanya. Namun gina menolak.
"Gak mau, aku masih mau disini" rengek gina, ia masih belum puas memainkan gitar, karena tadi lutfan mengganggu.
"Gak enggak. Nanti rusak" omelnya.
"Gak akan kok. Aku gak akan ngerusak" pintanya dengan nada memelas.
Lutfan mendengus pasrah, tak tega melihat raut memelas gadis itu. Meskipun terlihat lucu, namun ia tak ingin melihat nya terlalu lama. Ia benci tatapan itu, tatapan yang bisa membuat hatinya luluh.
"Oke, selesai solat aku kesini lagi. Kita makan di bawah" ucap lutfan terpaksa mengalah.
Gina mengacungkan jempol nya lalu mengambil gitar itu kembali, dan memainkannya. Lutfan tersenyum melihatnya, gina! Nampaknya sudah masuk ke hatinya saat ini.
***
"Nih uang saku untuk kamu" lutfan memberikan sejumlah uang yang bisa di bilang banyak kepada. Namun gina tak kunjung juga menerimanya.
Lutfan menghela napas jengah, dengan malas ia menarik lengan gina dan menggumpalkannya di tangan gadis itu. "susah banget sih, terima uang juga" omelnya.
"Ta..tapi ini kebanyakan" balas gina, ia tak habis fikir uang itu datang darimana. Lutfan kan tidak bekerja, mana mungkin bisa mendapatkan uang sebanyak itu.
"Terima aja. Itung-itung ganti kemarin karena aku belum sempat ngasih kamu uang" ucapnya lalu menaiki motor, dan memberikan helm kepada gina. Lagi-lagi gadis itu diam
"Ck, lola banget sih" kesal nya lalu memakaikan helm kepada gina dengan asal, gina yang tak siap buru-buru merapikan helm nya.
"Naik! Gitu aja harus di suruh" kesal nya, entah sejak kapan Lutfan jadi hobi mengomel saat bersama gadis itu.
Gina mendengus pasrah, apa salahnya? Hingga ia selalu di marahi bahkan di salah salahkan.
Seperti biasa lutfan menurunkan gina di perempatan gang sebelum sampai di sekolah. Mereka berdua sepakat turun di situ walau lutfan awalnya sempat menolak karena merasa kasihan pada gadis itu, namun karena gina yang kekeh lutfan jadi mengalah.
"Nih bawa, awas jangan sampai hancur!" Lutfan memberikan keripik bayam yang nanti akan di presentasikan di depan kelas. Gina menerimanya dengan senang hati.
"Oke"
Lutfan berlalu meninggalkan gina yang berjalan seorang diri, tidak lama sosok Aldo datang menggunakan motornya "gin, cepet naik!" Titahnya
Gina yang memang terkadang Lola itu hanya kebingungan "hah?"
"Naik" suruh Aldo. Tanpa lama gina pun menaiki motor itu dan melaju kan nya hingga ke gerbang sekolah.
***
"Presentasi di mulai sesuai nomor kelompoknya ya anak-anak. Jadi sekarang kelompok 1 maju ke depan" ucap pak Akbar.
Semua anggota kelompok 1 itu maju dengan malu-malu. Mereka menampilkan pisang goreng kering sebagai menu nya.
"Baiklah teman-teman, makanan awetan yang kami bawa pada hari ini adalah pisang goreng kering. Bahan-bahan nya terdiri dari pisang, bumbu racik, tepung dan penyedap lainnya. Biasanya para penjual menjual per kilo nya adalah 30 ribu perkilo sebagai harga pasaran. Itu saja penjelasan dari kelompok kami, terimakasih wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" Deni menjelaskan dengan jelas dan padat. Hal itu mudah di pahami oleh teman sekelasnya.
Deni memberikan hasil tugasnya untuk di cicipi oleh pak Akbar, pak akbar langsung menilai nya "pisang nya enak, tapi untuk bumbu kalian kurang pas. Karena harusnya pisang kering ini di sajikan manis, namun kelompok kalian membuat gurih. Baiklah untuk tugas kalian ini saya beri nilai 85. Selamat atas kerja keras kalian" terang pak Akbar. Kelompok 1 itu menggangguk paham dan kembali ke duduknya masing-masing.
"Selanjutnya kelompok 2"
Salah satu siswi mengacung ragu, ia terlihat seperti ketakutan.
"Ya?"
"Ma..maaf pak, orang yang membawa tugas kelompok kami tidak masuk karena sakit, jadi kelompok kami tidak bisa presentasi hari ini" ujarnya malu malu.
Pak Akbar menghela napas panjang sebelum menjawab "baiklah, Minggu depan kalian harus presentasi jika ingin nilai"
"Iya pak"
"Oke, selanjutnya kelompok 3" seru pak Akbar .
Lutfan, Aldo, gina, dera, dan sesel pun maju ke depan sambil membawa hasil kerja mereka.
Lutfan membuka nya dan memperlihatkan karya nya kepada teman sekelasnya.
"Assalamualaikum, di sini kami akan mempresentasikan hasil kerja kami. Kami membuat keripik bayam. Tentu sudah tidak jarang lagi orang membuat makanan awetan seperti ini. Harga umum keripik bayam yang di jual di pasaran adalah 25 ribu per kilo. Saya selaku ketua ingin kalian semua menyicipinya. Nanti saya akan bagikan, keripik itu ada di tas saya." Terang lutfan, hal itu membuat temannya berbinar senang. Mereka sudah menduga, lutfan pasti akan memberikan kesempatan kepada teman-temannya untuk mencicipi karyanya. Pak Akbar mencicipi keripik bayam tersebut seraya manggut-manggut ringan.
"Enak! Sungguh enak. Saya puas!" Ucap nya menilai.
"Terimakasih pak" jawab mereka serempak.
"Karena hasil karya kalian yang memuaskan dan cara presentasi kalian yang singkat padat dan jelas, maka saya akan memberi nilai 98, kelompok kalian sangat tidak mengecewakan" ucapnya bangga.
"Baiklah, kembali ke duduk kalian masing-masing" tidak pak Akbar dan di angguki mereka.
Lutfan langsung membagikan apa yang ia janjikan, teman-temannya itu merasa kagum pada sosok lutfan yang selain cerdas namun juga baik hati dan ramah. Gina tersenyum di balik kesadarannya. Hal itu membuat Aldo marah, karena gina tak memperhatikannya berbicara sedari tadi, gina terlihat sibuk dengan dunianya!
Follow ig
@nngrtna_
KAMU SEDANG MEMBACA
you are everything
Teen FictionIni rumit,tidak mudah memperjuangkan cinta seorang diri, apalagi aku wanita. bagaimana jika kamu jadi aku? di jadikan layaknya pembantu dirumah, dijadikan pelampiasan dirinya atas kebenciannya pada keluargaku. aku paham hadirku bencana bagi hidupmu...